Chapter 14

6 0 0
                                    


Nyerah


Hana terduduk diam ditaman sekolah. Ia melewatkan dua jam pelajaran siang ini hanya karena memikirkan, Xavier yang meninggalkannya demi Aurora.

Gio datang untuk membawa Hana ke kelas karena lelaki itu disuruh mencari Hana. Mereka sudah memasuki kelas dua belas. Banyak ujian-ujian yang pelajarannya tidak bisa tertinggal. Gio tidak bisa membiarkan Hana berlarut seperti ini.

"Sampai kapan Lo mau disini, Hana?"

Hana masih diam ketika Gio terus saja membujuk Hana agar kembali dan berbicara kepadanya.

"Semuanya pasti gara-gara, Xavier kan? Gue tadi liat, dia gendong adik kelas. Gue curiga, dia ninggalin Lo disini."

Hana terusik. Ia menatap tajam Gio yang tengah menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Kayaknya Lo puas banget, Yo?"

Gio terkekeh, "gue kasihan sama Lo, Hana. Lo terlalu cinta apa gimana. Sifat Xavier yang caper sama semua cewek gak bakalan hilang. Lo jangan bego!"

"Tutup mulut Lo, Yo. Xavier gak gitu orangnya. Dia bantuin temen nya."

"Dan ninggalin Lo disini sendirian, begitu?" Serobot Gio membuat Hati Hana semakin sakit. Nyatanya, Xavier benar-benar meninggalkan Hana. Hana pikir, Xavier akan kembali setelah membawa Aurora ke UKS.

"Apa sih yang diharepin dari dia. Mending sama gue."

"Gue gak suka sama lo, Gio!"

Gio menggeram kesal. "Terus kemarin-kemarin kita ngapain, Hana?"

"Ngapain? Kita jalan-jalan aja. Gak ada yang melibatkan perasaan."

"Gue melibatkan itu. Ayolah, jangan munafik jadi orang."

Hana berdiri dan mendekat kearah Gio. "Gue tau sekarang kenapa foto yang Xavier maksud tersebar. Lo kan dalang dari semua ini?"

Gio awalnya terkejut namun lelaki itu langsung tersenyum dan mengangguk polos. "Ketahuan deh. Maaf, ya."

"Maaf lo bilang? Lo bikin semuanya kacau, Gio. Lo bikin Xavier gak percaya sama gue."

Gio mencengkam pipi Hana. Matanya menyorot tajam ke netra gadis itu. "Asal lo tau, sedari dulu gue suka sama lo. Dari pertama kita ketemu. Dari sebelum ada bajingan itu disekolah. Gue udah suka lo, Hana. Buka mata lo baik-baik."

Hana mencoba melepaskan cengkraman itu. "Gue gak peduli. Ada atau enggak adanya Xavier diantar kita, gak bakalan bikin kita tetep pacaran. Gue gak sudi!"

Gio gatal. Ia ingin sekali menampar Hana yang menatapnya tajam pula dan berani menentangnya. Gio mengangkat tangannya untuk menampar gadis itu.

"Cupu. Setelah ngelecehin orang, lo hobi nampar orang, Gio?" Tanya Xavier yang tiba-tiba datang.

"Xavier?"

Xavier menghempaskan tangan Gio lalu menatap tajam Hana. "Kenapa kalian ada disini berdua?"

"Xavier, kamu salah paham." Bela Hana. Ia tidak mau merusak kepercayaan lelaki itu.

"Terus ngapain disini, Hana?"

"Gue nungguin lo!" Teriak Hana.

Xavier bungkam. Matanya menatap kearah Gio yang tengah tersenyum miring. Lidah itu membasuh bibirnya seolah sudah mencicipi makanan.

"Jangan rusak kepercayaan aku, Hana."

"Kamu cuman salah paham, astaga. Gio, jelasin semuanya!"

Gio menatap Hana dengan tatapan tidak berdosa, "jelasin apa? Jelasin kalau kita abis ciuman?"

"GIO!"

BUKK!!

-

Hana sampai diparkiran, menghampiri motor yang pemiliknya belum ada. Hana tidak mau Xavier salah paham. Yang kemarin saja, belum selesai. Sekarang ditambah lagi dan semuanya gara-gara Gio.

Hana tersenyum memandang Xavier yang berjalan kearahnya. Namun senyumannya surut dikala tangan yang selalu menggenggam tangan Hana kini beralih menggenggam tangan Aurora.

"Xavier?"

Xavier bungkam. Lelaki itu bahkan tidak memberikan raut ceria kepada pacarnya.

"Aku harus anter Aurora pulang." Ungkap Xavier.

"Terus aku?"

"Kamu bisa naik taxi atau nebeng sama Gio." Ucap Xavier sekenaknya.

Hana menggeleng tidak percaya. Xavier dingin padanya, Xavier tidak peduli padanya, Xavier... Berubah.

"Kamu tega, Vier?"

"Abangnya Aurora udah ngasih tanggung jawab sama aku."

"Kak Xavier anterin aja kak Hana. Aku bisa telepon supir Abang." Ucap Aurora dengan tidak enak. Apalagi Hana menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Enggak. Abang kamu udah nitipin kamu ke aku."

"Tapi-"

"Gue... Gue gak percaya Lo berubah gini, Vier. Lo lebih percaya orang lain daripada gue yang notabenenya pacar Lo dalam setahun ini. Dan apa ini? Lo mentingin orang lain dari pada gue?" Ucap Hana dengan penuh kekecewaan.

Xavier memutar bola matanya malas, "dia bukan orang lain. Dia temen aku."

"Temen? Okay, temen. Temen hidup!"

Hana segera menjauh dari Xavier dan Aurora. Ia sudah sangat sakit hati dengan sikap Xavier yang egois. Lelaki itu berkali-kali mementingkan hatinya sendiri dibanding mengerti orang lain. Hana menyerah.

Hana membalikan badan. "Gue gak mau, masalah ini jadi beban buat gue, Vier. Gue nyerah."

Xavier membesarkan matanya ketika Hana menyebutkan kata menyerah. Apakah itu ungkapan putus yang secara tidak langsung. Bahkan gadis itu menangis seraya menjauh. Kini hati Xavier semakin bersalah.


••••

Hayoloooh, Xavier. Diputusinnn...

XavieRihanna TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang