"Salah gak sih gue suka dia?..."
***
Saat sedang menikmati angin dan teriknya matahari disiang hari, disinilah Nara berada...
Karena Nara sedikit lapar, dia membuka suara dan berkata. "BISA MAMPIR MAKAN DULU GA? GUE LAPER" Dia sengaja berbicara lebih keras, agar Raven mendengar.
Raven hanya menjawab "MAKAN DI RUMAH GUE" teriaknya.
"HAH?! NGAPAIN?! " Nara sedikit kebingungan dengan jawaban Raven. Raven hanya sedikit menengok kebelakang dan bilang "disuruh bunda"
Gue cuma meng 'oh' kan omongannya, toh juga mau nolak. Pasti mamanya sudah tau juga kan.
***
Saat sudah sampai...
"Lo ngapain?! Turun!!" Raven rada membentak, karena melihat Nara yang ga turun turun dari motornya.Namun saat Nara turun dia tetap berdiam di samping motor, karena ia tak tau harus apa. "Ck Ngapain Diem aja?!" Bentak Raven lagi. "L-lo duluan dong... " Sedikit memohon karena ia bingung harus apa saat ini.
"Ck" Raven hanya berdecak sebal dan berjalan ke arah pintu, tentu saja Nara hanya diam mengikutinya di sana.
Tok... Tok... Tok... Ceklek...
"Bunnn. ini Naranya" Raven memanggil bunda nya, "eh sini nak. Bunda di dapur" Sedikit berteriak, karena ia sedang membuat kue.
Raven hanya menatap Nara dan mengode, untuk menyuruh Nara nyamperin bundanya. Sedangkan Raven berjalan ke atas menuju kamarnya. Nara mereasa sedikit cringe, dan akhirnya berbicara.
"Wah tante lagi bikin apa nih???" Sambil menyalimi bunda diana. "Panggil bunda aja nak, kuee kamu suka kue ga? Sini kita buat, kata mamamu kamu jago masak ya? " Sedikit menggoda.
Nara tersenyum, "hahaha iya ta-" Nara mengerutuki kebodohannya "eh bun, aku suka kue kok" Sambil memamerkan gigi.
Saat sedang asik mengobrol dan membuat kue dengan bundanya Raven, tiba tiba Raven turun dengan pakaian lumayan rapih. "Kamu mau kemana bang?" Tanya bundanya. Raven hanya membalas malas malasan "keluar sebentar" Lalu lanjut berjalan ke arah pintu, "bang, Naranya ko ditinggal?? " Namun sepertinya Raven lebih dahulu keluar jadi dia tidak mendengar ucapan bundanya.
Kenapa panggilannya abang? Karena Raven memang mempunyai adik bernama, Felicia Araselle. Atau biasa di panggil baby cia. Umurnya sekitar 1-2 tahunan. Kenapa kemarin ga di ajak? Kenapa sekarang gaada? Kemarin cia lagi dititipin ke kakek neneknya, sekarang cia lagi tidur.
Saat sedang mengobrol dan menunggu kuenya matang, tiba tiba terdengar suara Tangis cia dari kamarnya. "Eh ada suara bayi nangis ya bun? " Nara memang tidak terlalu tahu kalau Raven mempunyai adik. "Oh itu cia, adiknya Raven. Sebentar bunda ambil dulu ya, dari tadi. Dia tidur" Nara hanya mengiyakan, karena tangis cia sudah semakin kencang.Bunda diana datang bersama cia di gendongannya, rasanya Nara ingin mengigit pipi bulat bayi itu "oh ya ampun itu pipinya mau jatuh" Batin Nara gemas. Nara sangat menyukai anak kecil, walapun nakal, tapi mereka menggemaskan menurutnya.
"Aaa bunda gemes bangett!!! " Ucap Nara sedikit mencubit pipi bayi itu, cia hanya tertawa melihat expresi Nara. "Hahaha kamu bisa aja, ini mau coba gendong" Ucap bunda diana. "Mau banget bunnn" Lalu menggendong cia.
"Halo ciaa, gemes banget sihh nama panjangnya ciapa inii" Ucap Nara yang sambil mengelus ngelus pipi cia. "Felicia Araselle kakak" Ucap bunda diana, seperti anak kecil. Nara hanya tertawa lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NARAVEN
Fiksi Remaja"Gue bukan perusak hubungan orang!!" Nara, gadis ceria yang sangat disayang keluarga serta sahabatnya. Namun suatu ketika dia dijodohkan dengan anak teman mamanya. Raven, laki laki yang ia maksud. Nara kenal dengannya, mereka pernah bertemu beberap...