12. Menjelang Ujian Akhir Kelulusan

22 7 4
                                    

"Jangan bertahan denganku, kamu berhak melanjutkan perjalanan hidupmu selanjutnya."

***

Perihal kehidupan yang seharusnya adalah sebuah perjalanan panjang. Bagaimana kehidupan itu berjalan adalah tentang sekeras apa kita berjuang dan bertahan. Lalu untuk setiap masalah yang datang, kita dituntut untuk siap sedia menghadapinya. Kita perlu belajar entah hidup ini akan dibawa kemana arahnya, bukan dibiarkan seperti air mengalir.

Dan pagi itu aku diceramahi panjang lebar oleh Ayah dan Ibuku. Semalaman aku bercerita tentang betapa insecurenya aku saat harus berhadapan dengan orang-orang yang ternyata jauh di atasku. Aku sudah kalah semuanya dibanding mereka.

"Bu, kenapa ya Uni gak seberuntung mereka?" tanyaku sambil menunduk sedih.

"Kenapa ngomong gitu?" jawab Ibu balas bertanya.

"Uni insecure, Bu. Uni ngerasa bukan apa-apa saat berhadapan dengan orang-orang yang lebih segala-galanya daripada Uni."

"Merasa kalah? Kamu bahkan belum berjuang lho."

"Engga, Bu. Uni hanya merasa bukan siapa-siapa."

"Justru itu tantangan buat kamu. Berjuanglah untuk menjadikan dirimu itu sesuatu. Gak ada yang instan, kamu harus berjuang dan bisa memperjuangkan diri kamu. Jangan insecure, ayo semangat. Jadikan rasa rendah diri yang kamu rasakan sekarang sebagai penyemangat bahwa kamu harus lebih berusaha untuk hidup kamu kedepannya. Paham?"

"Paham, Bu."

Ibu memelukku erat, mengusap rambutku pelan. Ibu memang paling pandai menenangkan hati putrinya ini. I love you, Bu.

Setelah diceramahi Ibu, aku masih merasa tidak puas dan tetap insecure dengan diriku sendiri. Hingga aku bercerita pada Nando, siang itu sehabis pulang sekolah kami pulang lebih lama setelah jam pulang.

"Are you ok?"  tanya Nando.

"Lagi engga."

"Why?"

"Nan, Uni  insecure."

"Insecure dalam hal apa?"

"Banyak."

"Salah satunya?"

"I am not perfect. Uni gak cantik, otak standar, gak jago juga dalam hal pertemanan."

"Gak cantik? Siapa yang bilang?"

"Uni yang bilang barusan."

"Cantik itu relatif. Jangan menyamakan standar kecantikan orang lain dengan diri kamu, Uni."

"Tapi standar kecantikan itu memang ada kan? Salah ya kalau Uni ngerasa bukan apa-apa?"

"Salah banget. Kamu cantik, Uni. Jangan merasa bukan siapa-siapa hanya karena kamu ngerasa gak cantik. Gak semua hal di dunia ini tentang penampilan."

"Nan, i am not good looking, not smart. Why? Kenapa rasanya Tuhan gak adil banget, Nan?"

"Hei! Jangan overthinking gini deh, Uni. Kamu cantik, kamu pinter, kamu itu adalah ciptaan Tuhan yang sudah sebaik-baiknya Tuhan ciptakan. Jadi bersyukurlah, jangan merasa rendah diri ataupun ngerasa gak layak hidup di bumi. Inget, semuanya adalah titipan yang bisa diambil kapan aja."

"Thanks, Nan. Uni emang kurang bersyukur kayaknya."

"Hm, berhenti berpikir kamu gak cantik."

"Emang Uni cantik, Nan?"

"Cantik itu relatif. Kamu akan cantik di mata orang yang tepat."

"Bagi Yuda, Uni cantik ga ya?"

SINGKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang