BAB 4

7 3 0
                                    

"Kenapa harus gue, gue Takut. Tolong jangan benci sama gue"

****

Nara berjalan biasa di Koridor menju kelas, namun ia sedikit terkejut karena bertemu Raven, kelas mereka berjauhan... Tapi kenapa sekarang mereka sering sekali bertemu, Raven hanya diam berjalan seperti tidak melihatku, ia bersama meisya.... Dia memeluk pinggang meisya sangat erat, dan meisya juga terlihat sangat menyayangi Raven, Nara sangat tak enak hati dengan meisya, jahat? Memang. Tapi dia bisa apa? Mau nolak pun mama dan bundanya Raven akan tetap memaksa...

Saat ingin masuk kelas, Nara melihat shiren, disha dan Zara yang sedang... Biasalah... Gibah:"

Zara melambaikan tangannya "Nara siniiii!!!!! " Sambil sedikit mengebrak gebrak meja. "Zara berisik..." Ucap shiren sambil menahan tangan Zara.
"Hehe, peace" Zara tertawa dengan gaya andalannya.

"Masih mikirin itu? " Tanya disha, Nara hanya mengangguk. "Ayolah nar gausah dipikirin, masih lama juga kan gapapa udah sini peluk" Ucap shiren. "Minggu depan- " Lirih Nara. "Minggu depan gue nikah" Melanjutkan omongannya, lalu memeluk shiren. "Hah kok bisa? Cepet banget?" Shiren dan disha menatap Nara, Nara mengangguk "iya, ternyata mereka udah nerencanain ini dari lama, gue juga rada kaget plus ga Terima. Tapi gue bisa apa, gue gamau durhaka, walapun nolak aja pun pasti ga di anggepin, bakalan terus di paksa. Gue merasa bersalah banget sama meisya dia ga salah apa apa, gue sama aja ngerebut Raven dari meisya ren" Lirih Nara dia benar benar ingin menangis sekarang juga. (Anggap saja kelas mereka sepi)

"Lo ga salah, Nara lo ga salah liat gue. Lo ga salah..., lo cuma di paksa. Dan emang kalau takdirnya Raven sama lo itu gapapa, kalau dia memang jodohnya sama lo gimana?" Ucap shiren yang juga ingin menangis.

"Tapi kita ga saling cinta ren, kita gabakal bisa bareng. Bahkan Raven mungkin benci gue" Nara yang tak tahan pun akhirnya menangis. "Cinta bisa tumbuh kapan aja nar, seiring berjalannya waktu dia pasti bisa cinta lo kok. Tugas lo hanya menjadi istri dia dan yang pasti mencintai dia. Lo gausah merasa bersalah sama meisya. Udah takdir kaya gini, jalanin aja" Ucap Disha sambil mengelus punggung Nara. Nara sangat bersyukur mempunyai teman yang suportif, kalau mereka ada masalah, pasti ada yang membantu menuntun ke jalan keluarnya.

Nara memeluk mereka semua, dan tiba tiba ada bocah yang berkata "jangan nangis nanti Zara beliin balon deh" Dengan senyuman namun.... "Pake uang nara dulu ya hehe" Dia terkekeh. Nara langsung tersenyum dan menyubit kedua pipi Zara. Zara memang sangat menggemaskan.

Karena ucapan temannya, dia berjanji untuk mulai belajar mencintai raven. Walapun Raven tidak Terima, seenggaknya dia istri sahnya nanti. Meisya? Maaf kayanya gue harus rebut Raven dari lo.... Gue jahat? Ya. Tapi gue janji gabakal nyakitin fisik lo Mei, maafin gue rusak hati lo yang mungkin rusak mental lo juga....

***

Di lain sisi Raven sedang kumpul bersama teman temannya, mereka kembali membolos, Meisya tadi ikut kumpul bersama mereka di kelas Raven, namun saat bel ia kembali ke kelasnya.

"Gimana lo sama nara?" Darren buka suara. "Ya gitu" Raven hanya membalas Darren malas malasan. "Meisya?" Tanya kevan. "Gak tau gue, gue juga gabisa nolak masalahnya. Gue beneran gatau, gue gaenak sama nyokap juga kalo terlalu nolak. Lo tau sendiri gimana Nyokap gue ke meisya" Ucap Raven dengan tatapan kosong. "Saran gue coba cintain meisya" Ucap arsen. "Ck meisya gimana sen. Gue udah sayang banget sama dia, lo ga liat. Hubungan gue baik baik aja. Bahkan sangat baik, gimana caranya gue bilang ke meisya?!" Sedikit meninggi karena ia terbawa emosi.

NARAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang