𓅪Nomer tak dikenal𓅪

41 14 24
                                    

Hari itu Zoyana Syerarachell pergi ke perpustakaan sekolah karena diminta tolong oleh guru agar mengambilkan 3 buah buku paket.

"Arghhh!" Tiba-tiba saja kepala Zoya merasakan sakit yang amat sangat sehingga, ia menjatuhkan ketiga buku paket tersebut.

Brugh!

Seketika, semua mata penghuni perpustakaan menatap kearah Zoya dikarenakan suara buku paket yang terjatuh tersebut.

Penjaga perpustakaan, pun menghampiri Zoya yang sebentar lagi oleng dan akan terjatuh.

"Kamu, kenapa Zoya?"

"Gapapa, bu. Mungkin, karena kecapean aja." Tiba-tiba, saja Zoya merasakan sesuatu keluar dari lubang hidungnya. Refleks, Zoya menyentuhnya.

"Kamu, mimisan Zoya!" Cemas Bu Armini.

"Ini udah biasa bu. Biasanya kalo saya kecapean saya mimisan." Jujur Zoya. Ia memang sudah cukup sering mimisan.

"Jangan remehkan kesehatan, Zoya! Kamu, harus kedokter! Kebetulan saya mau menjenguk tetangga saya dirumah sakit Kota. Jadi, kamu ikut saya ya? Kamu harus cari tahu, keadaan kesehatan kamu!" Akhirnya dengan dipaksa Bu Armini, Zoya pun mau ikut ke rumah sakit dan mengecek kesehatan tubuhnya.
.
.
.

Setelah, diperiksa oleh dokter. Zoya oun duduk untuk menunggu surat laporan kesehatannya. Gadis itu sangat yakin jika dirinya hanyalah kelelahan.

Seorang dokter pun datang menghampirinya dengan membawa sirat yang diyakini Zoya adalah surat laporan kesehatan dirinya.

Dia, Dokter Renatta Diftharama atau yang kerap disapa sebagai Dokter Lala, "Kamu, Zoyana Syerarachell, ya? Yang sering menang Olimpiade IPA itu?" Tanyanya.

"Iya dok hehe,"

"Kamu suka ikut Olimpiade ya?"

"Lumayan Dok,"

"Semoga, aja, kamu bisa ikut Olimpiade terus ya? Kamu anak yang berprestasi."

"Kenapa dokter ngomong gitu?"

"Dengan berat hati, saya mengatakan ini. Kamu yang kuat, ya? Dari hasil pemeriksaan saya. Kamu tengah mengidap penyakit kanker otak yang sekarang sudah stadium 3," Jelas Dokter Renatta.

Deg!

"Saya terkena kanker otak? Dan sekarang sudah stadium 3? Ahahahha!" Zoya tertawa di akhir kalimatnya. Namun, matanya terlihat memerah, ia sedang berusaha menahan tangis.

"Kamu yang kuat yah? Oh, ya! Kamu harus segera menjalani pengobatan! Sebelum kamu masuk stadium akhir."

Zoya diam ia bangkit dari duduk lalu, tersenyum miris. Kemudian, mengambil surat laporan kesehatannya itu. Setelah itupun, ia berjalan keluar dari ruangan Dokter Renatta

Dipintu Zoya berpapasan dengan sorang lelaki yang seumuran dengan dirinya. Lelaki itu melirik ke arah dirinya namun, Zoya hanya menatap kosong kedepan sembari tersenyum menahan tangis.

"Mah, cewek itu kenapa? Gila yah? Senyum-senyum sendiri kaya gitu."  Ceplos lelaki itu.

"Heh! Mulutnya! Dia baru aja menerima kenyataan yang pahit." Ucap Dokter Renatta.

"Maksudnya?"

"Dia terkena kanker otak dan sudah masuk stadium 3,"

"Hah?! Kok? Bukannya nangis kenapa? Dia malah senyum?"

"Malahan, tadi dia ketawa."

"Anjay, kece!"

"Rey, kejar dia! Hibur dia! Semangatin dia! Mamah takut dia ngelakuin hal aneh-aneh." Titah Dokter Renatta pada putranya yang bernama lengkap Reyfald Diftharama itu.

Not the sameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang