⚠Perhatian!⚠
Chapter ini cukup panjang, disarankan membaca dengan posisi yang paling nyaman!
•|•
Justin mendekati gadis itu, entah mengapa ia sangat penasaran dengan gadis yang katanya mantan kekasihnya itu.
"Hai!" Justin mencoba menyapa Zoya namun, gadis itu terlalu larut dalam lamunannya. Sehingga, ia tidak menyadari kehadiran Justin yang sudah berada tepat didepannya.
Justin memperhatikan Zoya, mata gadis itu menatap kedepan dengan sorot mata penuh kekosongan sesekali mata itu menitihkan air mata.
Sepertinya, gadis itu sedang memikirkan hal yang menyedihkan, pikir Justin. Tangan lelaki itu terulur menyeka air mata yang membasahi pipi mulusnya Zoya itu.
Saat, itulah kesadaran Zoya datang, ia speechless melihat Justin yang kini berada didepannya sembari menyeka air matanya.
Ditatapnya Justin, sehingga manik mereka bertemu. Zoya diam saja karena ia bingung harus berbicara apa.
"Hai, mantan!" Sapa Justin tangan lelaki ia bergerak seolah melambaikan tangan pada Zoya.
'Mantan?' gumam Zoya pelan.
"Hai!" Balas Zoya singkat.
"Lo, beneran mantan gue?"
"Lo percaya gue ini mantan lo? Lo percaya semua omongan Jessica?" Tanya Zoya balik.
"Gak tau, gue bingung. Gue gak tau mana yang bener," Jawab Justin sangat terlihat terdapat kebingungan pada wajahnya.
"Iya gue mantan lo, sebelum lo kecelakaan lo mutusin gue karena lo sadar kita berbeda tapi, gue gak terima dan dorong lo sehingga, lo ketabrak truk." Ucap Zoya ia mengikuti alur cerita yang dikarang oleh Jessica.
"Gue gak percaya omongan lo," Pungkas Justin.
"Kenapa?"
Justin menatap lekat bola mata Zoya, yang ditatap justru, berusaha untuk menghindari tatapan matanya Justin, "karena mata lo mengatakan hal lain, yang gue gak tau,"
Bukan gak tau, tapi kamu gak inget, Justin. Batin Zoya.
"Yaudah, terserah." Zoya berniat meninggalkan Justin namun, "gue bingung sama lo, sikap lo sekarang dengan sikap lo dirumah sakit waktu itu, beda." Perkataan Justin ini berhasil membuat Zoya terdiam kemudian gadis itu pun tetap pergi meninggalkan Justin seorang diri.
Justin menatap punggung Zoya yang perlahan menjauh darinya, entah kenapa, gue gak suka lo jauhin gue. Benak Justin.
.
.
.
.Ketika, waktu pulang sekolah telah tiba, Zoya berdiri sendirian menunggu sebuah taksi untuk tiba.
Sekarang, ia tidak tinggal bersama ayah atau bunda nya lagi. Zoya memilih untuk tinggal di sebuah rumah peninggalan dari neneknya.
Waktu itu ketika kedua orang tuanya sedang menghadiri sidang cerai yang kedua mereka dan Zoya diminta untuk hadir. Gadis itu lebih memilih pergi dari rumahnya untuk menjauhkan diri dari kedua orang tuanya agar ia bisa menenangkan dirinya sendiri.
Karena memang dalam keadaan dan situasi apapun, penyembuh terbaik ialah diri sendiri.
Tapi, tak hanya itu alasan Zoya, ia memilih untuk tinggal di rumah peninggalan dari neneknya itu, agar ia tak terlalu sering bertemu dengan Justin. Ia tidak mau mengecewakan Larissa jika, masih mendekati Justin. Larissa sudah sangat baik padanya, wanita itulah yang menguatkannya ketika ia mengetahui tentang perceraian orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not the same
Short Story"Dari awal kita tahu, bahwa kita tak sama. Tapi mengapa, kita tetap memaksa tuk bersama?" -Zoyana Syerarachell Murni pemikiran sendiri! Jika ada suatu kesamaan mungkin karena ketidaksengajaan.