"Hallo Papa." Sapaan ceria Lala membuat Raga menyengir kepada layar laptopnya dimana menampilkan sosok sang putri. Ketika Lala menelepon ia baru saja menyelesaikan rapat penting di kantornya.
"Hallo sayangnya papa. Gimana sekolahnya hari ini?" tanya Raga dengan nada bicara yang menyiratkan perasaan sayangnya pada putrinya itu.
"Hari ini Lala terpilih mewakilkan sekolah untuk lomba menggambar, Pa," sahut bocah enam tahun itu dengan bersemangat.
"Oya? Hebat anak Papa. Papa yakin Lala pasti menang, gambar Lala kan bagus." Raga mengedipkan satu matanya.
Lala terkikik geli mendengar pujian Raga. "Terimakasih Papa, Lala janji Lala akan buat Papa dan Mama bangga. Lala kan anaknya Papa Raga dan Mama Aira, jadi pasti Lala akan menang."
Raga tersenyum haru. "Harus. Lalu dimana Mamamu sekarang?"
"Ada tuh di dapur lagi bikin makanan untuk Lala. Papa mau Lala panggilkan?"
"Nggak usah, kasihan mamamu pasti lagi repot. Ya udah sana Lala bantuin mama dulu, papa masih ada kerjaan setelah ini." Sejenak mata Raga menoleh ke tumpukan berkas di mejanya sebelum tersenyum pada Lala.
Lala terlihat kecewa, bocah itu sepertinya masih ingin berlama-lama menelepon papanya. "Oh ya udah deh, Lala bantuin Mama dulu ya Pa. Bye Papa. Love you."
"Love you too Sayang."
Begitu panggilannya dengan Lala terputus, panggilan lain masuk ke ponselnya. Raga menarik napasnya dengan berat begitu nama sang mama muncul di layar ponselnya. Dengan wajah murung ia menaruh benda pipih itu ke loker meja sebelum mengenyakkan punggungnya pada sandaran kursi. Sudah beberapa hari ini ia mengabaikan panggilan dari ibu kandungnya itu. Tepatnya sejak ia dan Aira memutuskan untuk kembali bersama, Raga berusaha tidak lagi peduli pada yang mamanya katakan tentang istrinya itu. Bagi Raga, Aira adalah segalanya. Cintanya pada wanita itu masih sama besarnya seperti dulu sekalipun Aira tidak akan bisa memberinya keturunan.
Bagi Raga menikah bukanlah sekedar untuk mendapatkan keturunan tapi juga untuk menua bersama dengan orang yang ia cintai dan menghabiskan sisa umur dengannya hingga hanya maut yang memisahkan. Tapi berbeda dengan sang mama yang begitu menginginkan keturunan darinya. Bahkan dengan teganya sang mama memintanya untuk berpisah dari Aira dan menikah lagi dengan wanita lain. Raga tentu saja menolak permintaan itu mengingat ia tak bisa kehilangan Aira. Lagipula bukankah mereka sudah memiliki Lala, sekalipun bocah itu adalah anak angkat dirinya dan Aira tapi Raga sangat menyayanginya seperti darah daging sendiri.
Sebenarnya Raga cukup mengerti perasaan mamanya itu, dan bisa jadi setiap ibu juga akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya demi mendapatkan keturunan. Hanya saja Raga tidak bisa meninggalkan Aira. Wanita itu adalah dunianya. Dan seharusnya sang mama tahu jika Raga tidak mungkin bisa hidup tanpa Aira, apalagi harus menikah dengan wanita lain.
Sesaat berikutnya Raga terkesiap ketika pintu ruangannya di ketuk.
"Bos ini data yang kau minta." Ferdy muncul seraya meletakkan berkas di hadapan Raga. "Tidak sia-sia saya menemaninya berhari-hari di Surabaya, Kevin ternyata pria yang cerdas. Dia sangat pandai mencari peluang," lanjutnya dengan nada bangga.
Tanpa ekspresi Raga mulai membuka berkas itu. Tapi kemudian senyum miring terbentuk di bibirnya ketika membaca setiap kata yang tertulis disana. "Terimakasih kau sudah mengajarinya dengan baik," katanya begitu menatap asistennya itu.
Ferdy bersedekap dengan gaya jemawa. "Tapi bos, kau yakin akan mulai mempekerjakannya di perusahaan? Maksudku tidakkah sebaiknya dia fokus dulu dengan study-nya?"
"Itu permintaannya." Dengan santai Raga kembali mengenyakkan punggungnya. Ia teringat pada ucapan Kevin dua bulan yang lalu, ponakannya itu mengatakan ingin mulai bekerja di perusahaan di sela-sela kuliahnya. Sejujurnya permintaan Kevin sangat mengejutkan semua orang, termasuk dirinya yang sangat mengenal Kevin seperti apa. Kevin adalah anak yang manja, bahkan setelah kepergian kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu tak berhasil membuat Kevin menjadi lebih baik. Mungkin itu terjadi juga karena perlakuan sang nenek yang begitu memanjakannya selama ini. Raga memaklumi karena Kevin adalah cucu pertama dan satu-satunya sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With You
Dragoste21+ Evelyn hanya terjebak dalam kisah yang salah. Maka itu ia menyadari, dirinya tidak boleh jatuh cinta kepada pria yang kini berstatus sebagai suaminya, mengingat pernikahan mereka terjadi lantaran anak yang ada di dalam kandungannya. Tapi sialnya...