DENTING KE:06

241 30 139
                                    

Pada akhirnya dia akan tetap baik-baik saja, walaupun hatinya terluka cukup parah!

~DENTING WAKTU~

•••♪♪♪•••

VOTE DULU SEBELUM BACA!!

Mulmed: Sedih tak berujung-Glenn fredly


****

Kevin menatap sendu kertas putih yang sedari tadi ia genggam. Matanya berkaca-kaca. Ia juga tidak terlalu percaya pada apa yang sesungguhnya ia lihat.

Kenyataan!

Laporan laboratorium, beberapa hari lalu ia ungkapkan pada salah satu pasien barunya. Kini ia jadi merasa bersalah karena tidak begitu jujur pada pasien itu. Tentang bagaimana keadaan dia yang sesungguhnya. Tentang seberapa parah keadaannya sekarang.

Kevin terpaksa memberikan pernyataan yang tidak begitu detail terhadapnya. Karena ia sangat ingin menjaga perasannya. Kevin tau dia begitu rapuh, walau hanya sekedar menatap mata sendunya saja kevin sudah tau apa yang tengah gadis itu rasakan.

"Maaf.. " Ungkapannya lirih seraya meremas kertas putih itu.

Kevin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia berusaha untuk menyingkirkan pikiran pikiran buruknya, seraya meraih benda pipih yang sedari tadi tergeletak di atas meja kerjanya.

Kevin mencari nama seseorang di dalam kontak ponselnya____mencoba menghubungi seseorang. Seseorang yang sebenarnya harus tau kebenaran ini.

"Halo... " Sapa orang di sebarang sana.

"Halo... Pak Erik, ada hal yang perlu saya bicarakan. " Ucap kevin pada sambungan telepon.

****

Apri tersenyum dalam isak tangisnya. Ia menunduk memandang sepatu putih yang ia kenakan.

"Apri... " Panggil seseorang di balik punggungnya.

Gadis itu menoleh____menatap seseorang yang sudah sangat ia tunggu selama tiga puluh menit lamanya.

Pria itu tersenyum seraya berjalan mendekat padanya.

Apri cukup sadar sekarang. Betapa menawannya pria itu. Tubuhnya yang tinggi juga parasnya yang ganteng. Tentu saja akan memikat siapa pun yang melihat nya. Pantas saja Shakira sangat amat menyukai pria itu.

Apri tersenyum pahit, lalu menunduk untuk sekedar menghapus jejak air di pipinya.

Fajar berjalan mendekat. Lalu setelah sampai ia berdiri di depan gadis yang sangat ia rindukan seharian ini. Fajar tersenyum hingga menampilkan deretan giginya, seraya mengelus puncak kepala apri.

Apri masih menunduk tak berani menatap mata itu. Ia terlalu takut. Takut untuk mengungkapkan kekesalan hatinya saat ini.

Fajar... Mengapa sesusah ini, hanya untuk sekedar berbicara padamu.

"Ada apa? " Tanya pria itu akhirnya. Karena apri terus saja diam____tak kunjung mengatakan apapun. Bahkan menyapanya saja tidak.

Apri mengalihkan pandangannya ke arah lain, masih tidak berani menatap pria di depannya.

"Ada apa, kamu sakit. Kamu kelihatan pucat. " Tanyanya lagi seraya menyentuh dagu apri agar menghadap padanya. "Kamu.... Sakit? "Ulang fajar, mengernyit bingung pada sikap apri.

Apri menghembuskan napasnya pelan___seraya menepis lengan Fajar di dagunya. "Kita perlu bicara. " Katanya dingin.

"Kamu gak jawab pertanyaan aku loh." Ucap Fajar lagi masih menunggu jawaban atas apa yang baru ia tanyakan pada gadis di depannya itu.

Denting waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang