Chapter 11

7 0 0
                                    


Introspeksi



Sudah dua hari Xavier tidak masuk sekolah. Lelaki itu memohon agar izin sekolah kepada Daddy-nya. Akhirnya, lelaki itu terdampar dikantor Daddy dan jalan-jalan tidak jelas disekitar kantor. Ponsel sengaja Xavier tinggal dirumah karena Hana terus menghubungi.

Xavier hanya ingin menenangkan diri dan introspeksi diri atas kesalahan nya kemarin. Lelaki berumur 17 tahun itu terbengong dimeja kantin. Xavier bingung harus melakukan apa karena sedari tadi Daddy-nya masih ada meeting. Kadang, saat seperti ini Xavier merindukan opa nya yang selalu ada untuknya.

"Kak Xavier?"

Xavier menoleh ke sumber suara. "Loh, Aurora?"

Aurora tersenyum hangat. "Boleh aku duduk?"

Lantas, Xavier langsung mengangguk, memberikan lahan untuk Aurora duduk.

"Kok kamu ada dikantor Daddy?"

"Oh, ini kantor Daddy kamu?" Aurora balik bertanya. Xavier mengangguk mengiyakan.

"Aku dibawa Abang kesini."

"Kamu gak sekolah?" Tanya Xavier.

"Kakak juga gak sekolah?"

"Loh, aku nanya duluan, Ora."

Aurora nyengir, "aku sakit, kak. Dirumah gak ada siapa-siapa. Jadi dibawa Abang kesini. Kakak harus liat Abang aku yang nyeremin itu."

Xavier mengangguk, ia juga penasaran dengan Abang dari Aurora. Abang Aurora terdengar begitu protektif kepada Aurora.

"Kayaknya udah selesai deh meeting nya, kak. Kita ke atas, yuk?"

"Hm."

Mereka beriringan untuk menghampiri Daddy dan abang dari Aurora. Ternyata memang benar, mereka keluar dari ruangan meeting seraya bersalaman.

"Abang!"

Lelaki berumuran dua puluh lima itu menoleh, ia tersenyum kearah adiknya. "Itu adik saya, pak. Namanya Aurora."

Zidan mengangguk, "sangat manis."

"Daddy!" Xavier tidak mau kalah. Lelaki itu memangil ayahnya seperti yang dilakukan Aurora.

"Nah, itu anak saya. Namanya Xavier."

Abang dari Aurora itu menatap Xavier dan Aurora bergantian, "kelihatannya mereka dekat, pak."

"Sepertinya." Singkat Zidan.

Xavier menghampiri Daddy-nya, begitupun dengan Aurora.

"Ini yang aku ceritain, bang. Yang waktu itu nolongin aku." Cerita Aurora penuh semangat.

"Oh ini. Makasih ya, Xavier atas pertolongannya."

Xavier mengangguk ceria. Abang Aurora terlihat seperti bang Romeo. Namun kakak dari Aurora itu hangat walaupun dalam tutur katanya dingin.

"Yasudah, saya duluan." Pamit Zidan.

"Dadah... Aurora."

Aurora tersenyum lalu melambaikan tangan. Mereka akhirnya berpisah, Aurora kembali ke kantor abangnya dan Xavier masuk keruangan Daddy-nya.

"Kamu suka Aurora, Xavier?" Tanya Zidan tiba-tiba.

"Enggak, Dad. Kan aku ada Hana."

Zidan tersenyum dan menepuk bahu Xavier dengan gentle. Zidan duduk ke kursinya sedangkan Xavier tiduran di sofa. Sebenarnya, Xavier bosan karena tidak sekolah. Xavier rindu teman-teman nya, canda tawa dan tentunya Hana. Meskipun ada kekecewaan dalam hati Xavier, ia masih mencintai Hana.

Xavier juga yang salah. Xavier mengaku akan hal itu. Hati perempuan dan laki-laki itu berbeda. Perempuan itu gampang baper. Ia lebih menggunakan hatinya daripada logika.

Besok Xavier harus ke sekolah untuk memperjelas hubungan mereka dan meminta maaf. Ia menyayangi Hana, demi apapun.

-

Esoknya Xavier masuk sekolah, ia langsung mencari sang kekasih kelantai atas. Xavier yakin Hana sudah datang. Gadis itu selalu tepat waktu untuk berangkat ke sekolah.

"Hana?" Panggil Xavier dengan nafas tidak beraturan.

Hana yang menunduk dalam langsung mendongakan kepalanya. Menatap manik Xavier yang teduh. Hana tersenyum karena Xavier nya kembali.

"Xavier?"

Mumpung tidak ada siswa lain yang ada dikelas, Xavier masuk kedalam kelas Hana dan langsung memeluk gadis itu dengan erat. Hana yang ia lihat sekarang terlihat berantakan. Wajah tanpa polesan apapun, mata panda serta bibirnya pucat.

"Kamu sakit, sayang?" Tanya Xavier dengan lirih. Lihat, secara langsung lelaki itu melihat betapa tersiksanya ia. Xavier ingin menangis karena telah meninggalkan Hana selama dua hari. Sedangkan Hana sudah menangis sejak tadi seraya memeluk erat kekasihnya itu.

"Kamu kemana aja, Xavier?"

Xavier memegang pipi Hana seraya mengusap air mata Hana. "Aku gak kemana-mana. Aku disini. Maafin aku, ya. Maafin aku ninggalin kamu."

"Aku yang minta maaf buat kamu kecewa, Xavier."

"No, aku yang kecewa sama diri aku sendiri gak bisa peka sama keadaan kamu. Kamu butuh aku tapi aku gak ada. Aku minta maaf, Hana."

Perkataan Xavier sangat menyentuh hati Hana. Hana tidak menyangka, lelaki manja itu bisa berbicara romantis dan serius. Hana semakin menyayangi bocah Minions nya itu.

"Udah ya, nangisnya."

"Ayo aku anter ke kamar mandi. Muka kamu kusem. Kekurangan kasih sayang dari aku, hehe."

Hana menabok bahu Xavier diiringi kekehan ringan. Akhirnya mereka berbaikan walaupun ada beberapa hal yang mengganjal.

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
XavieRihanna TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang