Chapter 4

11 0 0
                                    

Ditembak cewek

Xavier celingukan dikelas Hana mencari sosok Hana yang entah kenapa akhir-akhir ini sering menghilang dari pandangan. Setelah memberikan air mineral tempo hari, Hana dingin kepadanya. Xavier ketar ketir. Xavier takut kalau dirinya menyakiti Hana.

"Cari Hana ya, lo?"

Xavier mengangguk saat teman kelas Hana bertanya perihal Hana.

"Dia diruangan osis."

Xavier segera berlalu dan pergi menuju ruangan osis. Ada hal yang harus diluruskan. Xavier tidak bisa berjauhan dengan Hana. Walaupun lelaki itu masih tidak mempunyai nomor ponsel Hana, Xavier masih sanggup asalkam Hana tidak dingin padanya.

Begitu pintu ruangan itu dibuka, sosok yang dicari tengah duduk diam. Xavier diam mematung. Fokusnya bukan lagi kepada Hana. Tetapi kepada tangan Hana yang dipegang erat oleh ketua osis. Ah, panggil saja dia Gio.

"Maaf, gue ganggu." Xavier segera berlalu dengan kekecewaan.

Hana menarik tangannya dari Gio. "Udah gue bilang, gue gak bisa balas cinta lo. Maaf." Hana langsung mengejar Xavier yang mungkin sudah salah paham.

"Xavier tunggu! Xavier!"

Xavier berjalan dengan tergesa-gesa. Wajahnya keruh tidak memperlihatkan kehumorisan sama sekali. Lelaki itu bahkan mengacuhkan Bobi yang menawarinya es cekek. Xavier akhirnya sampai ditaman belakang yang cukup sepi. Ia tahu, Hana akan mengejarnya kesini.

"Xavier? Lo marah sama gue?"

Xaveir berbalik. Ia menatap dingin kearah Hana. "Buat apa gue marah? Gak ada hak."

"Lo marah, Xavier."

Xavier diam. Ia duduk dikursi kayu yang usang.

"Lo bahkan gak pernah ngomong 'lo gue' ke gue, Vier."

"Aku... Aku gak ada hak buat marah."

Hana mendekati Xavier yang mulai kalem. Hana berjongkok, menelaah wajah Xavier yang ganteng banget.

"Lo ada hak kok."

Xavier mendongak, "Kita bahkan bukan dua pasangan, kak. Jangan bikin hati aku berbunga deh."

Hana terkekeh gemas. Disaat beginipun, kepolosan Xavier nampak. Tadi, Hana sempat khawatir karena Xavier menjadi orang yang berbeda. Xavier terlihat menyeramkan.

"Gimana kalo kita jadi pasangan?"

"Hah?"

Hana mengangguk dan Xavier masih terbengong. "Kakak nembak aku?" tanya Xavier dengan tampang bego. Wajah marahnya terganti dengam wajah bocah minionsnya Hana.

Hana mengangguk lagi seraya tertawa kencang. "Kenapa emang? Gak suka ditembak cewek duluan?"

Xavier menggeleng cepat. "Enggak! Aku gak suka! Martabat aku sebagai cowok anjlok gara-gara kakak! Aku yang duluan nembak, harusnya! Ulang-ulang!"

Hana semakin tergelak karena protesan Xavier. Xavier benar-benar menggemaskan.

"Sok, mau di ulang? Tapi emang harus gini posisinya?"

Xavier segera berdiri dan membawa Hana untuk duduk. Kini gantian, Xavier yang berjongkok. Tangan Xavier menyentuh tangan Hana. Xavier gugup.

"Maaf yah, udah marah gak jelas."

"Hem."

"Kak?"

"Hm?"

"Aku... Aku gugup."

Hana lagi-lagi ngakak. Hal serius seperti ini jika ada Xavier maka sia-sia. Namun Xavier adalah tokoh utama disini.

"Rihanna Sahara, mau gak jadi pacar Xavier Natariksa. Jadi pacar bocah minions yang kakak temuin di warung Abah?"

Hana tertawa lalu mengangguk kencang. Hana tidak akan melupakan kisah Xavier yang memakai kaos kutang serta kolor Minions itu. Xavier begitu menggemaskan.

"Heem... Terima gak ya?"

Xavier merenggut tidak suka. "Kok gitu. Harus diterima dong."

"Iya, deh iyaa. Demi kolor minions." kini mereka tertawa bersamaan.

"Tau gak. Kakak gak bisa lepas dari aku." ucap Xavier dengan serius. Sifat Fosesif Zidan menurun pada Xavier sendiri.

"Kalo gitu, gue jangan dilepas."

Xavier menggeleng, "Aku kak, Aku!"

"Iya! Aku nya jangan dilepas ya Xavier."

Xavier terdenyum bangga. Ia tidak akan melepaskan Hana karena gadis itu adalah pacar pertamanya. Walaupun ia dulu menyukai anaknya mbak Ratna, Xavier akan lebih mencintai dan menyayangi Rihanna. Tetap kok, peringkat pertama adalah Tania Natariksa sang ibunda kandung Xavier.

"Yaudah, masuk kelas yuk. Udah bel, tuh."

Xavier berdiri dan memberikan uluran tangan kepana Hana. "Sebagai hari pertama kita pacaran, kakak harus pegang tangan aku."

Hana tertawa gemas. Ia dengan segera menyatukan tangannya dengan tangan Xavier. Hana mungkin akan bahagia bersama Xavier. Akan awet muda karena bocah itu penghibur baginya. Hana janji, ia tidak akan melepaskan Xavier, begitupun dengan Xavier sendiri.

XavieRihanna TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang