Hari ini kafe tutup lebih awal, Krist mengumpulkan seluruh karyawannya. Ia memandangi satu persatu karyawan yang bekerja dengannya sejak awal awal ia membangun kafe.
"Guys, Kalian pasti udah tau kan kalo saya sama Mas Singto udah pisah. Saya harus mulai mandiri, Dan keuntungan kafe ini juga ngga seberapa. Jadi saya berniat untuk memangkas pekerja di sini, Takutnya saya ngga bisa bayar gaji kalian. Ngga papa kan?"
"Yah bos, Kita udah nyaman kerja disini. Yang dipangkas gaji kita aja bos, Beneran ngga papa."
"Iya bos, Apalagi nyari kerja sekarang susah, Masih untung kafe ini mau nampung pekerja yang karyawannya ngga tamat SD kaya saya. Biarin kita tetap kerja di sini ya bos."Krist tertegun, Ia tak menyangka banyak orang baik mengelilinginya. Ada perasaan haru yang timbul di hati Krist.
"Gini aja, Saya pangkas gaji kalian 10 persen, Barangkali ada yang keberatan dan mau mengundurkan diri bisa langsung temui saya untuk ambil pesangon ya. Saya juga mau ngucapin makasih banyak karena kalian masih mau bekerja sama saya sampe detik ini."
"Yaelah bos kaya sama siapa aja, Kita kenal bos Krist dari bos masih kuliah, Waktu masih payah banget kelola kafenya."
Mereka semua tertawa, Tawa yang bisa menjadi sedikit penyembuh bagi atasannya yang baru beberapa hari yang lalu resmi berpisah.
Di sisi lain, Singto semakin serius menjalin hubungan dengan Namtan. Ia kerap kali berkunjung ke rumah perempuan tersebut untuk sekedar mampir atau membicarakan pernikahan yang rencananya akan digelar bulan depan.
Namtan yang tahu tak lama lagi ia akan menjadi istri pengusaha muda jelas senang bukan main. Impiannya menikah dengan Singto kini perlahan mulai terwujud.
"Mas, Diminum dulu teh nya." Ucap Namtan sembari menyuguhkan segelas teh hangat. Singto mengangguk dan menyeruput teh tersebut. Manis, Bukan seperti teh yang biasa Krist buat untuknya. Singto yang tak suka makanan dan minuman manis hanya bisa diam, Mungkin Namtan belum tahu seleranya.
Ingatan Singto kembali ke masa dimana tiap pagi Krist membuatkan teh tawar untuknya, Lalu membuat segelas susu cokelat panas untuk Fiat. Mereka lalu membicarakan semua hal untuk membangunkan suasana di meja makan. Tanpa sadar Singto tersenyum, Ia merindukan masa itu.
"Senyum senyum mikirin apa sih?" Ucap Namtan saat melihat calon suaminya melamun lalu tersenyum. Singto tak menjawab, Ia hanya menggeleng dan menyeruput teh buatan Namtan.
●●●
Pagi hari Krist sudah disibukkan oleh kegiatan di kafe. Banyak anak anak sekolah yang mampir untuk membeli sandwich atau susu hangat sebagai sarapan. Di sudut kafe terlihat Fiat duduk menikmati roti panggang dengan susu cokelat favoritnya.
"Papa, Sarapan dulu." Ucap Fiat saat melihat papanya mondar mandir melayani pelanggan. Krist tersenyum lalu mengacungkan ibu jarinya.
Beberapa saat kemudian kafe mulai sepi pengunjung, Fiat sudah berangkat sekolah beberapa menit yang lalu menggunakan angkot. Krist akhirnya bisa duduk dan menikmati bolu pisang dan segelas air putih.
"Sekarang turun tangan buat ngurusin kafe ya, Kasian."
Sebuah suara membuat Krist berhenti mengunyah dan mendongak. Ia mendapati Namtan tersenyum sinis ke arahnya.
"Gimana rasanya ditinggalin gitu aja setelah jadi mainan bertahun tahun?" Namtan masih berusaha mematahkan semangat Krist.
"Kalo lo berharap gue bakal sedih, Nangis dan patah semangat, Sorry gue ngga bisa menuhin harapan lo. Lo sendiri gimana? Gimana rasanya ngerebut pasangan temen sendiri? Lo pastinya ngga lupa kan dulu di kafe ini, Lo ngeluh ke gue karena kehilangan pekerjaan, Dan dengan baik hati gue ngasih TEMAN BAIK gue sebuah pekerjaan di tempat SUAMI gue dulu. Gue yakin lo belum lupa, Kejadiannya baru beberapa tahun, Iya kan?"
Krist tersenyum lebar, Ia puas karena berhasil membungkam Namtan yang mematung mendengar ucapannya. Tak mau ambil pusing, Krist lantas melanjutkan sarapannya. Ia tak mempersilahkan Namtan duduk atau mengusir perempuan itu.
"Ngga usah sok kuat Krist, Gue tau lo lemah." Tutur Namtan sembari menendang meja Krist, Membuat air di meja tersebut hampir tumpah. Krist yang sudah kehabisan kesabaran lantas berdiri dan menyiramkan air di depannya ke wajah Namtan.
"Pergi lo, Gue buang mantan suami gue ke tempat penampungan kaya lo, Jangan pernah kesini lagi atau gue siram air panas tepat di depan pintu masuk."
Namtan sibuk mengelap air di wajahnya, Dengan berapi api ia berniat menampar Krist namun tangannya di tahan oleh seseorang.
"Kamu yang larang aku nemuin Krist tapi kamu sendiri dateng kesini dan ribut. Udah ayo ke kantor."
Singto menggandeng Namtan dan meninggalkan kafe milik Krist. Manik mata Krist terus menatap kepergian mantan suaminya.
"Harusnya aku yang kamu gandeng mas, Bukan dia."
Ayo vote dulu hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 ANGSA KERTAS
FanfictionMitosnya, Seribu angsa kertas akan mengabulkan harapan. Sebesar apa harapan yang mereka kabulkan? Apakah sebanding dengan lika liku yang Fiat alami?