E03 : Who's The Boss?

3K 67 0
                                    

Saat satu demi satu kaitan pendeng Edo terbuka, Tria memandang dengan penuh antisipasi. Mata mereka bertemu dalam keintiman yang penuh dengan keinginan. Edo mulai memelorotkan celananya dengan gerakan yang liar, hingga jatuh ke pergelangan kakinya. Dengan kegagahan yang melekat padanya, Edo melemparkan celana itu ke arah belakang Tria dengan kakinya.

Tahap kedua datang ketika Edo melepas boxernya, dan benda pusakanya akhirnya terungkap, menjulang dengan gagahnya. Tria, tak dapat menyembunyikan kegilaannya, memandang dengan mata yang berbinar. Batangnya, berwarna putih kecoklatan dengan kepala yang merah dan disunat, menarik perhatian Tria secara instan. Bulu-bulu jembut halus yang menutupi batangnya, yang kini sudah dipangkas sepenuhnya, menambah kesan kejantanan yang memikat.

Tanpa bisa menahan diri, Tria mendekat dan berlutut di depan Edo, hanya berjarak lima sentimeter dari benda pusakanya yang menantang. Dia berkata dalam hati.

Anjir gilaa...! Barang milik pemuda ini gagah sekali. Aku tak boleh menyia-nyiakannya..!!

Melihat kegilaan Tria, Edo meludahi tangannya sendiri dan mengocoknya untuk membuatnya semakin besar di hadapan Tria. Terdengar suara dan napas yang tersengal-sengal, Tria bertanya pada Edo apakah dia sudah mengukurnya. Edo menggeleng, mengisyaratkan bahwa dia belum melakukannya.

Tria mencoba mengendus batangnya Edo dan menghirup jembutnya dalam-dalam, membuat Edo mengerang. Tria menjilati sedikit ujung lubangnya, lalu menghirup napas yang dalam, menelan ludahnya, dan mengambil penggaris untuk mengukurnya. Dengan hati-hati dan seksama, Tria mengukur batangnya Edo dengan penggaris plastik transparan, dan hasilnya membuatnya terkesima: 18 cm.

Melihat Tria, Edo merasa bangga dan penuh keinginan. Dia mulai nakal, memegang dagu Tria dengan penuh keinginan, seakan-akan mengkode untuk mengajaknya melakukan lebih dari sekadar mengukur benda pusakanya.

Edo menyelipkan jempolnya di tengah bibir Tria, mengusapnya dengan gerakan yang jantan. Dengan suara yang penuh dengan kepercayaan diri, dia bertanya, "Bagaimana, tuan? Anda puas bukan dengan hasilnya? Oleh karena itu, tuan, jangan sia-siakan bukti kegagahan diriku ini."

Tria hanya mengangguk berkali-kali, memperhatikan Edo dengan tatapan penuh keterpesonaan. Dia menjulurkan lidahnya, terbuka seperti anjing yang lapar, menunjukkan keinginannya untuk merasakan lebih banyak lagi.

Edo tidak ragu-ragu. Dengan penuh keyakinan, dia memasukkan benda pusakanya perlahan-lahan ke dalam mulut Tria, hingga mentok. Ketika Tria hampir batuk, Edo malah memerintahkan, "Tahan, tuan. Inilah yang tuan inginkan dari saya, bukan? Biarlah tuan merasakannya hingga ke kerongkongan."

Dengan gerakan maju-mundur selangkangannya, Edo menghentak mulut Tria dengan batangnya yang tersumpal di dalamnya. Matanya terpancar ekspresi yang begitu seksi, sementara ia menengadah, mengigit bibirnya dengan penuh gairah. Suara desahan pun terdengar di ruangan itu, menciptakan suasana yang penuh dengan keintiman dan gairah yang tak terbendung.

Dalam kegilaannya yang sudah kepalang sange, Edo tidak ragu untuk menjambak rambut Tria saat ia melakukan gerakan maju mundur menghentak mulut Tria dengan penuh gairah. Meskipun ia tahu bahwa Tria adalah tuan rumahnya, nafsu yang membara telah merampas akal sehatnya.

Ketika Tria batuk dan mengeluarkan batang Edo dari mulutnya, ia meminta ludah dan dahak Tria, yang dengan ajaibnya dituruti oleh Tria dan diberikan kepada Edo. Tanpa ragu, Edo melumurkan semua itu ke benda pusakanya.

Dengan pemandangan yang menggoda di hadapannya, Tria lanjut mencium dan menjilati jembut serta kedua telur Edo dengan penuh nafsu. Ia merasakan kelembutan dari bulu-bulu halus dan kehangatan dari tubuh Edo yang semakin membangkitkan gairahnya.

ART Hot-ku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang