E10 : Adam & Hawa

2.1K 57 1
                                    

Di ruang rapat kantor, dimana Tria menjabat sebagai direktur pemasaran, tengah ikut serta dalam sebuah presentasi simulasi produk baru. Tria, yang biasanya tajam dalam setiap presentasi, kali ini terlihat tidak konsentrasi. Meskipun duduk di tengah-tengah presentasi produk baru yang penting, namun pikiran Tria tidak fokus karena terus-menerus terbayang-bayang oleh ciuman intens dengan Edo, seorang pembantunya, yang terjadi sebelumnya terus menerus mengganggu pikirannya. Meskipun dia berusaha keras untuk memfokuskan perhatiannya pada presentasi, tapi pikirannya tetap melayang-layang ke momen intim itu. Ketika ketua tim meminta pendapatnya, Tria terdiam sejenak sebelum memberikan tanggapan yang kurang meyakinkan, karena pikirannya masih dipenuhi oleh ingatan ciuman dengan Edo.

"Pak Tria, apa pendapat anda tentang presentasi produk ini?" tanya ketua tim

Tria seketika tersentak dari lamunannya "Ah?"
"M-maaf, bisakah kamu mengulang pertanyaannya?"

"Ehem! Apakah yang bapak pikirkan tentang simulasi produk baru kita ini?" ulang ketua tim tersebut

Tria kemudian memaksakan senyum dan menjawab "Oh, ya, tentu. Ng, produknya menarik dan memiliki potensi besar di pasar. Namun, saya perlu waktu lebih banyak untuk menganalisis dan mengkajinya secara mendalam."

Nono, sekretaris Tria, peka akan keadaan atasannya dan dengan cepat mengajukan istirahat untuk semua orang selama setengah jam. "Maaf, mungkin kita bisa mengambil istirahat sejenak? Semua orang bisa bersantai selama setengah jam." pinta Nono

"Baiklah, terima kasih, Nono."

Setelah istirahat diumumkan, Tria bergerak menuju atap perusahaan untuk merokok. Namun, dia menemukan bahwa pemantiknya tidak berfungsi. "Ah, pemantiknya habis minyak." pungkas Tria menggerutu

Saat Tria sedang berusaha menyalakan rokoknya, Nono tiba-tiba muncul di sampingnya dan dengan lembut menyalakan rokok Tria yang sudah digigit di bibirnya, memberikan sentuhan yang menyentuh hati.
Nono tiba-tiba muncul di samping Tria.
"Maaf, izinkan saya membantu, Tuan?"

"Oh, Nono. Ehm, ya, terima kasih." Tutur Tria sedikit terkejut

Nono pun menyalakan rokok Tria dengan lembut perlahan. "Tidak perlu khawatir, Tuan."

Pria itu tertawa ringan melihat sekretarisnya selalu siap sedia untuknya kapanpun dan dimanapun itu. "Terima kasih, Nono. Aku benar-benar menghargainya."

Tria akhirnya berhasil menyalakan rokoknya dan mulai menikmati sebatang rokok tersebut. Ketika melihat Nono juga merokok di sebelahnya, Tria tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan kegagahan dan kedewasaan Nono yang terpancar dari setiap gerakannya. Saat Nono mengepulkan asap sambil menengadah dan menyisir rambutnya dengan jari, Tria merasa terpana sejenak. Dalam hati, Tria merenung tentang betapa beruntungnya memiliki Nono yang selalu memahami dan mengerti dirinya. Namun, kenapa perasaan yang muncul ketika Edo menciumnya tadi selalu mengganggunya dan menghantuinya hingga saat ini, Tria tidak bisa menghindarinya.

Tentu saja aku harus bersyukur memiliki Nono disampingku. Dia selalu mengerti aku dengan begitu baik. Tapi mengapa perasaanku masih terombak ambing oleh momen tadi dengan Edo? Ini membuatku bingung dan tidak bisa fokus.

Saat itulah, Nono mengatakan pada Tria bahwa dia selalu siap mendengar curhatannya ketika ada pikiran yang mengganjal. Dia menekankan bahwa Tria tidak perlu malu atau canggung lagi, mengingat mereka kini sudah berpacaran.

ART Hot-ku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang