Part 11 |•

15.9K 1.6K 6
                                    

Zy menatap sebuah foto, yang di dalamnya terdapat keluarga kecil yang sedang tersenyum. Walau hanya ada Ayah, tapi mereka tetap bahagia.

Pemuda itu mengelus bayi yang sedang di gendong oleh Ayahnya. "Dia udah besar, Ayah." gumam Zy tersenyum teduh.

Ceklek

"Kamu belum tidur?" Zy menoleh saat mendengar suara berat nan serak itu. Di ambang pintu ada Ayahnya.

"Belum, Ayah." jawab Zy. "Zy ingin bicara sesuatu dengan Ayah." lanjutnya lagi.

"Bicara apa?" tanya Ayahnya sambil masuk berjalan menuju Zy yang duduk di sofa.

"Panggil yang lain dulu." ujar pemuda itu, membuat Ayahnya mengangguk.

Setelah menyuruh beberapa maid untuk memanggil anak-anaknya yang lain, Ayahnya terus saja menatap Zy yang tersenyum ke ponselnya.

"Ada apa, Ayah?" tanya kompak ketiga pemuda yang baru saja datang.

"Zy katanya pengen ngomong sesuatu." mereka berempat menatap Zy yang masih saja tersenyum sambil menatap ponselnya.

Salah satu dari pemuda itu menghela nafas. "Paling juga jatuh cinta terus pengen minta izin untuk ngelamar anak itu, kan? ngaku lo biawak."

Zy mendongak sambil tersenyum dan menggeleng. "Rasya kembali."

****

Srett

Sesil dengan sengaja menusuk sofa dekat telinga Teresa lalu menarik turun pisau itu hingga menimbulkan suara.

"Sesil!" teriak Jaya berdiri dari duduknya, dirinya sudah tidak bisa menahan segala amarah yang memuncak saat melihat istrinya di perlakukan seperti itu.

Jaya menarik bahu Sesil namun cengkraman gadis itu pada bahu Teresa, membuat dirinya tidak bergerak sedikitpun. "Gue ada urusan sama dia." ujar Sesil tak terbantahkan.

Entah mengapa, tiba-tiba Jaya memundurkan langkahnya dan kembali duduk ketempat semula. Seolah olah Sesil baru saja menghipnotisnya.

"Ada urusan apa lo ke kamar gue?" Sesil menarik kembali pisau dapur itu lalu memainkan ujungnya yang tajam ke ibu jarinya.

Teresa dan yang lainnya masih terdiam melihat tingkah gila Sesil yang semakin menjadi. Gadis itu dengan sengaja menggores ibu jarinya hingga mengeluarkan darah, lalu menempelkannya pada jidat Teresa. "Lo udah gue blacklist. Dan siapapun yang udah gue tandain, gak bakal bisa lolos dari gue."

"Mana foto yang lo ambil di kamar gue? sini!" pinta Sesil lalu membuang pisau dapur itu ke lantai hingga menimbulkan suara nyaring.

Membiarkan jari yang ia gores berdarah sampai berjatuhan ke lantai. Teresa dengan secepat kilat berlari ke kamarnya untuk mengambil foto sialan itu. Dan memberikannya pada Sesil.

"Kalian dulu jahat sama gue, sekarang giliran gue yang balas perbuatan kalian dengan kejahatan." Sesil kembali menoleh ke arah Teresa. "Ini hanya soal waktu,"

"Jika tiba masanya, lo semua bakal tau siapa gue." lanjutnya dan berlalu dari sana.

Brak

Gadis itu menutup pintu kamarnya dengan kencang. Rasanya tangan itu ingin sekali mencekik Teresa jika tidak mengingat bahwa ia adalah ibu dari raga yang di gunakannya ini.

CHANGE SOUL [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang