Jika saja perempuan ini tahu bahwa aku sangat mendambanya saat pertama kali aku berjumpa dengannya. Entah apa yang di pikirannya, bisa saja dia akan menolak atau menjauhiku. Seorang yang terjaga tidak mungkin bisa aku miliki begitu saja. Ya Allah jika saja engkau mengizinkan aku bisa bersanding dengannya maka tak akan aku sakiti dia.Jika kalian tahu, malam itu saat aku mengantar mereka berdua, berkali-kali aku berpikir apakah aku bisa bersamanya, pantaskah aku bersanding dengannya. Apakah aku siap menjalin kehidupan dengan orang yang sempurna itu. Tersenyum sendiri aku memikirkan itu semua. Dan entah datang dari mana keberanian itu, aku berani mengungkapkan apa yang ada di hatiku.
“Fatma, bolehkah aku mengenalmu lebih jauh lagi?” setelah mengucapkan itu aku menyumpahi diriku sendiri, jujur saja aku sangat takut jika penolakan yang aku dengar. Tapi sungguh tiada yang tahu kehidupan ini seperti apa, apa yang aku takutkan mungkin saja tak akan terjadi. Dan malam ini, entah itu jawaban yang yang baik atau buruk aku tak tahu, yang jelas bagiku jawaban itu sudah sangat memuaskan.
“Tanyakan itu pada Tuhanmu Jungje. Assalamu'alaikum.” Kalian dengar itu, siapa yang tak akan bergetar hatinya, bukan penolakan yang aku dengar, sebuah harapan. Lampu hijau.
Selama perjalan pulang berkali-kali aku tersenyum tak jelas, aku kayuh sepeda dengan sangat kencang penuh semangat, sesekali aku berteriak senang, amat senang.
“Fatma, kau tahu mulai malam ini kau akan selalu ada dalam setiap doaku. Aku akan terus meminta kepada Allah, tak apa jika memaksa asalkan engkaulah orang itu.”
***
“Hisyam!!!” Teriak Viona dari dalam kedai memanggil nama Hisyam. Namun tak ada jawaban dari Hisyam. Viona yang sudah mulai kesal, akhirnya bergegas keluar menghampiri Hisyam yang sedang asik merangkai bunga hias di depan kedai.
“Hisyam kan aku sudah katakan jangan pernah hidupkan air kran gitu aja, lalu itu apa bahkan kau tidak mencuci piring dan gelas yang kotor kemarin. Dan aku yakin kau juga tidak bersih-bersih kemarin.” Hisyam yang sudah terbiasa mendengar ocehan Viona seakan cuek saja tak peduli.
“Hisyam kamu denger ngga sih?” Hisyam hanya mengangguk mengiyakan.
“Kamu itu ya susah banget di bilanginnya.” Amarah Viona kini sudah tak bisa di kendalikan lagi. Hisyam yang menyadari emosi Viona semakin meninggi langsung menghentikan aktifitasnya.
“Viona, orang yang paling cantik di kedai ini, please ya jangan marah-marah. Setelah ini aku akan membersihkan semuanya.” Hisyam akhirnya meletakkan guting yang ia bawa tadi, dan bergegas masuk ke dalam kedai. Sementara Viona yang selalu suka di puji cantik oleh Hisyam hanya senyum-senyum tak jelas di depan kedai.
“Apakah kedai sudah buka?” Senyum Viona seketika hilang saat mendengar seseorang bertanya padanya.
“Sudah-sudah silakan masuk!” ujar Viona kepada dua laki-laki yang berada di depannya, dan tanpa perlu pikir panjang Viona bergegas masuk kedalam kedai mempersilakan pengunjungnya untuk duduk dan memesan makanan yang akan mereka makan.
“Jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini Jungje?” Chung-Hee yang sudah memesan makanan kini lebih tertarik dengan apa yang di ceritakan Jungje sejak tadi padanya.
“Jujur saya Chung-Hee aku tidak tahu harus berbuat apa, ini kali pertama aku melakukan hal yang bisa dibilang sungguh sulit bagiku untuk menjalaninya. Sepertinya aku harus belajar banyak darimu.” Jungje tersenyum ke arah Chung-Hee, Jungje tahu betul jika Chung-Hee adalah laki-laki yang sangat di gemari para perempuan di kampus itu, tidak hanya di kampus, bahkan jika di tempat ini ramai oleh perempuan bisa saja dia akan jadi bahan perhatian. Akan ada yang datang dan meminta foto bersamanya. Kalian tahu berapa jumlah followers media sosialnya? 3M jumlah yang benar-benar sungguh menakjubkan bagiku. Dan masalah pacar dan sejenisnya, Chung-Hee jelas lebih paham bagaimana dan apa yang harus di lakukan saat mencintai perempuan.
“Baiklah kau tidak salah pilih Jungje, kau datang pada orang yang tepat.” Chung-Hee semangat sekali mendengar jika dirinya di bilang sebagai pakar percintaan.
Beberapa saat kemudian Hisyam datang membawa pesanan Chung-Hee dan Jungje. “Jadi kapan kau akan menyatakan cintamu kepada Fatma.” Mendengar nama Fatma disebut, Hisyam langsung terbatuk dan menjatuhkan minuman yang hendak ia letakkan di meja. Sontak Jungje dan Chung-Hee secara bersamaan menatap Hisyam heran.
“Maaf-maafkan saya, sebentar saya ambilkan minuman yang baru.” Jungje ternyum kepada Hisyam lantas menepuk bahunya mengisyaratkan untuk lebih berhati-hati lagi. Hisyam lantas bergegas pergi ke dalam membuatkan minuman yang baru, jujur saja selama ia berada di korea baru kali ini ia mendengar nama Fatma, dan ia sangat yakin jika dua laki-laki korea tadi sedang membahas Fatma yang sama dengan ia kenal.
“Dasar Ceroboh, mikirin apa sih? Kerja itu yang benar Hisyam, kau tidak mau kan jika dipecat oleh pemilik kedai ini karena kau ceroboh.” Viona kembali mengomel tak jelas.
“Biar aku saja yang membawanya.” Viona lantas meletakkan minuman baru itu ke baki yang ia bawa.
“Viona!” Viona yang hendak berjalan membawa minuman itu berhenti.
“Kau kenal dua laki-laki itu?” Tanya Hisyam.
“Tidak, tapi yang jelas kita satu kampus dengannya.”
“Bagaimana kau tahu?” Hisyam menegakkan tubuhnya seakan tertarik mendengarnya lebih jauh lagi.
“Aku pernah melihatnya di kampus dan yang satunya, dia artis media sosial, aku rasa semua perempuan mengenalnya.” Viona yang merasa sudah cukup menjelaskan akhirnya pergi begitu saja tanpa memperdulikan rasa penasaran yang saat ini menjalar di pikiran Hisyam.
***
Ternyata memang benar apa yang di katakan oleh Elizabet Eulberg. Bahwa apapun yang mungkin menyakitiku, hanya akan membuatku lebih kuat pada akhirnya. Jika hari ini aku mendengar dua laki-laki itu mengatakan sesuatu tentang Fatma, maka aku akan lebih semangat lagi untuk menggapai pendamping hidupku. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, Fatma adalah seorang yang sangat berpengaruh, imannya yang teguh, kecantikan akhlak dan sikapnya membuat siapapun kaum adam akan ingin mendekati dirinya. Maka ini adalah tantangan bagiku. Ya Maha Pengasih dan Penyayang, bukankah kau menciptakan ujian sesuai dengan kadar kemampuan manusia, maka aku dengan lantang akan mengatakan bahwa aku tidak mampu jika aku tak bersamanya.
“Viona, aku izin keluar sebentar!” Saat aku melihat Viona masuk ke dapur, aku akhirnya memutuskan untuk pergi menemui Fatma saat itu juga.
“Mau kemana kau Hisyam. Kau tega membiarkanku sendiri di sini?” aku tak peduli teriakan Viona, aku sejujurnya tahu jika hari ini Saka tak masuk kerja, namun tekadku sudah bulat, aku ingin bertemu Fatma. Aku berlari ke arah kampus, menyusuri semua koridor kampus dan berharap bisa menemui Fatma dengan segera. Dan akhirnya aku menemukan perempuan itu.
“Fatma!” Ku panggil namanya, dan dia yang sedang asik berbincang-bincang dengan temannya langsung melihat ke arahku.
“Ikut denganku sebentar.” Tanpa perlu meminta izin dengannya, aku menarik tangan Fatma, menjauh dari orang-orang. Aku tak perduli semua mata memandangku, tak peduli jika akan ada gunjingan setelah ini, yang aku tahu saat ini aku harus membawa Fatma pergi.
###
Beneran dah ngga tau lagi mau ngomong apa, kok rasanya jadi Fatma itu seneng banget ya... Di rebutin dua cowok cakep-cakep lagi kan...Si Hisyam juga ngapain coba narik-narik tangan Fatma kan bukan muhrim ih...
Greget sendiri deh wkwkw padahal aku penulisnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilal To Halal (TERBIT)
Teen FictionNamaku Fatma, saat ini aku harus menghadapi dua pilihan dalam kehidupanku. Lamaran mereka bertiga atau pendidikan yang aku tempuh. Tiga laki-laki itu tiba-tiba saja datang, menyatakan cinta dan melamar secara bersamaan. Bagaimana aku memilih mereka...