Hampir Kandas

1.2K 258 5
                                    

       Sudah cukup lama Krist mondar mandir di depan sekolah Fiat. Sebentar lagi waktunya anak anak pulang. Sorot matanya terlihat khawatir, Mengingat Fiat pergi tanpa pamit tadi pagi.

      Tak lama, Benar saja siswa siswi SMA tersebut berhamburan keluar. Netra Krist meneliti satu persatu siswa, Berharap ia bisa menemukan anaknya atau minimal teman putranya.

       Fokus Krist pecah saat seseorang menepuk punggungnya. Rupanya Nanon, Teman dekat Fiat. Ia datang bersama Chimon dan Harit.

      "Om Krist mau jemput Fiat ya? Fiat nya ngga masuk hari ini." Ucap Nanon. Alis Krist bertaut. Hari ini anaknya bolos sekolah.

       "Ngga masuk? Kira kira kalian tau ngga Fiat kemana?"
       "Om Krist lagi ada masalah ya sama Fiat?" Kali ini giliran Chimon yang membuka mulut. Krist mengangguk, Lalu menghela napas berat.

       "Mungkin pulang ke panti asuhan om, Tapi saran aku mending biarin Fiat sendiri dulu. Kita juga kadang gitu kok, Fiat kalo marah sama kita, Ngga ada yang berani ngajak ngomong duluan, Nunggu dia ngomong sama kita baru kita tau kalo Fiat udah ngga marah."

       Krist terdiam mendengar ucapan Harit. Memang benar, Karakter orang seperti Fiat yang sensitif dan pemarah kadang perlu waktu untuk meredakan amarahnya.

       "Yaudah kalo gitu, Om pulang dulu ya. Kalo kalian tau sesuatu tentang Fiat tolong langsung kabarin om."
       "Iya om, Semoga masalahnya cepet selesai ya."

●●●

       Karena tak bisa menemukan Fiat di sekolah, Krist memutuskan untuk mengunjungi kafe miliknya. Sudah cukup lama ia tidak turun langsung dan mengelola kafe tersebut. Kafe yang ia rintis dari nol, Sendirian.

       Di kafe ini juga ia bertemu Singto yang saat itu hanya sekedar mampir untuk berteduh. Siapa yang sangka berawal dari berteduh lalu hati keduanya berlabuh, Walaupun akhirnya harus karam, Tenggelam dalam realita yang memukul mundur Krist.

       "Bos, Tumben banget main ke kafe, Lagi gabut banget ya pasti." Seorang pelayan menyapanya. Krist tersenyum, Alasannya mampir kemari bukan karena suntuk, Tapi karena rumah tangganya yang seperti dikutuk.

       Krist duduk di salah satu kursi dan melepas kacamata lalu memijit keningnya. Harinya terasa berat akhir akhir ini, Seolah masa trialnya untuk bahagia akan segera usai.

       Seorang pelayan menghampirinya lalu membawakan caramel macchiato kesukaan bosnya tanpa diminta. Melihat itu krist tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Pelayan pelayan disini memang sudah cukup lama bekerja dengan Krist, Jadi mereka tahu apa yang harus mereka lakukan manakala bosnya terlihat stres.

      Saat tengah menikmati minuman, Ponsel Krist berdering, Rupanya dari pihak panti asuhan.

       "Halo, Ah iya bu kami memang berencana berpisah tapi saya tetep mau mengasuh Fiat. Saya sama Mas Singto juga sepakat kalau Fiat tinggal sama saya. Saya lega bu, Dari tadi nyari Fiat ternyata dia kembali kesana. Beberapa hari lagi saya jemput Fiat bu, Mungkin setelah proses perceraian saya selesai. Tolong Jaga anak saya sebentar ya bu, Oke terimakasih."

       Krist memutus sambungan telepon dengan pengurus panti asuhan. Ponselnya beralih memperlihatkan wallpaper yang berisikan fotonya dengan Singto dan Fiat 5 tahun lalu, Saat mereka masih saling mencinta.

       "Mas, Semoga Namtan lebih baik dari aku." Krist bermonolog, Matanya tak henti menatap wajah Singto. Jujur, Hati Krist masih mengharapkan Singto untuk kembali ke pelukan, Sayangnya dengan tegas laki laki itu meminta untuk berpisah, Demi seorang wanita.

       Fokus Krist beralih pada sepasang muda mudi yang berkunjung ke kafenya. Mereka tertawa bersama, Si perempuan tersipu malu saat jemarinya digenggam kekasihnya.

       Tanpa sadar Krist tersenyum, Teringat bagaimana manisnya masa remaja ia dan Singto. Mengingat Singto membuat senyumnya pudar.

       "Dek, Semoga kisah kalian berakhir bahagia." Gumam Krist.

       Ponsel Krist kembali berdering. Kali ini dari Singto. Setelah berpikir untuk beberapa saat, Krist memutuskan untuk menjawab panggilan Singto.

      "Halo mas, Ada apa?" Tanya Krist. Ia berharap Singto menanyakan kabarnya atau berubah pikiran dan memintanya untuk pulang, Memperbaiki semuanya.

       "Jadwal sidang udah ditentuin, Lusa kita ketemu di pengadilan."

      Tanpa membiarkan Krist merespon, Singto mematikan telepon, Seolah enggan berbicara dengan Krist.

Jangan lupa vote,maaciw

      

1000 ANGSA KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang