Suara deru motor yang di tumpangi Juna memasuki gerbang kampus. Sesampainya di parkiran motor Juna menjadi lihatan anak Zervanos. Mereka menatap Juna dengan heran dan sinis. Lantas Joko menghampiri pemuda jangkung itu.
"Woi! Lo ngapain pakai motornya Eza? Eza kemana?" tanya Joko ngegas pada Juna.
Juna menanggapinya dengan tertawa meledek. "Oh Lo nyariin Eza? Si anak penyakitan itu."
Lantas Joko yang mendengar penuturan dari Juna langsung ingin menghajar pemuda itu. Namun di tahan oleh temannya. Mereka mencoba menenangkan Joko agar tidak tersulut emosi.
"Bangsat! Maksud lo apa ngatain Eza?! Siapa Lo sampai berani ngatain Eza?!" umpat marah Joko.
Juna lebih mendekat sedikit pada Joko. "Lah gue gak ngatain tuh cowok penyakitan. Emang kenyataannya kayak gitu, 'kan? Dia itu emang cowok penyakitan," katanya yang mengundang amarah para sahabat Eza.
"Oh, gue lupa ngenalin diri gue. Kenalin nama gue Juna Bastian Al-Fatih, Abang iparnya Eza," lanjut ucap pemuda itu.
Mereka hanya bisa terdiam dan kaget mendengar pernyataan dari Juna. Kemudian menatap tajam Juna. Mereka benci, benci dengan ucapan Juna yang menghina Eza. Sahabat paling mereka sayangi.
"Heh, brengsek!! Lo gak usah ngatain Eza deh! Lo 'kan Abang iparnya!" sarkas Dika.
"Iya anjing! Lo gak usah sok pakek ngatain Eza penyakitan segala! Lo itu juga sakit. Sakit udah ngatain adik Lo sendiri!" kata Joko.
Mendengar itu semua justru Juna tertawa gelak, bukannya sadar. Gila emang.
"Dengerin gue, ya. Sampai kapanpun gue gak bakalan pernah nganggap cowok penyakitan itu adik gue, jijik gue nganggap si beban sebagai adik gue!" ucapnya.
Joko tak bisa tahan lagi mendengar hinaan dari Juna untuk Eza. Sahabat yang paling ia sayangi. Lantas ia melayangkan satu tonjokan ke muka sialan milik Juna.
Tonjokan dari Joko mampu membuat pipi Juna terluka. Dalam hati pemuda itu mengumpat habis-habisan.
"Sialan mereka semua! Gue bakalan balas ini semua ke Lo Eza. Tunggu aja penderitaan dari gue habis ini."
"Tunggu pembalasan gue," lirih Juna berkata. Kemudian lelaki itu segera pergi dari mereka semua. Sebelum pergi Juna juga menatap mereka satu-persatu dengan binar kebencian.
"Itu Abang iparnya Eza gila kali, ya?! Bisa-bisanya dia ngatain Eza sampai segitunya. Gak ngotak banget tuh cowok sialan!" geram Atlas.
Joko menyaut, "Kesel banget gue sama tuh cowok songong!! Mulutnya tuh pengen gue cabein, habisnya punya mulut kok lemes amat!"
Lantas Alvarka bertanya, mengalihkan alur pembicaraan mereka. "Kalian ada yang lihat Eza? Atau tau Eza kemana?"
Raka menjawab, "Gue tadi udah telfon Eza, tapi gak di angkat sama dia. Dan kayaknya dia belum berangkat deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Eza [HIATUS]
Teen FictionKisah yang singkat. Dimana dua insan yang harus berjuang untuk hidup melawan penyakitnya. Dua orang yang saling melengkapi satu sama lain, Eza ada untuk Amaraloka, Amaraloka ada untuk Eza. Ketulusan itu seiring jalan membawa mereka dalam sebuah rasa...