S L O W U P D A T E
Minerva itulah kelompok yang dicari-cari Dispater, kelompok misterius yang hilang selama hampir lima belas tahun lamanya. Dan kemudian tiba-tiba muncul setelah meninggalkan jejak kecil di komputer utama Dispater.
Akankah Dispat...
⚠︎ Cerita ini mengandung bahasa kasar dan vulgar. Diharapkan kebijaksanaan dalam membaca cerita ini.
Klik ☆ and don't forget about the comment
Happy reading ( ˘ ³˘)♥︎✌︎
***
"Aku mungkin menyukai kabar baik, tetapi tidak ada yang lebih menyebalkan dari kabar buruk. Jadi, mulai dari situ saja,"
"Baiklah, kabar buruknya kami tidak mengetahui siapa yang membunuh Piere, tetapi satu hal. Minerva dibaliknya."
"Itu memungkinkan, lalu kabar baiknya?"
Jeremy menatap Vincent tanpa berkedip. "Kimberley ada di sana semalam, adikmu benar salah satu anggota Minerva."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vincent tidak bisa tidak terfokus setelah apa yang dikatakan oleh Jeremy semalam—selepas kedatangan pria itu di kedkami. Maka setelah bangun di keesokan harinya, pagi-pagi sekali Vincent menyempatkan diri mengunjungi mansion Greystone yang berada di Manhattan untuk menjumpai adiknya di sana.
Sebenarnya dengan sekali panggilan Vincent bisa tau dimana keberadaan adiknya itu berada, dengan menelpon Ben—kepala pelayan di mansion milik ayahnya itu. Hanya saja Vincent perlu memastikan dengan mata kepalanya sendiri tentang adiknya itu.
"Nona muda tidak berada di rumah saat ini," itulah yang dikatakan Ben begitu Vincent menjejakkan kaki di rumahnya yang sepi karena ibu dan ayahnya sudah bertandang ke Prancis bersama sang kakak kemarin siang.
"Kemana dia pergi?" tanya Vincent akhirnya setelah menyesap kopi hangat buatan bibi Marie—salah satu kepala koki di rumahnya sekaligus istri Ben, yang sudah lama mengabdi di keluarganya sedari ayahnya muda.
Ben berdiri di sebelahnya, ber-setelan rapi dengan rambut klimis yang hampir seluruhnya putih—menandakan umurnya yang semakin bertambah tua. Pria itu terlihat membaca sesuatu dari buku kecil yang diambil dari sakunya—buku yang mulai digunakan sejak dua tahun lalu untuk mengatasi ingatannya yang semakin pendek.
"Nona tidak memberitahu spesifiknya, tetapi hanya mengatakan akan menginap di rumah temannya selama beberapa hari sebelum kembali ke London. Dan dia pergi dua hari yang lalu, pukul sepuluh lewat dua belas menit pagi." jawab Ben menjelaskan.
"Lalu, apakah dia pergi dengan membawa sesuatu, Ben?" tanya Vincent lagi.
Ben terlihat diam sejenak, bergelut dengan ingatannya yang kian tua dan menjawab tidak lama setelahnya. "Dengan satu ransel kecil, dan... Ah! tas gitarnya." kata Ben dan Vincent mengernyit.
Dia tidak tau Kimberley memiliki gitar sebelumnya—maksudnya sejak kapan adiknya itu tertarik dengan musik? Kimberley bahkan tidak bisa memainkan blok not termudah piano apalagi gitar? Adiknya itu buta nada.
Lantas Vincent kembali memusatkan perhatiannya pada Ben dengan kerutan halus di keningnya. "Kapan dia memiliki gitar, Ben?" heran Vincent.
"Sudah lama, Tuan Muda. Hampir tiga tahun ini, Nona sering membawa gitar ketika keluar, walaupun tidak pernah dimainkan di rumah. Mungkin kira-kira sejak kepulangannya dari Italia setelah menyelesaikan studinya di sana. Nona mulai tertarik dengan musik." penjelasan Ben bukannya membunuh rasa penasaran Vincent justru semakin membuat jejak di dahinya kian menebal.