“Apa? Kamu serius Fatma?” Fatma menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang di dengar Min-Ah.“Lihatlah Fatma, ya ampun hanya butuh waktu dua hari, dua hari Fatma sudah dua laki-laki yang mengatakan keseriusan kepadamu.” Min-Ah yang merasa heboh dengan cerita yang ia dengar tak henti-hentinya menyentuh tangan Fatma.
“Lalu kau jawab apa Fatma?” Tanya Min-Ah namun tak segera di jawab oleh Fatma.
“Kau menolaknya?” Kali ini Fatma menggeleng.
“Lalu? Ayolah jangan buat aku semakin penasaran.” Ujar Min-Ah yang sudah tak sabar jawaban Fatma kepada Jungje.
“Aku tidak menolaknya Min-Ah, aku juga tidak menerimanya.”
“Lalu, astaga aku benar-benar tidak habis pikir dengan mu Fatma, Jungje orang yang baik. Aku yakin dia bisa membahagiakanmu.”
“Aku tahu Min-Ah. Tapi kau tahu berapa kuat prinsipku, dan aku tidak ingin merusak prinsip yang sudah aku emban sejak dulu hanya demi laki-laki Min-Ah. Jika memang dia serius dengan apa yang dia katakan, maka biarkan waktu kan menjawab semuanya, dan jika memang Allah menakdirkan aku dan dia bersama, aku yakin dia akan sabar menunggu.”
“Sampai kapan dia akan menunggu Fatma?” Fatma terdiam, dia seakan terpojokkan oleh pertanyaan Min-Ah.
“Sampai dia mendapatkan jawaban atas apa yang dia mau Min-Ah.”
“Aku harap dia tidak lelah menunggumu Fatma.” Min-Ah berdiri dari tempat duduknya, dan mengemasi barang-barangnya di masukkan kedalam tas.
“Kamu mau kemana?”
“Mau Ngedate.” Fatma yang tak menyangka mendengar kata-kata itu, hanya bisa terkejut tak percaya.
“Sama siapa?”
“Chung-Hee. Kalau ada yang ganteng mendekat dan ngajak serius ngapain di anggurin kan. Mending aku pacarin.” Min-Ah sengaja berbicara seperti itu untuk menyindir Fatma, namun hal itu seakan tak mempan untuk Fatma yang memegang teguh prinsip kehidupannya.
“Tapi hari ini kamu kan ada kelas Min-Ah.” Ujar Fatma mengingatkan.
“Aku izin dulu ya Fatma, nanti izinin aku ya!” Min-Ah sudah jauh dari arah Kantin kampus sedangkan Fatma hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
“Assalamu’alaikum.” Tiba-tiba Hisyam datang menghampiri Fatma.
“Wa-walaikumsalam.” Jawab Fatma.
“Aku boleh duduk di sini?” tanya Hisyam dan di jawab anggukan oleh Fatma.
“Kamu masih kecewa sama aku Fatma? Aku minta maaf.” Sekali lagi Hisyam meminta maaf kepada Fatma tentang kejadian kemarin saat dia menarik tangan Fatma.
“Aku sudah memaafkan kamu Hisyam, nyatanya sebesar apapun kesalahan seseorang, kita sebagai umat muslim harus saling memaafkan. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang terhasut akan bisikan setan. Dan untuk kecewa, jujur saja aku masih kecewa, tapi tak apa anggap saja kemarin hanya kesalahan yang kau lakukan, dan semoga hal itu tidak terulang lagi.”
“Aku janji tidak akan mengulanginya lagi Fatma.” Fatma menganggukkan kepalanya.
“Aku percaya, dan jangan buat kesalahan lagi. Mungkin bagimu hal itu biasa, tapi belum tentu dengan orang lain.” Fatma tersenyum kepada Hisyam, tak sekalipun Fatma memandang mata laki-laki itu, namun berbeda dengan Hisyam yang tiada henti memperhatikan Fatma.
Jungje yang sejak tadi berada tak jauh dari Fatma dan Hisyam, hanya bisa memperhatikan saja dari jauh. Tapi ia tidak bisa membiarkan Fatma hanya duduk berdua dengan laki-laki lain. Jungje mendekat menghampiri mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilal To Halal (TERBIT)
Ficțiune adolescențiNamaku Fatma, saat ini aku harus menghadapi dua pilihan dalam kehidupanku. Lamaran mereka bertiga atau pendidikan yang aku tempuh. Tiga laki-laki itu tiba-tiba saja datang, menyatakan cinta dan melamar secara bersamaan. Bagaimana aku memilih mereka...