11| Hujan dan Kehilangan

376 22 2
                                    

Baca ini sambil dengerin lagu Ayah (seventeen) sama Bunda (Melly Goeslaw) biar tambah ngefeel👍 Kalau bisa siapin tisu yang banyak, ini lagi puasa soalnya^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca ini sambil dengerin lagu Ayah (seventeen) sama Bunda (Melly Goeslaw) biar tambah ngefeel👍
Kalau bisa siapin tisu yang banyak, ini lagi puasa soalnya^^^



“Hujan selalu membawa kerinduan, dan hujan bagiku juga tempat dimana aku disitu kehilangan dua orang yang berharga dalam hidupku. Kehilangan kedua orang tua adalah duka terberat dalam hidupku.”
— Amaraloka

Malam sudah larut, suara gemuruh hujan samar-samar mulai terdengar dari arah luar ruangan. Langit diluar sana mungkin sudah sangat gelap dan mengerikan. Dengan hati yang begetar Amara bersembunyi di balik selimut tebal, berdoa memohon agar hujan itu tidak turun. Namun, tidak perlu menunggu waktu yang lama butiran-butiran air dari langit itu turun dengan amarah.

Tidak ada kelembutan yang terdengar, keringat dingin sudah bercucuran. Amara ingin sekali menghilang, dan tidak perlu mendengarkan kemarahannya. Sayang, kenyataanya gadis itu masih terdiam dengan balutan selimut di seluruh tubuhnya.

Suara petir yang menggelegar membuat Amara semakin takut di ruangannya sendiri. Ia memeluk dirinya sendiri, berusaha melawan rasa panik dan takutnya sendirian.

Hujan. Satu kata yang sangat Amara benci, hujan adalah awal dimana hidupnya yang berwarna menjadi suram dan penuh dengan kesedihan. Tak ada kebahagiaan yang hujan datangkan, itulah yang Amara rasakan.

"Bunda... Ayah..." gumam Amara sambil menutupi telinganya rapat-rapat. Angan-angannya terus membayangkan sosok sang Ayah dan Ibunda.

Memori buruk tentang hujan kembali terputar di memori ingatan gadis itu. Sebuah tragedi yang sama sekali tak pernah ia harapkan. Momen dimana ia mulai tak suka dengan hujan.

Amara menarik rambutnya itu kuat-kuat, ketika rasa takutnya mulai sudah ada di puncaknya. Ia juga berkali-kali memukuli dadanya ketika rasa sesak mulai menyerangnya. Kondisinya mungkin sekarang ini sudah terlihat parah.

"Ayah.. bunda.. tolong balik, Ara takut sendirian disini."

Beberapa cuplikan masa lalu Amara pun terekam ulang jelas di pikirannya. Masa lalu yang sangat indah dan memilukan.





Seorang gadis cantik yang baru saja pulang sekolah, terus memanggil sang Bunda dan sang Ayah. Setelah beberapa kali Amara memanggil, sang Bunda datang dan menyambutnya dengan pelukan yang hangat. Amara pun memeluk Bundanya dengan sangat manja. Padahal ia sekarang sudah berumur 14.

"Anak bunda yang cantik ini udah pulang, gimana ujian terakhirnya tadi?" tanya wanita yang masih terlihat sangat muda itu.

Amara meleraikan pelukannya. Senyuman penuh indah tercetak sangat jelas di wajahnya yang cantik berseri.

"Bunda, Alhamdulillah Ara tadi bisa ngerjain ujiannya dengan lancar semuanya. Dan bentar lagi Ara bakalan Lulus, Bun. Doain Ara ya bun.. biar Ara bisa dapat beasiswa untuk masuk SMA yang Ara inginkan," kata gadis itu membuat sang Bunda tersenyum senang mendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk Eza [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang