Part 17

2K 265 5
                                    

"Aku tahu kau akan menjawab begitu. Tapi percayalah ini juga bukan keinginanku. Papamu pasti akan terus mengawasi kehidupan kita. Dan jika papamu tahu kita tinggal di beda rumah, bisa kamu tebak apa yang ada di pikirannya?"

Evelyn di sergap bisu, alasan yang Raga kemukakan memanglah benar. Tapi wajar kan kalau Evelyn terkejut mengingat mereka tidak pernah membahas soal ini sebelumnya-sejak ia menerima pinangan Raga.

"Selain itu, aku juga mengkhawatirkanmu dan kandunganmu. Aku tidak mungkin tega meninggalkanmu sendirian disini."

"Pelayan?" Sekalipun ucapan Raga membuat Evelyn tersentuh tapi ia tidak mau menunjukkannya. Evelyn dengan keras kepala berusaha menolak kebersamaan mereka.

"Pelayan disini hanya akan ada dari pagi sampai sore. Selebihnya kamu akan sendirian berada disini."

Evelyn terdiam. Kehabisan kata untuk membantah. "La-lu Om akan tidur dimana?"

Melihat kedutan samar di bibir Raga, seketika Evelyn merasa menyesal sudah bertanya soal itu.

"Apartemen ini memiliki dua kamar. Jadi kamu tidak perlu khawatir karena aku akan tidur di kamar sebelah," sahut Raga datar. Sedangkan Evelyn memilih mengangguk saja.

"Oiya, aku mau membuat oatmilk, apa kamu mau juga?" tanyanya yang kembali mengejutkan Evelyn.

"Eh ... Uhm...." Evelyn tergeragap antara malu tapi juga mau.

"Tumben nggak langsung jawab 'Nggak usah'? Apa itu artinya kamu ingin di buatkan?"

Meski tebakan Raga benar, tapi Evelyn tak membiarkan dirinya di permalukan. Ia mengangkat dagunya dengan jutek. "Nggak usah, aku nggak lapar."

Mendengar itu Raga hanya menggeleng pelan dan senyumnya seketika terurai begitu ia menutup pintu kamar Evelyn.

***

Setelah kepergian Raga, Evelyn melepas gaun pengantinnya. Untungnya model gaun itu sangat simpel jadi ia tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk melepasnya. Ia sengaja berlama-lama di kamar mandi, tak menghiraukan tawaran Raga meski cacing-cacing di perutnya terus meronta meminta makanan.

Pukul sembilan malam, Evelyn mengendap ke dapur. Mencari sesuatu yang bisa di makan dan mengenyangkan. Demi Tuhan, ia kelaparan, bayi di rahimnya butuh asupan. Tapi ia terlalu gengsi menerima bantuan.

Ia membuka setiap laci di dapur, mencari kardus oatmilk di dalam sana. Tapi karena tak juga ia temukan, dengan terpaksa ia mencomot sebungkus mie instan. Mungkin ini akan menjadi momen bersejarah di sepanjang hidupnya, dimana ini merupakan kali pertama dirinya memakan mie instan.

"Ini tulisannya mie goreng, kenapa petunjuknya di rebus? Apa saat ini aku sedang di kerjai?" Tanpa sadar, Evelyn menggerutu keras usai membaca petunjuk cara pembuatan mie instan.

Menghembuskan napasnya, Evelyn lalu menaruh kembali mie instan tersebut kedalam laci.

Tanpa tahu jika di balik punggungnya Raga tengah mengawasi tingkahnya sembari mengulum senyum. Pria itu tidak membuat suara sama sekali. Ketika mendengar suara pintu kamar di buka, Raga langsung sembunyi di balik buffet. Dan berniat tidak akan keluar dari sana sebelum Evelyn menyelesaikan urusannya. Tapi lihat ia sekarang, seperti tertarik magnet yang kuat, langkahnya membawanya kesini--di belakang punggung wanita itu sambil mengawasinya dengan geli.

"Kenapa mie-nya di taruh lagi?"

Suara yang tiba-tiba muncul mengejutkan Evelyn. Ia seketika berbalik dan mendapati Raga tengah duduk di salah satu kursi di mini bar yang menghadap tepat kearahnya. Sama seperti dirinya yang menggunakan piyama, pria itupun kini sudah mengganti pakaiannya dengan setelan tidur mewahnya.

Marriage With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang