Jalan Terakhir

1.3K 259 17
                                    

       Setelah melalui proses yang panjang, Kini Singto dan Krist resmi berpisah. Mereka keluar dari gedung pengadilan bersama sama. Krist berjalan di depan dengan kepala tertunduk, Sementara Singto yang didampingi Namtan terus memandangi mantan suaminya dari belakang.

       "Krist." Suara Singto menghentikan langkah Krist. Laki laki berwajah cantik itu balik badan dan menatap Singto menggunakan matanya yang sembab.

      Singto melepas genggaman tangan Namtan dan mendekati Krist lalu memeluknya. Memeluk erat, Pelukan perpisahan. Ia membiarkan Krist menangis di pelukannya.

       "Jagain Fiat ya, Aku minta maaf ngga bisa bareng kamu lagi, Tapi aku janji bakal penuhin kebutuhan Fiat."

      "Ayo mas, Kita pulang, Aku capek." Namtan menarik tangan Singto, Seolah tak bisa membiarkan Krist memiliki pelukan terakhirnya dengan Singto.

       Akhirnya mau tak mau Singto melepas pelukan dan pergi bersama Namtan, Wanita yang ia pilih hingga mengorbankan Krist.

       Netra Krist terus memandang dua orang itu sampai akhirnya mereka masuk ke dalam mobil. Krist memegangi dadanya, Berusaha menguatkan diri sendiri.

        "Bisa Krist, Pasti bisa tanpa dia, Kan kamu masih punya Fiat." Gumam Krist pada diri sendiri. Ia lantas tersenyum dan berjalan meninggalkan gedung yang menjadi saksi bisu berakhirnya kisahnya dengan Singto.

●●●

       "Fiat, Pulang yuk nak. Udah lama kamu disini, Papa kangen."

       Krist masih berusaha membujuk Fiat untuk kembali, Sejak satu jam yang lalu. Namun Fiat hanya diam, Seakan tak peduli pada papanya.

       "Yaudah ngga papa kalo kamu ngga mau pulang sekarang, Besok papa kesini lagi. Makan yang banyak ya sayang, Kamu kurus banget."

       Hari ini Krist masih belum bisa membujuk Fiat, Namun ia tak menyerah, Keesokan harinya Krist datang dan membujuk anaknya kembali, 3 Hari berturut turut.

      Hati Fiat pun akhirnya luluh, Terlebih ia melihat keadaan papanya yang kacau. Laki laki itu biasanya terlihat menggemaskan dengan badan yang sedikit berisi, Namun kini yang tersisa hanya sosok laki laki dengan kantung mata menggantung, Tubuhnya pun kurus kering.

      "Fiat masih belum mau pulang? Yaudah ngga papa, Besok papa kesini lagi, Tidur yang nyenyak ya nak, Papa beliin lotion anti nyamuk buat kamu, Badan kamu merah merah digigit nyamuk."

       Krist tersenyum dan menepuk pundak Fiat. Ia lantas berdiri dan berniat untuk pulang.

       "Papa, Tunggu bentar, Fiat pamit sama yang lain dulu."

       Senyum Krist merekah. Usahanya tak sia sia. Akhirnya Fiat mau pulang dengannya. Fiat pun ikut berdiri lalu memeluk Krist.

       "Papa kurus banget, Kita gendutan bareng ya abis ini."

●●●

      Sepanjang perjalanan, Krist terus mengajak Fiat berbicara. Menanyakan hal hal yang berkaitan dengan anak angkatnya itu. Fiat pun menikmati setiap perhatian kecil yang diberikan oleh sang papa.

       Namun tetap saja ada yang berbeda, Krist tak seceria dulu. Meskipun laki laki itu masih menampakkan senyumnya, Senyum itu seolah terbelenggu realita.

      "Kita tinggal di apartemen kecil ngga papa ya nak, Papa lagi mengirit keuangan."
       "Pa, Bahkan kalo aku harus tinggal di gubuk, Itu ngga masalah asal aku bisa bareng papa terus."

      Hati kecil Krist tersentuh, Ia bersyukur memiliki Fiat di sisinya. Seseorang yang memberinya semangat, Mengulurkan tangan untuk membantu dirinya bangkit disaat semesta mati matian mengujinya.

      Fiat terlelap di samping Krist yang sedang fokus menyetir. Wajah anak itu terlihat kelelahan. Pengurus panti berkata pada Krist kalau Fiat jarang tidur, Ia lebih sering melamun di depan jendela kamarnya.

       Begitu mobil berhenti di parkiran apartemen, Krist berniat membangunkan Fiat, Namun hal itu ia urungkan lantaran tak tega melihat wajah putranya.

      Untuk beberapa saat ia terdiam, Siap tak siap Krist harus bisa hidup mandiri, Menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri dan anak laki lakinya.

      Suara Fiat menyadarkan lamunan Krist. Rupanya anak itu sudah terbangun.
       "Papa ngapain liatin aku? Takut aku pergi lagi?"
       "Diliat liat anak papa udah gede juga ya, Pasti banyak cewe yang suka."

       Fiat tertawa lalu menggelengkan kepala.
       "Ngga ada, Soalnya aku emosian." Ujar Fiat.
       "Makanya di kontrol emosinya biar ada cewek yang deketin."
       "Iyaaaa, Yaudah ayo turun, Aku mau lanjutin tidur."

      Mereka berdua akhirnya turun dan berjalan beriringan menuju apartemen baru Krist.

Jangan lupa vote yaaaa

1000 ANGSA KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang