[ 𝐌 ] Apakah kalian pernah mendengar tentang sebuah kisah, dari dongeng Cinderella? Dimana, Cinderella adalah seorang gadis yang hidup bersama seorang ibu dan kedua saudara tirinya. Dan tentu saja hidup Cinderella begitu sengsara, sebelum akhirnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Kegilaan yang di alami Jungkook pada Dua malam yang telah berlalu itu, nyatanya telah mampu menarik fokus Jungkook sepenuhnya. Dimana angan pria itu, menjadi hanya berkutat pada seorang gadis cantikbernama Lalisa.
Siapa Lalisa? Mengapa gadis itu tiba-tiba saja mengajak ia menikah? Haha, terdengar gila memang. Tapi, itulah kenyataannya. Lalisa, mengajak Jungkook menikah pada pertemuan pertama mereka.
Gila, ini semua gila.
Masih dalam selimut yang menggulung tubuh kekarnya, kedua kelopak Jungkook mengerjap lambat dengan angan yang telah menjelajah tak tentu arah. Sebuah angan yang berusaha menelisik segala hal tentang Lalisa.
Dengan bantuan paman Han, seseorang yang merupakan orang kepercayaan Jungkook, kini pria tampan bergigi kelinci itu telah menggenggam segala hal tentang Lalisa. Tentang siapa gadis itu, dimana Lisa tinggal, bagaimana ia hidup, dan segala sepak terjang Lalisa. Segalanya, telah Jungkook kemas dengan sangat apik.
Namun, ada hal yang menggelitik benak Jungkook. Lalisa, gadis itu ternyata merupakan seorang gadis yang baik. Bahkan sangat baik. Tak ada catatan buruk sedikitpun tentang Lalisa. Seorang gadis yang berpendidikan tinggi, putri tunggal dari keluarga kaya raya, beretika baik, dan berbudi pekerti. Terlebih rupa Lalisa begitu menawan. Jadi, apa alasan saat gadis itu tiba-tiba datang dan menawari Jungkook sebuah pernikahan?
Haha, pernikahan. Apa Lalisa pikir, sebuah pernikahan adalah lelucon?
Sungguh, Jungkook tak habis pikir. Namun pada faktanya, itulah yang terjadi. Dan jangan lupakan, jika Lalisa menunggu jawaban darinya. Seorang gadis yang menunggu sebuah jawaban dari seorang laki-laki. Kekeke ~~
Tok, tok, tok...
"Jungkook-ah,"
Mendengar sebuah suara di balik pintu, Jungkook mendongak. Sebuah suara yang Jungkook kenal, yakni suara sang ibu.
Klek,
Pintu terbuka, menampilkan sebuah presensi wanita berusia matang di baliknya. Dan benar saja, itu ny. Jeon Seoyun, sang ibu.
"Bangun Jungkook, ayah mu telah menunggu di meja makan. Cepat turun." Suara sang ibu menguar, lengkap dengan sebuah helaan napas lelah.
"Aku tidak lapar ibu, jangan menunggu ku." Tolak Jungkook. Pria itu kembali menarik selimut, dan kembali menggulung tubuh kekarnya.
Melihat tingkah sang putera, salah satu tangan Seoyun terulur, memijat perlahan pangkal hidungnya sendiri.
"Ayolah nak, kita sarapan bersama. Jika kau tidak turun, ayahmu yang akan naik." Rayu Seoyun. Wanita itu melangkah mendekati sang putera yang kini kembali memejamkan mata.