Dinner date

37 12 0
                                    

Hana dan Haris jarang menghabiskan waktu berdua untuk makan malam. Sekarang saatnya untuk menebus janji-janji yang sebelumnya itu. Awalnya sih karena Hana yang mendesak Haris buat makan malam di luar.

Hana yang memang ingin membuat momen manis di tengah-tengah kegiatan pacaran mereka, tentu saja terlihat antusias.

"Cantik banget. Mau kemana sih emang?" Celetuk Haris jahil pas ngeliat Hana make baju dress yang emang jarang dipakai sama gadis itu. Hana berdecak sebal dan memukul lengan Haris.

"Ayo ih, keburu malem tau. Kamu kenapa make baju kayak gitu?" Protes Hana yang ngeliat Haris make baju Hoodie.

"Ya emang kenapa? Yang penting make baju."

"Gak mau! Ganti cepet!"

"Apasih Han? Orang mau dinner aja berasa dinner formal."

"Ihhh gak mau harisss, setidaknya yang kece kek!"

"Iya iyaa, bawel." Akhirnya Haris mengalah demi Hana. Dia masuk ke dalam kamar kosnya buat ganti baju.

Udah sepuluh menit Hana menunggu Haris dan akhirnya Haris keluar juga. Pake baju flanel warna hitam dipadu sama kaus putih serta celana jeans hitam.

"Puas?"

Hana nyengir dan menggandeng lengannya Haris.

"Nah gitu dong, biar cowoknya Hana keliatan ganteng."

"Nanti kalo gantengku diumbar-umbar, cewek-cewek pada ngelirik gimana dong?"

"Ish. Kamu mau ngeladenin lirikan mereka juga?!" Hana cemberut. Sementara Haris tertawa dan mencubit hidungnya Hana. Gemas karena secara terang-terangan Hana tuh cemburu.

"Nggak, mataku fokus sama kamu seorang."

"Iyalah, emang harus begitu." Tukas Hana.

"Iya hanaaaa, iyaaaa."


---

"Waiting list nih. Mau nunggu aja gapapa?" Tanya Haris.

Hana yang melihat sederetan orang-orang yang menunggu di luar tuh agak pesimis sih bakalan berhasil. Mereka kini di restoran sushi yang baru buka di daerah pusat kota. Ya wajar sih rame soalnya lagi diskon juga.

"Yaudah coba deh nunggu." Tukas Hana.

"Oke. Yaudah sini duduk dulu, kasian Cinderellanya Haris udah cantik-cantik tapi berdiri." Haris memeluk Hana dari belakang dan menumpu dagunya di pucuk kepalanya Hana.

Hana mendesis pelan dan abis itu mencubit perutnya Haris sampai Haris mengaduh.

Yaudah tuh akhirnya menunggu untuk gilirannya.

Tapi track antrian ini cukup panjang juga. Soalnya Hana dan Haris berada di posisi cukup jauh, sekitar 20 meter dari pintu restoran.

Hana menghela napasnya dan memegang perutnya yang entah bunyi terus daritadi.

"Masih mau nunggu?"

Hana terdiam sambil menatap Haris, abis itu bibirnya cemberut.

"Ayis... Laper banget huhuhuhu..." Keluh Hana pelan. Hana belum makan cemilan apapun sejak sore tadi, soalnya buat nahan makan malemnya biar kenyang sekalian. Tapi Hana kan gak tau kalo harus nunggu begini.

"Mau ganti tempat aja, hm?" Tanya Haris lembut.

"Tapi... Pengen ini..." gumam Hana.

"Kan tempatnya gak pindah juga. Kapan-kapan aja ya kesini lagi, atau Minggu depan juga boleh kesini. Kasian tuh perutnya udah bunyi." Tukas Haris.

Hana gak punya pilihan lain. Yah, lagipula ini terlalu mahal juga sih, makanan murah yang lainnya juga gak kalah enak dari ini.

"Yaudah yuk." Putus Hana saat itu juga.

Akhirnya Hana dan Haris keluar dari track antrian.

"Aku mau sotang, beli sotang dulu ya buat makan di jalan hehe."

"Sotang dimana?"

"Perempatan situ tuh, tadi aku liat." Ucap Hana.

Yaudah Haris memberikan helm kepada Hana buat pergi dari sana. Sebelumnya sih Haris menawarkan Hana buat make mobilnya Haris saat jalan-jalan malam. Tapi hana-nya kekeuh mau minta naik motor. Yaudah Haris ngalah. Asalkan Hana make jaket sih yang penting aman.

Motor Haris berhenti di gerobak sotang.

"Kamu mau berapa sotangnya?"

"Dua."

"Nggak kebanyakan? Nanti mau makan lagi gak? Nanti kenyang di jalan."

"Nggakkk hariss, udah sana beli, aku laper nih."

"Iya iya, gak usah dorong-dorong gitu dong."

Haris akhirnya mesen sotang 3, satu buat dia, dua buat Hana. Hah, sudah biasa melihat Hana yang suka banget sama makanan.

"Yah, gagal deh dinnernya." Ucap Haris memecahkan keheningan.

"Hm? Gak juga."

"Kan kita gak jadi makan mewah."

"Emang dinner harus makan makanan mewah? Makan bakso di pinggir jalan sama sotang juga termasuk asyik kok, asal perginya sama orang spesial sih."

Haris terkejut dan bengong sebentar, abis itu dia nyubit pipinya Hana.

"Diajarin sama siapa sih ngomongnya gombal?"

"Aduhhh sakit ayisssss!" Keluh Hana.

"Nambah melar deh tuh pipi."

"Siapa yang sering mainin pipi aku?! Kamu lah!"

Hana yang marah tapi Haris yang gemes. Soalnya Hana kalo marah atau kesel atau lagi makan tuh dahinya mengerut dalam kayak lagi mikir keras. Serius banget.

"Ya gapapa, biar makin gemes dimainin."

Hana mendengus pelan dan melirik sinis ke Haris.

"Mau kemana lagi abis ini?"

"Makan bakso yuk!" Ajak Hana dengan semangat.

"Apa spesialnya makan bakso?"

"Gak ada sih... Tapi aku mau makan bakso, seger banget liat kuahnya gitu loh, aku mau deh bakso... Makan bakso ya??? Please? Please? Please???"

"Iyaa hanaaaa."

Hana menggoyangkan badannya, terlalu girang kepengen makan bakso.

"Girang amat sih."

"Biarin." Hana menjulurkan lidahnya ke haris.

"Tahun depan, kita bisa makan kayak gini lagi gak ya?" Gumam Haris.

"Hm? Kenapa?"

"Nggak, gapapa."





Bisa gak ya...?








(Kkeut)

Twelve Daily [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang