09| Sorry Dad

214 24 21
                                    

"Daddy please don't hurt Eza anymore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Daddy please don't hurt Eza anymore."

Ayah...



Esoknya lagi, sekarang Eza sudah di perbolehkan untuk istirahat di rumah. Seperti biasa saja, ia selalu sendirian, tak ada yang menemani ia untuk pulang. Padahal tadi ia sudah minta tolong ke sang Papa untuk menjemputnya, karena ia yang masih lemah dan belum sembuh total.

Namun, dengan sangat jahatnya. Sang Papa tak mau sama sekali untuk menjemput putranya yang malang ini, beliau lebih mementingkan pekerjaannya daripada putranya ini. Tapi kejadian seperti ini terjadi bukan sekali atau dua kali saja, dulu ia juga selalu di nomor duakan oleh sang Papa. Papanya itu hanya selalu fokus dengan pekerjaannya saja, bukan dengan dirinya juga.

Pemuda tadi mencoba meminta bantuan pada dokter Reno untuk mencarikannya taksi, untung saja dokter Reno selalu mau untuk ia mintai bantuan saat dirinya lagi kesusahan. Sekarang ia tengah ada di perjalanan menuju ke rumahnya.

Kepalanya ia miringkan mengarah ke luar jendela, memandangi indah dan sejuknya langit biru di pagi hari yang cerah ini. Sampai maniknya tak sengaja menyorot pada segerombolan para mahasiswa mahasiswi yang tengah memasuki gerbang kampusnya.

Begitu ramai dan seru, ia ingin melakukan itu lagi. Eza sangat ingin sekali untuk bisa ke kampus lagi, dan rajin masuk seperti dulu. Berbeda dengan sekarang, Eza yang sering absen, banyak ketinggalan materi pembelajaran, dan nilainya yang akhir-akhir ini sering turun.

Eza sangat ingin menjadi kebanggaan sang Papa, dengan mendapatkan nilai terbaik di kampusnya. Berusaha menggapai cita-citanya setinggi mungkin, supaya Papanya itu bisa bangga dengan dirinya. Tapi kenyataannya tak mungkin, sebab daya kepintarannya yang tiba-tiba saja menurun.

"Kenapa biar bisa jadi kebanggaan Papa itu susah banget sih? Gue pengen lihat Papa bangga lagi sama gue kayak dulu," lirih Eza pada dirinya sendiri.

Mungkin itu adalah keinginan semua para anak untuk ingin membuat orang tuanya bangga. Tapi apakah kesempatan untuk Eza ada? Kesempatan dimana dirinya bisa membanggakan Papa dan Mamanya seperti dulu. Waktu hari-harinya masih di penuhi dengan kebahagiaan.

"Mah, I'm sorry that I failed to be a smart kid. Eza is afraid to fail again. Eza takut gak akan pernah bisa buat Mama bangga lagi disana," monolog Eza dengan air mata yang tiba-tiba berjatuhan tanpa perintahnya.

Sampai tanpa disadari, ia sudah sampai di rumahnya. Kembali ke rumah yang penuh dengan luka dan lara. Sebelum keluar tak lupa ia membayar biaya ongkosnya, ia berjalan keluar dengan sangat pelan dan kakinya yang tiba-tiba saja bergetar hebat.

Setelah keluar dari mobil taksi, ia langsung masuk ke rumahnya dengan jalannya yang tertatih-tatih. Sesampainya di ruang tamu, ia di sambut oleh Mama dan Abang tirinya itu. Terlihat senyuman tidak mengenakkan dari mereka berdua saat Eza melangkahkan kakinya masuk.

Untuk Eza [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang