Amaraloka adalah gadis yang sangat berkehidupan sederhana. Di tinggal oleh kedua orang tuanya membuat dirinya harus berkehidupan yang sederhana dan selalu banting tulang untuk memenuhi kehidupannya yang sederhana.
Sejak gadis itu di lahirkan ia memang sudah berkehidupan sederhana bersama dengan ayah dan bundanya. Tapi, Amara tidak masalah dengan hal itu, karena keluarga yang indah itu adalah keluarga yang bisa saling melengkapi.
Rumah yang biasanya selalu membawa kebahagiaan bagi Amara, tiba-tiba rumah yang ia anggap tepat paling nyaman, berubah menjadi rumah yang penuh kesedihan dan kenangan. Sejak sang ayah dan bunda pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, membuat rumah itu seakan tidak ada gunanya lagi bagi Amara.
Kata pepatah, rumah yang spesial itu jika kita tinggal bersama orang yang spesial juga. Tapi orang yang paling spesial bagi hidup Amara adalah kedua orang tuanya, dan dua orang itu sekarang sudah tidak ada lagi di dunia ini. Jadi, rumah yang ia tempati sekarang tidak spesial seperti dulu.
Amara lebih menderita lagi dengan penyakitnya yang sudah ia derita sejak ia terlahir di dunia. Penyakit yang sering perlahan demi perlahan ingin membunuh dirinya.
Katup jantung, penyakit yang selalu menyiksanya kapan saja. Penyakit yang sudah menyiksanya sejak ia masih bayi. Rasa sesak di dadanya sudah menjadi makanan tiap hari bagi Amara. Yang paling gadis itu benci adalah ketika penyakitnya kambuh di saat yang tidak tepat. Katup jantung memang selalu kambuh kapan saja.
"Eh, Eza kamu udah bangun?" Tanya Amara saat melihat Eza tiba-tiba ada di dapur.
Semalam gadis itu sengaja membiarkan Eza untuk menginap dulu di rumahnya, karena hujan yang tak kunjung reda, ia tak tega membiarkan Eza pulang kehujanan.
"Ara, lo ngapain pagi-pagi kayak gini udah masak?" Tanya Eza heran melihat Amara masih subuh seperti ini sudah ribet masak.
"Aku 'kan jualan donat, Za. Jadi ya.. pagi-pagi kayak gini Ara harus udah bikin adonannya," jawab gadis itu masih fokus pada adonan donatnya.
Kaki jenjang Eza melangkah mendekati Amara, berniat ingin membantunya. "Ara Lo emang udah sembuh banget? Gue khawatir lo nanti kenapa-napa lagi kalau kecapekan."
Lantas dengan cepat Amara menggeleng. "Gapapa kok, Za. Kalau Ara gak jualan donat hari ini, Ara gak bisa dapat uang."
Manik Eza terus memandangi Amara sangat dalam. "Gue mau bantuin lo jualan donat." Kata dari Eza membuat Amara melongo tak percaya mendengar cowok itu ingin membantunya.
"Eza serius? Nanti kalau Eza kecapekan gimana? Penyakit Eza juga lebih parah loh," oceh gadis itu membuat Eza mencubit pipinya gemas.
"Gapapa, Amaraloka yang paling cantik. Anggap aja ini tanda terimakasih gue, karena lo udah ngizinin gue buat nginep dulu di rumah lo. Dan.. gue kayak gini karena gak mau lihat lo kenapa-napa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Eza [HIATUS]
Teen FictionKisah yang singkat. Dimana dua insan yang harus berjuang untuk hidup melawan penyakitnya. Dua orang yang saling melengkapi satu sama lain, Eza ada untuk Amaraloka, Amaraloka ada untuk Eza. Ketulusan itu seiring jalan membawa mereka dalam sebuah rasa...