Chapter 5

10 0 0
                                    

Ulang tahun.

Xavier ulang tahun yang ke 17. Hana tahu itu. Hana bingung harus memberi kado apa kepada Xavier. Apalagi sekarang Hana tahu latar belakang Xavier. Xavier bukan cowok sembarangan. Xavier anak tunggal kaya raya. Hana sampai insecure.

Namun Hana tetap teguh. Ia tidak akan terbebani asalkan Xavier setia padanya. Dan Xavier pun cuek-cuek saja. Hana suka Xavier yang tidak pernah mengumbar kekayaan orang tuanya. Terbukti ketika Xavier masuk ke sekolah ini. Padahal Xavier mampu ke tempat sekolah elite ternama.

Di lain tempat, Xavier terbengong karena pintu kelas tertutup. Tidak biasanga pintu kelasnya tertutup kecuali sudah ada guru. Tapi, jam masih menunjukkan bahwa sekarang masih pagi. Xavier membuka pintu itu dengan ragu.

Kreeeek.

DOOORRR!!

"HAPPY BIRTHDAY, XAVIER!"

Xavier mengerjap pelan. Kaget. Xavier menatap teman sekelasnya dengan teharu. Ia tidak menyangka diulang tahunnya ia mendapatkan kejutan. Meskipun sederhana, tentu sangat menguras emosi Xavier. Ia ingin menangis.

"Makasih, temen-temen."

"Kita gak punya kue, Vier. Tapi-"

Semua murid membelah menjadi dua kubu untuk memperlihatkan bangku Xavier yang penuh dengan kado-kado. Kado itu melebihi jumlah teman kelasnya. Xavier yakin, fans nya juga mengirimkan hadiah.

"Subhanallah, banyak banget."

Xavier bingung. Mau dipindahin kemana kado itu. Xavier memungut kado yang terjatuh dilantai. Wajah Xavier penuh kebingungan.

"Makasih temen-temen. Padahal gak usah ngasih kado segala."

"Gak papa. Lo kan manusia berharga dikelas ini."

Xavier terkekeh. "sekali lagi makasih. Aku sampe bingung harus nyimpen kado ini dimana."

Xavier akhirnya dengan berat hati menelpon daddy nya, menyuruh para bodyguard untuk datang ke kelas dan membawa kado-kado itu untuk dibawa pulang.

Teman-teman disana melongo melihat 5 orang bodyguard yang kekar-kekar masuk ke kelas mereka. Para bodyguard itu mengambil semua kado dan langsung membawanya pergi.

Xavier semakin tidak enak. Apalagi teman-temannya yang tidak berkutik sama sekali.

"Lo sekaya apa, Vier?" Tanya Anton si ketua kelas.

"Aku gak kaya. Keluarga aku yang kaya."

"SAMA AJAA!"

Xavier menggeleng keras, "sumpah, aku gak kaya."

"Xavier?"

Xavier tau suara siapa itu. Ia segera membalikan badannya ke arah pintu lalu tersenyum senang. "Eh, pacar aku dateng, hehe."

Hana menghampiri Xavier yang menyengir lebar, "Happy birtday, pacar." bisik Hana.

Semua yang ada disana menggoda mereka. Ada juga yang tidak suka, kebanyakan perempuan yang begitu mengagumi Xavier.

"Makasih, calon istri."

"Bocah kelas 10 udah bawa-bawa calon istri!" tegur Galuh merasa hina.

Dan teman teman yang lain hanya menyoraki kedua sejoli yang saling bucin.

"Aku ada kado buat kamu." Ucap Hana. Ia sekarang memakai 'aku-kamu' kepada Xavier biar lebih romantis.

Xavier melotot, "Ngapain? Aku gak perlu."

Bibir Hana melengkung sedih, "kamu gak mau dapet kado dari aku? Pengen dari fans-fans kamu aja?" Lirih Hana begitu sedih ditelinga Xavier.

Xavier tidak enak jadinya. Hana tentu salah paham. "Bukan begitu, beb. Ada kamu dihidupku aja udah jadi kado terindah kok."

Lagi-lagi seisi kelas menyoraki Xavier yang semakin kesemsem bucin. Lagian ngapain dengerin Xavier. Mereka menonton Xavier dan Hana dengan tatapan bosan tapi penasaran.

Hana tersenyum malu. Wajahnya pun memerah karena disorakin seisi kelas. Xavier ikut tersenyum dan langsung menerima kado dari Hana. Tidak besar, melainkan kado berukuran kecil yang bisa masuk kesaku celana nya.

"Apa ini?" Tanya Xavier.

"Jangan dibuka disini, ya. Di rumah aja. Aku malu. Yaudah, aku ke kelas dulu. Udah bel masuk." Pamit Hana.

Xavier hanya mengangguk dan mengucapkan hati-hati dijalan. Padahal kelas mereka cuman berbeda satu lantai, bukan beda negara.

Xavier mengocok kadonya dengan penasaran. Namun, ia sudah janji akan membukanya setelah pulang kerumah. "Aku yakin ini adalah sesuatu berharga."

-

Xavier pulang. Mommy nya tengah menyiapkan perayaan ulang tahun bersama pendekor yang dipesan oleh Daddy. Nanti, Opa, Oma, Tante dan om nya akan datang. Begitupun saudara-saudara Xavier. Xavier adalah cucu terakhir dari Tara, cucu paling kecil. Romeo anak dari Adara sudah besar dan akan mempunyai istri. Begitupun sang adik Romeo, Salila yang baru lulus kuliah.

Jadi Xavier adalah cucu kesayangan Tara karena lelaki itu yang paling menggemaskan dan menghibur. Berbeda dengan Romeo yang dingin seperti ayahnya. Dimas masih dingin seperti dulu padahal sudah tua.

Xavier masuk ke kamar nya dan segera membuka hadiah dari Hana, kekasihnya.

Dan ternyata, sebuah gelang yang dirajut. Xavier tersenyum. Gelang berwarna coklat tua itu terlihat cantik. Xavier segera memakai gelang itu ditangan kirinya. Kini gelang yang terlihat cantik, menjadi gagah setelah dipakai oleh Xavier.

"Bagus banget. Aku harus telepon pacar aku."

Xavier segera mengambil ponselnya dari saku. Menelpon Hana untuk mengucapkan terima kasih.

"Hallo?"

"Hallo, sayang. Makasih kado nya. Aku suka."

Diseberang sana, Hana grasak grusuk tidak membalas ucapan Xavier. Namun tak lama, suara Hana terdengar.

"Sama-sama. Aku yang buat itu loh. Entar kita couplean juga."

"Bener?" Tanya Xavier kesenangan.

"Heem. Yaudah aku tutup ya, Xavier. Mama aku udah pulang."

Xavier mengangguk meskipun tidak terlihat oleh Hana yang ada disebrang sana.

Xavier menoleh kearah pintu yang diketuk. Suara mommy terdengar nyaring diluar pintu. Xavier segera keluar dari kamarnya.

"Loh, kamu belum ganti baju?" Tanya Tania.

"Belum, mom. Ada apa?"

"Itu opa kamu datang. Sana sambut."

Xavier sumringah. Ia segera berlari turun kebawah untuk menyambut opa yang selalu jarang menjenguknya apalagi kini opa semakin sering sakit-sakitan karena faktor umur.


•••

XavieRihanna TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang