"Bukan salahmu, aku saja yang keterlaluan."
*
*
*Apa yang akan kamu lakukan saat kamu harus melepaskan seseorang bukan karena tidak sayang, tapi waktu dan keadaan yang tidak lagi berpihak kepadamu?
Ya, kira-kira itulah pertanyaan yang cocok untukku saat itu. Yuda, kamu berhasil membuat aku jatuh sejatuh-jatuhnya kepadamu. Tapi tidak! Jangan salahkan Yuda! Lagi-lagi aku yang salah, perempuan ini yang terlalu mudah jatuh dan nyaman dengan perasaannya.
Esoknya setelah hari yang melelahkan itu, aku kembali bersekolah seperti biasanya. Dengan keceriaan yang biasa seperti tanpa ada masalah apapun. Dan seperti biasanya, Yuda datang ke mejaku pagi itu.
"Hai, Uni. Pagiiii," ujar Yuda menyapaku dengan senyumannya.
Aku tidak menjawab, sudah kupikirkan dengan matang bahwa tidak lagi untuk dekat-dekat dengan Yuda. Aku sudah tidak nyaman dengan tatapan sinis dan ejekan orang-orang.
"Uni, kenapa diem aja? Ada yang salah?" tanya Yuda duduk di depanku. Aku masih diam dan pura-pura sibuk membaca buku cetak di atas meja.
"Uni, aku ganggu ya?" tanya Yuda lagi.
Aku tetap diam dan memilih beranjak dari sana. Aku meninggalkan Yuda yang mengikuti langkahku dengan tatapannya. Cowok itu pasti kebingungan dengan perubahanku.
Begitupun saat bel masuk berdering, Yuda sudah pindah ke kursinya yang cukup jauh dari tempatku. Ya, aku kembali pindah kursi ke bagian pojok kelas, menghindari Yuda adalah satu-satunya jalan terbaik untuk saat ini.
Jika kalian berpikir jauh dari Yuda akan setenang itu, salah besar. Setelah pindah aku malah duduk di samping Nando, cowok yang juga hampir kuhindari belakangan ini. Karena setelah kejadian akward waktu itu, aku dan Nando sudah tidak pernah saling bicara lagi. Entah apa alasannya, ya aku maklumi Nando kan memang setidak peduli itu orangnya.
"Nando, aku pinjam stipo." Aku tersenyum sambil meraih stipo di meja Nando meskipun cowok itu tidak menjawab.
Aku beranjak ke kursiku. Nando si ambisius masih sama ternyata. Hanya saja sekarang ia lebih tidak banyak bicara.
"Aku kembalikan ya, terimakasih Nando." Aku menarun stipo milik Nando di atas mejanya. Cowok itu hanya melirik sekilas.
Nando dan aura dinginnya terasa semakin mendominasi ruang kelas ini. Ya mungkin hanya perasaanku saja. Sedikit kesal, kenapa Nando hanya dingin kepadaku? Sedangkan dengan teman-teman yang lain tidak?
Sehabis pulang sekolah, aku masih di kelas karena ketinggalan beberapa catatan. Jadi aku berinisiatif menyelesaikan catatanku di kelas sebelum pulang. Hampir semua siswa sudah keluar, hingga tersisa beberapa siswa yang sepertinya sama sepertiku. Salah satunya Nando.
Oh iya, tadi sebelum bel pulang berdering, Yuda sempat datang ke kursiku.
"Uni, aku ada salah?" tanyanya.
"Engga, Yud."
"Kenapa aku didiamkam?"
"Biasa aja, Uni ga diemin kamu."
"Uni, maaf kalau aku ada salah."
"Uni juga."
Setelahnya Yuda menatapku lekat, sedangkan aku memilih tidak membalas tatapannya. Sampai Yuda juga mundur dan memilih keluar kelas, ia bolos lagi.
Aku tahu di sebelahku, Nando melirik kami berdua yang sempat bercakap tadi. Tapi cowok itu seolah tak peduli dan tetap enggan berbicara denganku. Seperti sekarang, beberapa menit setelah jam pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGKAT
TeenfikceKisah ini hanya tentang jeritan perempuan manis yang cintanya tak juga terbalaskan. Hingga ia sampai pada suatu titik, titik terakhir ia menyebut nama orang yang ia cinta di sepertiga malamnya. Pada akhirnya ia sampai juga pada fase lelah berjuang s...