Seusai sarapan di warung Mpok Atiek, sekarang Eza dan Joko sudah berada di kampus. Mereka berdua tengah kumpul di kantin bersama dengan kawan-kawannya itu.
"Hei! Habis kemana kalian kok baru dateng?" Pertanyaan itu berasal dari Raka yang tertuju pada Eza dan Joko yang baru saja duduk ikut gabung sama mereka.
Joko menjawab, "Habis makan dulu di warung gue sama Eza."
Raka hanya mengangguk, lalu kembali dengan kegiatannya, yaitu bermain game sembari memakan cemilannya.
"Tumben makan di warung lo, Jok. Biasanya juga makan di kantin," kata Atlas dengan tangan yang sambil sibuk bermain game.
Eza menyaut, "Apaan! orang dia kalau biasanya pagi numpang sarapan di rumah gue. Udah kayak Maknya aja gue, setiap hari ngasih dia makan."
Terlihat raut kesal pada wajah Eza, dengan bibir yang ia cucurkan. Joko hanya cengar-cengir tanpa beban, atau dosa mungkin?
"Hehe, maap. Habisnya lebih enakan sarapan di rumah lo. Kalau gue sarapan di rumah, gue bukannya jadi makan malah di omelin sama Emak bapak gue."
Eza berdecih, malas untuk menatap muka sahabatnya yang gak ada gantengnya itu. "Alasan mulu lu monyet!"
Yang lainnya hanya bisa tertawa melihat tingkah Eza dan Joko yang tiap harinya tidak kata enggak berantem, bahkan mungkin setiap jam pasti ada aja yang Eza dan Joko ributkan.
"Za, lo gak mau nginep di rumah gue aja?" Tanya Samudra menawarkan Eza agar tinggal lagi di rumah keluarganya.
Iya, Eza dan Samudra itu sudah seperti Adik dan Kakak. Mengingat dulu dimana Eza dan Samudra sering bersama sebagai sosok sahabat. Dan itu semua membuat Eza di anggap keluarga juga bagi Samudra, Mama, Papa, dan Adik Samudra sekaligus.
Eza menggeleng, ia menolak tawaran dari Samudra. Cowok itu sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau enggak akan ngerepotin keluarganya Samudra. Ia ingin lebih mandiri, tanpa bergantung pada orang lain.
"Gak usah Sam, makasih. Gue masih bisa tinggal sendiri kok, lo tenang aja."
Samudra hanya menghela napasnya pasrah, ia juga tidak bisa memaksa kehendak Eza. Lalu tangannya bergerak mengotak-atik komputernya, mengerjakan tugas yang sudah diberikan dosen.
"Za, gimana dengan kondisi penyakit lo?" Tanya Alvarka.
Eza tersenyum tipis, "Udah lumayan membaik kok, kalian tenang aja. Habis ini gue mau check up sama beli obat lagi," jawabnya.
Alvarka menghela napasnya syukur, lalu ia mengangguk. "Kalau ada apa-apa lo bilang sama kita, kita disini pasti bakalan bantuin lo."
Eza tersenyum menanggapinya, senyuman yang sangat manis dan enak dipandang.
"Hmm, makasih. Yaudah kalau gitu gue ke rumah sakit dulu. Gue titip bilangin ke dosen buat libur dulu hari ini," pamit Eza lalu bersiap untuk segera pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Eza [HIATUS]
Teen FictionKisah yang singkat. Dimana dua insan yang harus berjuang untuk hidup melawan penyakitnya. Dua orang yang saling melengkapi satu sama lain, Eza ada untuk Amaraloka, Amaraloka ada untuk Eza. Ketulusan itu seiring jalan membawa mereka dalam sebuah rasa...