Juna sekarang sedang menunggu Eza di rawat oleh dokter. Sekitar sudah hampir 2 jam ia terus menunggu Eza selesai di periksa oleh dokter. Ia sebenarnya tak sudi menunggu cowok itu sampai berjam-jam seperti ini, tapi apa boleh buat dia juga di suruh sama si dokter Reno kalau gak salah, untuk selalu ada di sisi Eza.
"Lo udah penyakitan, beban, nyusahin orang Mulu lagi. Pengen gue hajar terus Lo sampai bonyok rasanya nih tangan," oceh Juna ngomong sendiri.
Sedetik kemudian pintu ruangan Eza terbuka, menampilkan sang dokter dan beberapa perawat lainnya. Lantas Juna berdiri dari tempat duduknya, ia menghampiri dokter itu.
"Gimana dok kondisi Eza?" tanya Juna dingin dengan rautnya yang terlihat jelas bahwa ia sebenarnya tak peduli pada cowok itu.
Dokter Reno juga menatap malas pada orang yang ada di depannya sekarang ini. Ia sudah tau semua kelakuan busuk Juna ini, di lihat dari tampangnya saja sudah terlihat jelas bahwa cowok itu bukan orang baik-baik.
"Kondisi Eza semakin parah, tapi syukurlah Eza sampai sekarang ini masih bisa bertahan, kalau dia tidak bertahan... Mungkin hari ini juga dia udah gak ada. Dan saya berpesan sama kamu jangan ganggu kesehatan Eza lagi, dia butuh dukungan bukan tekanan. Saya harap kamu paham, yasudah saya permisi."
Setelah menegaskan hal tersebut pada Juna, dokter Reno dan beberapa perawat lainnya langsung pergi untuk mengecek pasien lainnya juga.
Sedangkan Juna hanya tak memperdulikan dengan apa yang dokter itu ucapkan. Tiba-tiba di otaknya terlintas orang yang sekarang ingin ia temui.
"Daripada gue pusing ngurusin Eza, mending gue urusin Ara aja. Dia lebih penting daripada Eza."
Kemudian Juna langsung melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke ruangan Amara yang kebetulan ada di satu rumah sakit sama dengan Eza. Sesampainya di ruangan gadis itu, ia langsung duduk di samping brankar Amara.
"J-juna?" Terlihat mimik wajah bingung dari raut Amara kala melihat cowok itu tiba-tiba masuk ke ruangannya. Sedangkan Juna hanya berdehem singkat sebagai jawaban.
"Juna kok balik lagi? Ada yang ketinggalan?" tanya Amara di balik masker oksigen yang ia kenakan.
Ya, kemarin waktu Amara sedang kambuh Juna membantunya. Cowok itu menjaganya dan menunggu Amara sampai dirinya selesai di periksa. Bahkan yang biayain rumah sakit Amara adalah Juna. Tak heran kalau Amara berbuat baik pada Juna.
"Cuman mau mampir aja, sekalian meriksa kondisi Lo udah baik-baik aja belum," jawab Juna tak jujur apa sebenarnya yang membuat ia kembali lagi di rumah sakit.
Amara mengangguk sembari menarik kedua sudut bibirnya yang pucat pasi, melihatkan senyum manisnya. "Ara udah agak mendingan kok, Jun. Makasih udah mau mampir kesini," katanya.
Juna menanggapinya dengan mengangguk dan menyunggingkan senyum simpulnya. Seumur hidup mungkin baru kali ini ia tersenyum di depan cewek selain Mamanya. Jujur saja, dirinya emang jarang sekali bergaul sama cewek apalagi sampai pacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Eza [HIATUS]
Teen FictionKisah yang singkat. Dimana dua insan yang harus berjuang untuk hidup melawan penyakitnya. Dua orang yang saling melengkapi satu sama lain, Eza ada untuk Amaraloka, Amaraloka ada untuk Eza. Ketulusan itu seiring jalan membawa mereka dalam sebuah rasa...