WARNING!!
Harap berada ditempat senyaman mungkin, karena chapter ini sangat panjang!
2500++
|•~•|
"Zoya, sel kanker kamu sudah
tersebar, jika kamu terus menunda pengobatan maka, bisa saja kanker kamu masuk stadium 4." Jelas Dr. Renatta.Kini, Zoya sudah sadarkan diri dengan tubuh yang terbaring diatas brankar rumah sakit.
Disisi kirinya terdapat Rey dan disisi kanannya terdapat ibunya Rey, Dr. Renatta.
"Apa kanker anak saya akan masuk stadium 4?" Tanya seorang wanita.
Zoya memandang ke arah pintu ruangannya. Ia, terkejut melihat sang ibu berada diambang pintu.
"Rey, lo bilang sama nyokap gue? Kalo gue pingsan?" Tanya Zoya pada Rey dengan nada tak santai ia tidak mau ibunya mengetahui tentang perkembangan kankernya.
"Bunda yang minta Rey, supaya ngehubungin bunda, kalo kamu kenapa-napa." Sahut Nina.
"Zoya, gapapa bunda..." Lirih Zoya.
"Hari ini hari terakhir ujian, kan? Besok kita harus keluar negeri! Kamu harus menjalani pengobatan!"
"Bundaa... Zoya mohonn jangan dulu ya? Zoya pengen hadir di acara prom night..." Mohon Zoya
"Zoya, cukup! Kita bakal keluar negeri besok!" Tegas Nina kemudian berlalu pergi, keluar dari ruangan itu.
Zoya hendak bangun dari posisi baringnya namun, Rey menahannya, "udah ya? Lo disini aja! Biar gue bujuk nyokap lo."
"Tap-"
"Udah? Oke? Percaya sama gue!"
"Mah, jagain Zoya ya? Jangan biarin dia keluar dari ruangan ini." Ucap Rey pada Dr. Renatta.
.
.
."Tante, tante Nina!" Panggil Rey.
"Kenapa Rey?"
"Saya mohon jangan paksa Zoya tante."
"Tante maksa dia supaya dia gak ngenunda pengobatan lagi, Rey! Tante takut Zoya kenapa-napa..." Lirih Nina dengan suara yang bergetar menahan tangis.
"Iya tante, saya tau. Tapi, tolong izinin Zoya ngehadirin acara prom night itu." Mohon Rey.
"Kalo saat itu nanti Zoya kenapa-napa gimana?"
"Saya bakal temenin Zoya Tante. Saya bakal selalu jagain Zoya." Ucap Rey untuk meyakinkan Nina.
"Baiklah, tante bakal izinin Zoya. Tapi, Tante mohon ya? Jagain Zoya buat tahte."
"Pasti tante." Jawab Rey, "oh, iya tante kalo boleh tau, tante mau ngajak Zoya berobat kemana?"
"Singapura, tante punya kenalan dokter disana."
"Wahh, kebetulan papah saya dokter di Singapura dan dia juga adalah dokter spesialis kanker."
"Nama Papah kamu siapa?" Tanya Nina.
"Reynold Diftharama, tante."
"Nah itu nama dokter kenalan tante, Rey."
"Wahh, kebetulan sekali ya tan?"
"Iya, Rey."
•••
2 minggu berlalu~
Gadis itu berjalan kearah seorang lelaki yang sejam yang lalu sudah menunggu dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not the same
Short Story"Dari awal kita tahu, bahwa kita tak sama. Tapi mengapa, kita tetap memaksa tuk bersama?" -Zoyana Syerarachell Murni pemikiran sendiri! Jika ada suatu kesamaan mungkin karena ketidaksengajaan.