Part 23 |•

9.5K 995 12
                                    

Senin pagi ini, Asya keluar lebih dulu dari mansion. Tak ingin bertemu dengan siapapun yang ada di mansion ini.

Bahkan, semalam ia pulang larut malam dan harus memanjat balkon kamarnya untuk masuk.

Agak merepotkan.

Tapi, di bandingkan dengan bertemu dan membuat mood Asya hancur, mending ia melakukan hal itu.

Asya ke sekolah, bahkan murid bisa di hitung jari.

Gadis itu berjalan sambil bersiul di koridor dan memutar kunci mobilnya.

Saat masuk dalam kelas, hanya ada dua orang saja, mereka adalah mahluk yang piket hari jumat kemarin namun sengaja ia tinggalkan. Dengan alasan, "Hari senin pasti kotor lagi."

"Sory, gue lewat dulu." ujar Asya pada salah satu siswi yang sedang menyapu.

Siswi itu hanya menunduk sambil mengangguk.

Melihat ketakutan dari siswi itu, Asya mengerutkan keningnya. "Santai, gue udah pensiun untuk Bully orang kok. Jangan takut gitu, kayak ketemu sama psikopat aja."

Beberapa menit berlalu, seseorang datang ke meja Asya. Dengan style yang menurut Asya hampir mirip dengannya.

Asya menatapnya dari bawah sampai atas. Ah, ternyata Indah.

"Hai." sapa Indah pada Asya.

Sudut bibir yang di sapa, tertarik ke atas. "Aneh ga, kalau orang yang gak punya tangan di beliin gelang?" tanya Asya pada Indah sambil berdiri dari duduknya.

Indah yang melihat itu mundur beberapa langkah sambil memegangi tangannya.

"Di jawab doang susah bener." lanjut Asya melihat ketakutan Indah.

"Y-ya Aneh lah!"

"Terus, ngapain lo pake BH? kan dada lo ... rata." ujar Asya sambil membusungkan dadanya di hadapan Indah.

Beberapa murid yang mendengar hal itu, menahan tawanya. Apa yang dikatakan Asya memang benar adanya.

Terlebih, sebagian dari mereka juga membenci Indah yang suka mencari muka ini.

"Gak usah nyaingin. Bagian depan tubuh gue aja udah bisa buat lo kalah." ucapnya lagi.

Indah yang mendengar itu, kesal dan malu. Dengan cepat ia ingin pergi. Namun, di cekal oleh Asya.

"Jangan bermuka dua, harga skincare mahal loh."

"Apaan sih?!" Indah menyentak tangan Asya dan berlari keluar dari sana.

Asya terkekeh. "Kena mental lah tuh." ujarnya membuat beberapa siswa dan siswi yang melihat kejadian tersebut, tertawa.

****

Saking asiknya menyedot jus yang di pesannya, Asya tak tau bahwa Indah bersama dengan penjaganya sudah berada di meja Asya.

Asya tetap sibuk membuka ponsel dan membaca dokumen dokumen yang di terimanya.

Akhirnya, Zero berdehem membuat Asya melirik.

CHANGE SOUL [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang