─ CHERISH 02 : GELAR BARU.
Kahiyang terbangun dalam keadaan hangat. Selimut putih tebal tersampir hingga dagu. Padahal seingat Iyang, semalam ia tidur tanpa berselimut.
Matanya menyipit, walau kedua lampu berpendar temaram disisi kanan kiri ranjang, keduanya masih dapat menyilaukan netra Kahiyang.
Setelah penglihatan dirasa sudah cukup jelas barulah ia menyadari posisi tidur Jabar dan dirinya yang saling berhadapan. Diam-diam Kahiyang membatin, kenapa kinerja jantungnya selalu mendadak berdetak abnormal kala harus bersangkut paut bersama seorang Jabar Randika.
Gadis itu menumpu kedua lengan, menjadikan bantalan sembari menatap sang suami yang tengah terlelap. Tidurnya terlihat damai dengan celah bibir yang sedikit terbuka, acara semalam benar-benar menguras tenaga Jabar.
Sekarang pukul lima kurang lima belas menit. Kahiyang juga sama penatnya. Namun terbiasa bangun di pukul sekian, membuat sulit mengubah kebiasaan yang satu ini.
Masih betah dalam posisi menatap Jabar, Kahiyang berfikir jauh. Ia melakukan perbuatan apa sehingga diberi jodoh setampan Jabar.
Mata bulat yang jika terbuka terlihat jernih, sebab Jabar sedari cilik di didik untuk selalu berkata jujur. Pandangannya tak bisa menipu. Hidung bangir yang terlihat lebih besar dari miliknya. Dan perbedaan bibir atas lebih tipis daripada bibir bawah Jabar. Serta tahi lalat dibawah bibir sebagai pemanis.
Senyum manis Kahiyang mengembang. Tanpa sadar pipi tembamnya turut memerah. Kahiyang merenung kembali, apa yang harus ia lakukan di hari pertama menjadi seorang istri?
"Mas."
Sautan pertama tak ada pergerakan.
"Mas Jabar."
Masih tetap tak mendapat respon. Iyang bimbang, tak apa 'kan sekedar mengguncang tubuh suami sendiri?
"Mas bangun." Kahiyang menggoyang pelan pundak Jabar. "Susah banget sih di bangunin." Iyang mengerucutkan bibir, lumayan keki.
Ragu-ragu tapi harus, ia menepuk-nepuk pelan pipi sang suami.
"Mas ayo bangun. Gak mau sholat ta? Wes mepet loh."
"Hem?" Laki-laki itu hanya bergumam sambilan mengubah posisi menjadi menghadap langit-langit kamar. "Bentar lagi buk." Ujar Jabar disertai suara seraknya.
Loh malah di anggep buk e. Kahiyang menepuk kening heran. Kahiyang bangkit, menyibak selimut kemudian duduk bersila. "Lupa ya kalo udah nikah kemarin?" istri Jabar itu bergumam lirih.
Satu hal lagi yang Iyang dapat. Bahwasannya Jabar tergolong manusia sulit di bangunkan dari tidurnya.
Kahiyang mengguncang lengan Jabar kembali, "mas, ini aku─ Iyang. Susah banget ya di bangunin. Ayo subuhan dulu."
Setelah Iyang berkata demikian perlahan-lahan kelopak mata Jabar terbuka. Lelaki itu menatap Kahiyang sejenak, lantas mengusap wajah dengan kedua tangan. Jabar pikir Kahiyang tadinya adalah sang ibu. Saking penatnya ia melupakan fakta bahwa Jabar bukan lagi pria melajang.
"Astagfirullah. Maaf, kirain tadi ibuk." Mendengar apa yang Jabar lontarkan Kahiyang tersenyum memaklumi. Perempuan itu beranjak turun sembari mengikat rambut sembarang.
"Mau kemana?"
Jabar beralih duduk bersandar. "Bantu buk e, masak." Kahiyang terlihat memasuki kamar mandi. Setelahnya terdengar bunyi pancuran air berasal dari kran yang telah di nyalakan.
Tak berapa lama gadis itu menyudahi acara sikat gigi dan mencuci wajah. Sengaja tak mandi, Kahiyang terbiasa mandi sehabis memasak. Jam segini pula air di rumah Jabar terlampau sejuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH
FanfictionBagi Triawan Jabar Randika yang akan segera memasuki usia berkepala tiga, satu-satunya lembaran putih kosong tak tergores tinta kehidupan hanyalah titik halaman romansa hidup Jabar. Pertemuan tak terencana dengan sosok Kahiyang beberapa kali menumbu...