9

608 67 2
                                    




Charlotte POV

Seminggu sudah berlalu. aku dan draco akhirnya terbebas dari hukuman, selama seminggu itu draco makin menjadi-jadi dalam hal menggangguku dan membuatku hampir gila karna kelakuannya, pokoknya tiada hari tanpa marah-marah. namun untungnya ia tidak pernah mengungkit malam di mana aku mencium pipinya itu. Sejujurnya saai itu aku sadar jika aku benar-benar tidak waras, aku tidak tau kenapa aku melakukan itu.

Saat ini aku dan luna sedang fokus membaca buku di great hall. Aku juga dapat melihat draco yang masih memakai perban di tangannya itu, duduk bersama teman-temannya berbicara berlebihan tentang betapa parah lukanya. Padahal aku yakin lukanya itu pasti sudah sembuh, madam pomfey tidak sebodoh itu sampai tidak bisa menyembuhkan luka dari seekor hippogrif.

draco yang sedang asyik berbicara dengan teman-temanya pun menyadari aku yang tengah melihatnya. Aku tidak memalingkan wajahku karna ia pasti akan mengejekku dan berkata aku takut padanya, ia tersenyum miring padaku lalu kembali berbincang-bcinang dengan temannya.

Aku mendengus kesal lalu kembali membaca buku ku.

"Dia terlihat! Dia terlihat!"

Aku menoleh ke arah meja Gryfindor. melihat Harry potter dan teman-temannya berkumpul melihat sesuatu.

"Sirius Black!" ucap seorang anak laki-laki yang aku tau bernama Seamus finnigan.

Luna yang tadi fokus membaca buku akhirnya ikut mendongak.

"Dufftown?....itu tidak jauh dari sini" ucap Hermione.

aku melirik luna. Setahuku luna memiliki keluarga yang tinggal di Dufftown.

"Tenang saja bibiku sudah pindah dari sana sejak 1 bulan yang lalu" seakan-akan bisa membaca pikiranku, aku menoleh pada luna yang sudah lanjut membaca bukunya lagi.

Aku melirik buku yang di baca oleh luna dan mulai menyadari sesuatu.

"perasaan ku saja atau akhir-akhir ini kau memang sering membaca buku tentang ilmu Naturalis?"

"Aku sudah menemukan minatku"

"aku kira kau ingin jadi peramal"

"ya, aku sudah."

Aku hanya tersenyum pasrah, mengiyakan ucpan luna dan kembali fokus pada bukuku. lalu sebuah burung kertas tiba-tiba saja sudah mendarat di hadapanku. Aku melirik ke kanan dan kekiri, lalu melirik ke arah draco dan teman-temannya yang sedang tertawa kecil sambil melihatku.

Aku memandang kertas ini dengan perasaan tidak enak lalu membukanya.

"Hahaha lucu sekali" aku meremat kertas itu dengan kesal, menjadikannya sebuah bola saat setelah membaca tulisan di kertas itu yang bertuliskan ejekan untukku.

Aku memantrai rematan kertas di tanganku lalu, rematan itu terbang melesat mengenai kepala draco sampai ia mengaduh kesakitan. Aku tersenyum miring saat melihatnya memandangku sambil mengosok-gosok kepalanya. Teman-temannya tertawa dan dapat ku lihat draco membentak mereka dengan raut wajah kesal.

Sebelum aku mengajak luna pergi, aku dapat melihat ia mengisyaratkan padaku jika aku akan habis di tangannya. Aku menjulurkan lidahku tidak peduli dengan semua ancamannya lalu keluar dari great hall.

"Seharusnya aku mengikuti saranmu untuk membaca di perpustakaan saja" aku mendengus kesal sambil menarik tangan luna yg sepertinya masih sibuk membaca bukunya bahkan saat kami masih sedang berjalan.

Smile, Draco.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang