E02 : Percikan

3.4K 72 1
                                    

Suatu sore, setelah sehari yang panjang dan melelahkan, Tria merasa butuh waktu untuk bersantai. Dia berjalan melewati lorong rumah belakang dimana disana tempat pembantu mencoba menuju kamar Edo, di mana suara musik lembut terdengar keluar dari sela pintu yang sedikit terbuka. Tria merasa penasaran dengan apa yang ada di dalam, dan tanpa pikir panjang, dia memutuskan untuk mengetuk pintu.

"Edo, bolehkah aku masuk sebentar?" tanya Tria dengan suara lembut.

Edo, yang sedang duduk di meja belajar, tersenyum ketika melihat Tria. "Tentu saja, Tuan. Silakan masuk," jawabnya ramah.

Tria masuk ke dalam kamar dengan hati yang berdebar-debar, merasa terpesona oleh suasana yang tenang dan nyaman di dalamnya. Dia melirik sekeliling, mencari-cari sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Suka dengan musik ini?" tanya Edo, menunjuk ke arah pemutar musik di pojok kamar.

Tria mengangguk, tersenyum. "Iya, aku suka. Tapi sebenarnya aku lebih tertarik dengan kamu," jawabnya, mengungkapkan perasaannya dengan tulus.

Edo terkejut mendengar pengakuan Tria, namun dia juga merasa senang. Mereka saling bertatapan, dan dalam keheningan yang menyenangkan, terjalinlah keintiman yang semakin dalam di antara mereka.

Dalam momen yang penuh ketegangan dan gairah, Tria duduk di kasur Edo, sedang Edo berdiri di depannya, menatapnya dengan mata yang penuh dengan keinginan terpendam. Ketika Tria secara canda menyatakan perasaannya, Edo tiba-tiba mendorong Tria perlahan sehingga jatuh ke kasur dengan lembut. Tria terkejut oleh tindakan tiba-tiba Edo, namun tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kegugupannya.

Edo menatap Tria dengan serius, memancarkan pesona dan daya tarik yang memikat. Namun, dalam usahanya untuk menggoda tuan rumahnya, Edo sedikit kelewat batas dan sedikit kurang ajar.

"Dengar, Tuan Tria.." ujar Edo dengan suara yang penuh dengan keinginan, "Saya tahu anda menyukai saya. Tapi perlu anda ingat, saya bisa menjadi sangat.. sangat liar, menggoda, dan juga tidak terkendali."

Tria, yang terbaring di kasur dengan tatapan yang dipenuhi dengan campuran antara kegugupan dan keinginan, menjawab dengan napas yang tersengal-sengal, "Edo, aku... Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan..."

Edo tersenyum, tetapi tetap menatap Tria dengan serius. "Tidak perlu dikatakan apa pun, Tuan. Biarkan tindakan kita berbicara lebih keras daripada kata-kata."

Dalam keheningan yang penuh dengan ketegangan dan gairah, mereka saling bertatapan, merasakan getaran keintiman yang mendalam di antara mereka. Meskipun sedikit kurang ajar, momen itu memperkuat ikatan antara Tria dan Edo, membawa mereka lebih dekat satu sama lain dalam aliran gairah yang membara.

Dalam suasana yang penuh dengan keintiman yang terputus, Edo menarik lengan Tria perlahan hingga membuatnya bangkit duduk. Dengan ekspresi yang tulus, Edo meminta maaf sambil mencium punggung tangan Tria dengan lembut.

*CHUUP*

"Maaf tuan" ujar Edo

Tria, yang sedikit terkejut oleh tindakan itu, menyeringai namun tetap terkesan oleh kesopanan dan kegagahan Edo.

Edo kemudian kembali mengecek ponselnya dan duduk di atas meja, mendengarkan lagu yang mengalun diruangan dengan tatapan yang melamun. Tria, meskipun masih sedikit shock, tidak bisa menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaannya.

ART Hot-ku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang