"Bunda..." Lirih Zoya dengan berjongkok dan memeluk nisan Nina. Disampingnya terdapat Rey yang terus mencoba untuk menenangkan Zoya.
"Kenapa bunda secepat ini ninggalin Zoya?? Zoya butuh bunda! Zoya sayang bunda..." Ucap Zoya lemah dengan air mata tak henti-hentinya mengalir.
Di pemakaman tidak ada kaluarga Zoya yang bisa hadir. Nina mempunyai seorang adik yang tinggal di Singapura namun, dia tidak bisa langsung berangkat ke Indonesia.
Ferdi, ayahnya Zoya bahkan, tak datang sampai sekarang. Kini, yang menemani Zoya hanya Rey dan Dr. Renatta.
"Zoya, tante turut berduka cita atas meninggalnya bunda kamu, yah..." Ucap Larissa baru saja datang bersama dengan Justin. Sungguh, Larissa tulus, ia juga merasa bersalah pada Zoya karena telah menuduh Zoya kalau Zoya lah yang menyebabkan Justin kecelakaan. Namun, kini Justin ingat semuanya, ia menceritakan apa yang terjadi pada ibunya itu.
"Zoya, aku bersumpah, aku gak punya niat buat nabrak tante Nina." Jelas Justin dengan suara bergetar ia tak tega melihat Zoya yang sangat terpukul itu.
Bugh!
Untuk yang kesekian kalinya Rey memukul Justin. Tadi, saat dirumah Zoya diadakan pengajian. Justin datang berniat melayat namun, darah Rey mendidih begitu melihat Justin hadir disana. Ia pun memukul Justin dan mencerca Justin dengan kalimat-kalimat menohok.
"Justin!" Cemas Larissa ketika melihat Justin yang tersungkur karena pukulan dari Rey.
"Lo gak usah berpura-pura menyesal! Lo itu pembunuh!" Tuduh Rey.
"Rey!" Tegur Dr. Renatta.
Zoya berdiri menghampiri Rey, "udah, Rey! Cukup!"
"Dan kamu, Justin. Jangan khawatir, aku gak bakalan nuntut kamu kok, tenang aja! Kamu cuman takut aku nuntut kamu, 'kan? " Tanya Zoya dengan mata sembabnya.
"Enggak, sayang... Ak-"
"Sayang?" Heran Zoya.
"Aku udah inget semuanya, aku inget sama kamu, inget semua tentang kamu, tentang kita." Justin memegang tangan kanan Zoya.
Zoya menghempaskan tangan Justin, "Sekarang, itu semua gak penting lagi Just! Kamu pikir aku bakal kembali sama kamu hah? Setelah semua yang terjadi? Aku udah terlanjur sakit hati, kamu gak ada disisi aku ketika aku berada di titik terendah aku. Kamu, malah asik bermesraan sama Jessica. Dengan mudahnya, kamu percaya semua yang Jessica omongin!"
"Aku kan udah pernah bilang, aku gak percaya sepenuhnya omongan Jessica!" Balas Justin.
"But, perlahan kamu percaya dan menerima dia! Kamu turutin semua omongan dia! Semuanya membekas dihati aku, Justin!" Pungkas Zoya, "Kamu, lupain aku Just! Seolah, aku gak penting dalam hidup kamu!" Lanjutnya.
"Jadi, aku amnesia itu salah?" Tanya Justin.
"Ya kamu gak salah. Kamu lupa sama aku, karena amnesia. But, seharusnya, kamu gak dengan mudahnya ngebuat cewek lain masuk kedalam kisah kita berdua!"
"Zoy, aku sayang dan cinta sama kamu! Please, kembali!"
"Percuma Just! Kita berbeda jadi, gak akan pernah berhasil."
"Kalau aku rubah perbedaan itu jadi, persamaan apa kamu akan tetap pergi?"
"Ya! Pertama, aku gak mau jadi penyebab kamu ninggalin Tuhan kamu. Kedua, aku gak bisa sama kamu lagi karena setiap kali liat kamu. Aku jadi, keinget kejadian tragis bunda aku." Jawab Zoya menohok membuat Justin terdiam.
Ya, sebenarnya semua yang terjadi, bukan sepenuhnya salah Justin. Namun, bukan manusia namanya kalau tidak egois, kan?
Zoya juga manusia ia mempunyai sifat egois. Ia egois karena kesedihan yang amat dalam ini membuatnya melampiaskan semuanya pada Justin. Menyalahkan Justin, seolah lelaki itu adalah penyebab dari semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not the same
Short Story"Dari awal kita tahu, bahwa kita tak sama. Tapi mengapa, kita tetap memaksa tuk bersama?" -Zoyana Syerarachell Murni pemikiran sendiri! Jika ada suatu kesamaan mungkin karena ketidaksengajaan.