Chapter 13 : Afeksi

884 110 5
                                    

Keringat masih membahasi seluruh tubuh Yaga Masamichi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keringat masih membahasi seluruh tubuh Yaga Masamichi. Ketua dari Distrik Amaryllis ini belum dapat diberi keterangan oleh Toji karena kondisi psikis nya yang masih terguncang. Mai mengecek seluruh kondisi Ketua Yaga untuk mengetahui jikalau ada indikasi yang abnormal maka dapat langsung ditangani.

"Tuan Masamichi, saya persilahkan anda untuk beristirahat terlebih dahulu,  lokasi markas ini aman dan sangat strategis jadi kemungkinan penyergapan tidak akan terjadi. Saya akan-"

"Kapten Toji... Saya akan menjelaskan semuanya.."

Mai dan Yuuta yang mendengar hal ini langsung mengundurkan diri dari ruangan tersebut, nampaknya percakapan diantara kedua belah pihak ini akan sangat serius. 

"Sebelumnya saya sangat ingin berterima kasih, seperti biasa, saya selalu kagum dengan loyalitas anda dalam membantu warga Amaryllis termasuk saya." Yaga masih menundukkan kepala nya.

Raut wajah Toji datar dan tak berkutik sama sekali, seluruh perasaan emosi bersatu menjadikan stabilitas emosi Toji kurang stabil. Kedua lengan berotot nya ia bawa untuk disilangkan di depan dada nan kokoh itu.

"Saya tidak ingin berbasa-basi, tepat sebelum saya mengunjungi kantor kerja saya, seorang pemuda dengan pakaian lusuh nya mengancam saya untuk ikut dengannya. Pada saat itu saya tidak membawa asisten pribadi saya karena saya alihkan untuk mengurus kantor militer pusat. Pemuda itu mengeluarkan sebilah belati kecil dan menyuruh saya untuk ikut dengannya tanpa memberikan penjelasan apapun."

Oke, ini sangat menarik. Pemuda mana yang berhasil menaklukan nyali Yaga Masamichi sebagai seorang Alpha terhormat di distrik ini. Sungguh mengesankan.

"Entahlah, kondisi tubuh ku memang agak menurun setelah menyerebaknya permasalahan besar di distrik ini."

"Sebelum itu, apakah anda mengetahui secara rinci bagaimana ciri-ciri dari pemuda tersebut?" Toji menanyakan hal ini karena perasaan yang dia rasakan saat ini sungguh kuat. Hati nurani nya mengatakan bahwa itu adalah 'dia'.

"Pemuda itu benar-benar seperti pemuda jalanan dengan tampilan urakannya. Wajah simetris penuh debu serta bau amis darah menyelimuti seluruh tubuhnya. Saya tidak bisa memastikan status gender kedua dari pemuda itu. Namun, setelah pemuda itu membawa saya kesini, saya cukup terkejut ketika melihat seluruh pasukan pengamanan sudah terkapar tak bernyawa."

Gojou Satoru memang sangat cerdik, Toji sudah tidak aneh dengan trik yang dikeluarkan oleh Gojou. Dahulu, seorang laki-laki dengan umurnya yang masih muda menghampiri Toji ketika dirinya masih mengenyam pendidikan militer. Sekitar 14 tahun yang lalu tepat dengan kelahiran anak bungsunya, Megumi, dia bertemu dengan Gojou yang masih berusia 13 tahun di depan sebuah rumah sakit.

"Paman? Apakah paman seorang pasukan inti dari distrik ini? Paman begitu gagah! aku ingi menjadi seperti paman!"

Gojou Satoru dengan nada bocah dan lugu nya berbicara itu secara tiba-tiba kepada Toji yang sedang berduka dan senang disaat bersamaan. Istrinya telah tiada, demi memperjuangkan sang buah hati yang sekarang begitu Toji sayangi. Toji tidak menggubris ucapan bocah kecil tersebut dan bergegas lari untuk kembali masuk ke dalam rumah sakit. Ucapan kecil yang Gojou lontarkan terasa begitu nyata untuk Toji rasakan saat ini.

𝐔𝐛𝐢 𝐀𝐦𝐨𝐫, 𝐈𝐛𝐢 𝐃𝐨𝐥𝐨𝐫 ; 𝙂𝙤𝙟𝙤𝙪 𝙭 𝙈𝙚𝙜𝙪𝙢𝙞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang