Part 10

1.8K 282 37
                                    

Ketika membuka matanya pertama kali, yang Evelyn temukan di ruangan itu adalah Raga.

Pria itu berdiri menghadap jendela dengan tatapannya yang kosong. Tiba-tiba sebuah pergerakan di atas ranjang menarik perhatiannya.

"Kamu sudah sadar?" Raga mendekati ranjang-tempat Evelyn berbaring.

"A-aku dimana?" tanya Evelyn sambil berusaha bangun.

Raga menahan Evelyn untuk tetap berbaring. "Istirahat saja, sekarang kamu ada di rumah sakit," jelasnya dengan raut datar.

Mendengar itu membuat mata Evelyn melebar dengan terkejut. "Ru-rumah sakit?" Usai menelan ludahnya dengan kesulitan, ia lalu bangkit. "A-apa yang Om lakukan dengan kandunganku?" tanyanya dengan ketakutan yang membingkai apik wajahnya.

Cukup lama Raga terdiam. Hal itu membuat kekhawatiran Evelyn semakin membesar. "Jawab Om, apa yang udah Om lakukan dengan kandunganku?" Sembari memeluk perutnya, Evelyn menatap Raga penuh kemarahan.

Tarikan nafas di hela Raga dengan panjang. "Kamu tadi pingsan, dan aku tidak melakukan apapun terhadap kandunganmu." Diam sejenak, ia lalu melanjutjan. "Sekalipun sebenarnya aku ingin."

Jawaban Raga membuat Evelyn tercenung. Ia merasa lega tapi juga sedih. Lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi dengan kandungannya, namun sedih lantaran menyadari bahwa kehamilannya tidak di inginkan oleh semua orang bahkan juga oleh pria yang telah menghamilinya.

"Terimakasih karena tidak melakukan apapun pada kandunganku di saat aku tidak sadarkan diri. Andai malam itu Om juga tidak melakukan apa-apa padaku, mungkin anak ini tidak pernah ada." Evelyn berpaling lalu menyeka sudut matanya yang seketika bermunculan air mata. Sungguh, ia sudah menahan kristal bening itu sekuat hati, tapi keadaan ini memaksanya untuk menjadi lemah.

Kata-kata Evelyn menohok hati Raga. Mungkin saat ini di mata Evelyn dirinya adalah pria brengsek yang memanfaatkan keadaan. Tapi sungguh dirinya bukan pria seperti itu. Tuhan pun tahu, bagaimana ia mencintai Aira, sedikit pun tidak ada niat di hatinya untuk menyelingkuhi istrinya. Dan malam itu adalah pertama kalinya ia tidur dengan wanita lain selain sang istri, itupun karena dirinya di pengaruhi obat perangsang.

"Malam itu ... bukan hanya kamu yang di bawah kendali obat perangsang, tapi aku juga. Seseorang mencampuri minumanku dengan obat sialan itu. Dan untuk itu aku minta maaf karena tidak bisa mengendalikan diriku, hingga menempatkanmu dalam situasi seperti ini. Aku mengatakan soal ini ... hanya supaya kamu tidak berpikir macam-macam terhadapku." Raga menjelaskan panjang lebar. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya mengingat betapa tidak pedulinya ia pada penilaian orang.

Evelyn terkekeh getir lalu menatap Raga dengan dingin. "Terimakasih Om sudah mau repot-repot menjelaskan soal ini padaku. Aku sungguh terharu mendengarnya," sindirnya. "Tapi Om jangan khawatir karena aku akan berusaha menjaga image Om sebagai suami dan ayah yang baik tetap aman, tanpa ada satu orang pun yang tahu bahwa Om adalah pria pengecut yang ingin menghilangkan nyawa anak kandungnya sendiri demi kebahagiaannya." Detik berikutnya ia menyibak selimut sebelum turun dari ranjang.

Sejenak Raga tampak blank. Telak, kata-kata tajam Evelyn berhasil menampar hati Raga. Tetapi saat ia berhasil mendapatkan fokusnya kembali di detik berikutnya, dengan segera ia menahan Evelyn ketika wanita itu sudah memutar handle pintu.

"Kamu mau kemana?" Reflek, Raga memegangi pergelangan tangan Evelyn.

Tanpa menoleh, Evelyn menjawab dingin. "Aku mau pulang. Kenapa? Takut nanti aku bakal membongkar tentang Om pada semua orang?" Ia lalu melepaskan genggaman Raga dengan tangan satunya.

Raga memutar tubuh Evelyn, membuat mereka kini saling berhadapan. "Eve ... dokter bilang, kondisimu lemah. Apa tidak sebaiknya kamu disini saja?" Mengabaikan sindiran wanita itu, Raga tampak begitu khawatir.

Marriage With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang