"Sejatinya kamu tidak berubah, tapi keadaannya saja yang sudah berbeda."
*
*
*"Lho? Nando belum pulang?"
Aku berdiri di depan pintu menatap cowok cuek yang beberapa menit lalu menatap remeh kepadaku. Ia tengah berdiri dan bersandar di dinding dengan menunduk memainkan ponselnya.
Nando sedang apa di sini? Bukannya sekolah sudah sepi?
"Nando! Aku tanya, Nando belum pulang?" Aku berdiri di depan Nando, cowok itu mengangkat wajahnya yang tadinya menunduk.
"Udah tau, nanya."
"Nungguin siapa?" tanyaku.
"Ga ada."
"Terus ngapain di sini?"
"Terserah aku dong."
"Iya juga si, yaudah deh aku duluan ya." Aku melambaikan tangan pelan lalu melangkah meninggalkan Nando.
Namun sebelum hal itu benar terjadi, Nando mencekal tanganku.
"Pulang sama aku!"
Aku berbalik, menatap tanganku dalam genggaman Nando.
"Nando, jangan pegang-pegang!" Aku menyentakkan tanganku, apa-apaan sih!
"Ayo pulang sama aku."
"Engga deh, Uni bisa pulang sendiri."
"Bareng!"
"Kok Nando maksa?"
"Yaudah kalau ga mau!"
Nando hendak melangkah pergi meninggalkan aku sebelum sebuah suara menghentikannya.
"Uni!" Suara itu, Yuda.
Aku dan Nando menoleh serentak ke arah belakang. Yuda menghampiri kami dengan langkah tegapnya, seperti biasa seragam yang berantakan dan tas yang di sampirkan asal di pundaknya. Yuda masih sama seperti saat itu, satu hari tanpa arti.
Yud, kamu tidak berubah. Aku yang sudah tidak lagi menerima perubahan lain yang ternyata lebih sulit dari perubahan diri kamu, Yud.
"Ada apa, Yud?" tanyaku saat Yuda telah berdiri di hadapanku dan Nando.
"Aku mau ngomong sesuatu, aku anter pulang ya?" Yuda menatapku penuh harap, aku tahu Yuda pasti akan membicarakan tentang aku yang menghindarinya, ah tidak ini juga tentang kami bukan?
"Maaf, Yud. Aku udah duluan bilang mau pulang bareng Nando." Aku berujar cepat, tanpa pikir panjang saat ini aku butuh Nando. Aku tidak siap dekat-dekat dengan orang yang harusnya lekas aku hilangkan dari hati dan pikiran.
Aku tahu di sampingku Nando tersenyum tipis. Cowok aneh. Dan aku juga tahu bahwa Yuda tengah menatap kecewa padaku. Yuda, kenapa kamu seolah merasa kehilangan? Bukannya aku tak lebih dari hanya pelepas bosan atau sekedar pemanfaatan?
"Uni, kamu bisa pulang sekarang. Nanti aku hubungi kamu ya? Tolong angkat ya Uni, aku butuh bicara." Yuda tersenyum singkat lalu putar balik melangkah ke arah yang berlawanan. Yuda memilih pergi.
Tersisa aku dan Nando. Aku masih menatap kepergian Yuda, punggungnya mulai menghilang di koridor ujung.
"Ayo pulang!" Seru Nando menggenggam tanganku. Aku tersentak.
"Apaan sih Nando! Jangan pegang-pegang!" Aku menatap tajam lalu melangkah lebih dulu diikuti Nando di belakangku.
Hari itu aku pulang dengan Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGKAT
Teen FictionKisah ini hanya tentang jeritan perempuan manis yang cintanya tak juga terbalaskan. Hingga ia sampai pada suatu titik, titik terakhir ia menyebut nama orang yang ia cinta di sepertiga malamnya. Pada akhirnya ia sampai juga pada fase lelah berjuang s...