Chapter 2

13 0 0
                                    


Sekolah

Xavier menarik nafasnya berkali-kali mencoba untuk tidak gugup. Ia akan masuk SMA. SMA yang sama ketika daddy dan mommy nya bersekolah. Xavier bercermin menata rambutnya yang aduhay indah. Xavier bergaya dengan tampan.

Bocah itu keluar dari kamar dan menghampiri Mommy dan Daddynya yang sudah ada dimeja makan. Xavier terharu melihat orangtuanya yang selalu harmonis. Daddynya selalu mencintai Mommy sepenuh hati. Xavier duduk dan mengucap salam kepada orangtuanya.

"Siap untuk sekolah, boy?"

Xavier mengangguk cepat. Ia akan diantar oleh sang ayah tercintah ke sekolah. Xavier bisa saja naik motor, tapi kata Daddy, Xavier belum genap 17 tahun. Daddy ingin ia mempunyai SIM dahulu. Xavier hanya menuruti peraturan sang Daddy. Xavier pernah dengar jika Daddy nya dulu nakal, suka ngerokok, mabok, main cewek, naek mobil juga. Mangkanya sekarang Daddy tidak mau jika Xavier mengikuti jejaknya.

"Dad, boleh aku punya pacar?"

"Enggak!"

"Boleh dong!"

Kedua belah pihak bertentangan. Mommy melarangnya namun Daddy menyilahkan. Maka, ia akan menuruti sang suhu.

"Apaan sih, Dad. Xavier masih kecil."

"Enggak, sayang. Anak kita udah gede. Udah 17 tahun."

"Tapi kan... "

"Tenang aja, Mom. Aku tetep cinta kok sama Mom meskipun udah ada pacar. Kan pacar pertama aku itu, Mom." ucap Xavier menenangkan sang ibu kandung.

"Heh, mommy punya Daddy!"

Xavier merengguk, "Iya, iya. Punya Daddy."

-

"Dad, udah cool belum?"

Xavier memberikan tampang dinginnya kearah Zidan. Ia akan bertingkah kekanakan kepada orang-orang terdekat saja kok. Ke yang lainnya, Xavier akan cuek seperti Daddy dulu.

"Anak Dad selalu cool. Salam."

Xavier menyalami Zidan dan mulai keluar dari mobil. Xavier mengeluh karena gen Mommy yang tidak suka keramaian mengalir padanya. Namun, Xavier cowok! Xavier harus bisa bersahabat dengan siapapun. Ia akan mengikuti jejak Daddy bagian fositifnya saja.

"Heh, heh! Gue kira lo gak bakal masuk SMA ini?"

Xavier menengok kebelakang. Ternyata 3 teman SMP nya juga berlanjut ke SMA yang sama. Xavier hanya tersenyum. Ingin sekali bocah itu menyengir lebar.

"Ayo kita ke lapangan. Kita bakal MPLS."

Ketiga teman Xavier berlari menuju lapangan, begitupun dengan Xavier. Ia mengikuti ketiga temannya.

Semua siswa baru merapat kelapangan. Ternyata banyak juga yang masuk ke SMA ini, padahal bukan SMA favorit.

"Sstt, stt, bocah minions."

Xavier terusik kembali. Ia menengok kebelakang dan terbelalak kaget. Ternyata cewek yang ada didepan rumah makan Abah adalah kakak kelas nya. Terlihat ia memakai jas organisasinya. Ah, anak osis juga, lagi.

"Sstt kak, aku lagi nyamar dulu." bisik Xavier. Ia takut identitasnya sebagai cowok cuek kandas ditengah jalan.

"Nyamar?"

Xavier menggaruk tekuknya ragu. Ia hanya memberikan senyuman pada kakak kelasnya itu. Padahal, Xavier ingin berbicara banyak pada kakak kelasnya itu dengan hidmat dan penuh cinta.

"Bentar ya, kak. Aku mau dengerin pid-"

"WOY YANG NGOBROL TERUS DISITU, KEDEPAN!"

Teriakan membahana itu memenuhi seluruh lapangan, bahkan mungkin seluruh muka bumi ini. Enggak, deng.

Semua siswa menyorot kearah Xavier dengan tatapan horor. Begitupun ketiga teman smp nya dulu. Hati Xavier dag dig dug karena yang dipanggil dirinya. Xavier menatap dingin kearah ketua osis yang menatapnya menyeramkan.

Xavier berjalan kedepan dengan penuh percaya diri. Padahal Xavier tidak kuat menahan malu. Telinganya sampai merah.

"Perkenalkan nama kamu." ucap ketua osis dengan kalem.

"Xavier Natariksa."

Semua siswa berbisik-bisik. Gurupun begitu. Semua yang ada disana jadi kisruh. Xavier bingung kenapa setelah ia memperkenalkan diri, semuanya jadi heboh.

"Natariksa? Jadi, kenapa kamu memilih sekolah disini. Padahal, ini bukan sekolah favorit ataupun sekolah elite?"

"Daddy sekolah disini, dulu."

Guru sangat tercengang. Apalagi guru yang sudah tua namun masih sanggup mengajar langsung kaget. Mereka tahu siapa Natariksa dulu yang sekolah disini.

"Ah, yasudah. Kembali ke tempat."

Xavier kembali ketempat dengan perasaan tenang. Ia pikir akan dihukum karena mengobrol. Lain kali ia akan mengacuhkan kakak kelas cantiknya itu meskipun berat.

"Kenapa mereka heboh pas lo sebutin nama?"

Kakak kelas cantik itu kembali bertanya. Xavier menghela nafas, "Aku gak tau. Aku diem dulu ya, kak. Takut kedepanin lagi."

Kakak kelas itu akhirnya terkekeh. Merasa lucu karena tampang Xavier yang dingin tapi berbicara polos. "Nama aku, Rihana Fernandez. Panggil aku Hana, oke."

Xavier tersenyum lebar karena kakak kelas cantiknya memperkenalkan diri lebih dulu.

"Aku Xavier." Xavier mencodongkan kepalanya lebih bawah untuk mendekati telinga Hana, "Kakak bisa panggil aku sayang juga gak papa."

Hana melotot karena Xavier menggombalinya. Hana mendengus lalu berlalu mencari spot lain asalkan menjauh dari Xavier. Bocah itu mulai berbahaya

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
XavieRihanna TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang