Prolog

2.8K 328 8
                                    

(Fiat PoV)

11 Tahun lalu...

       Aku hanyalah seorang anak tanpa orang tua berusia 5 tahun yang menempati sebuah panti asuhan. Hari hariku berjalan layaknya anak anak pada umumnya.

       Satu persatu teman temanku mulai diadopsi, Sementara aku tak pernah dilirik oleh orang tua manapun. Mengapa? Karena aku anak yang sensitif. Aku mudah tersinggung dan pemarah. Siapapun pasti enggan mengadopsi anak menyebalkan sepertiku.

       Namun sepertinya hari ini menjadi hari keberuntunganku. Ada dua laki laki datang ke panti asuhan dan bermain bersama anak anak. Yang satu berkulit putih, Senyumnya menggemaskan, Ia memperkenalkan diri dan berkata kalau namanya Krist. Satu lagi berkulit lebih gelap, Wajahnya terlihat seperti seseorang yang hangat dan tulus.

       Saat jam makan siang tiba, Mereka berdua menghampiriku yang duduk di sudut ruangan. Mereka membawa susu cokelat kesukaanku.

       "Fiat, Abis ini kamu kemasi barang barangmu ya, Tinggal sama Papa Krist dan Ayah Singto."

       Aku tersedak wortel mendengar ucapan pria itu. Papa dan ayah? Bukankah seharusnya papa dan mama? atau ayah dan bunda?

       "Maksudnya aku bakal diadopsi sama kalian berdua?"
       "Iya, Fiat mau kan?"

        Aku masih tak paham dengan ucapan orang itu beberapa saat lalu. Sepertinya Om Krist juga sadar kalau aku kebingungan.

       "Fiat, Papa Krist dan Ayah Singto adalah pasangan. Ngga papa kan Fiat ngga punya mama?"

        Aku mengangguk. Apa yang bisa anak yatim piatu berusia 5 tahun ini pikirkan selain akhirnya diadopsi? Toh meskipun tak memiliki mama, Aku akan memiliki dua papa.

       Sorenya aku benar benar diboyong ke rumah mereka. Rumahnya besar seperti rumah rumah yang sering kulihat di televisi.

       "Krist, Temenin Fiat beresin barang barangnya ya, Aku ada urusan di kantor."
        "Iya mas, Hati hati ya."

        Aku menelan ludah, Pemandangan yang cukup asing bagiku saat melihat dua laki laki berpelukan lalu salah satunya mencium pipi pasangannya.

       Ayah Singto mengusap rambutku lalu pergi menggunakan mobil, Sementara Papa Krist mengajakku ke sebuah kamar yang besar dan rapi. Berbeda jauh dengan kamarku di panti asuhan.

       Senyum Papa Krist tak memudar sedikitpun, Mungkin suasana hatinya sedang bagus.

       "Fiat tau ngga sih, Papa sama Ayah butuh proses panjang buat bisa adopsi kamu, Dan hari ini akhirnya kita bisa bawa kamu kesini dan tinggal bareng kita." Tutur Papa Krist tanpa mengendurkan lekuk senyumnya.

       "Apa susahnya ngadopsi aku? Aku sering liat temen temenku diadopsi dan prosesnya ngga lebih dari dua hari."

       Mendengar ucapanku, Senyum laki laki itu sedikit memudar. Namun tak lama bibirnya terangkat lagi.

       "Untuk pasangan seperti kita, Butuh beberapa pertimbangan."
        "Tapi Pa, Diantara banyak anak anak kenapa harus aku?"
      
        Papa Krist menatapku dan tertawa. Entah apa yang lucu dari ucapanku barusan.

        "Tadinya kita mau mengadopsi anak perempuan, Tapi begitu melihat kamu, Papa langsung merasakan perasaan haru yang ngga bisa dijelasin, Seolah jatuh cinta pada pandangan pertama."

        Aku tertawa mendengar ucapannya, Disaat orang tua lain mengacuhkanku, Mereka malah jatuh cinta padaku.

        Begitulah awal pertemuanku dengan kedua laki laki hebat yang menemani tahun tahunku.

Jangan lupa vote ya, Happy reading

1000 ANGSA KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang