— CHERISH 06 : KEDATANGAN BUNDA.
"Mas, susunya aku taruh sini ya!" Kahiyang berujar agak meninggikan suara. Suaminya tengah asik memandikan si merah alias mobil baru mereka. Setelah mendapat jawaban ok, Iyang berlalu menuju dapur. Menyiapkan sarapan.
Laki-laki itu bersiul, menandungkan lagu sempurna milik Andra & The Backborn. Air mengalir lancar melalui selang biru. Hari ini mentari bersinar hangat, menerpa Jabar, mobil barunya, dan suasana baik hati suami Kahiyang.
Selain senang karena tak lagi repot barangkali akan membeli banyak kebutuhan rumah, membeli mobil atas jerih payah Jabar sendiri merupakan wishlistnya sejak lama.
Butuh berapa lama ia menabung, tiga, empat, atau bahkan enam tahun? bayaran kepanasan kala menarik pelanggan ojek online, ataupun kerja keras belajar meraih gelar pegawai negeri sipil. Semua terbayar lunas.
"Janganlah kau tinggalkan diriku—"
"Wei!"
Jabar nyaris menyiram menggunakan selang yang ia pegang kepada si pelaku. Jerome bersama sepeda gunung kuning kebanggaan, tersenyum hingga matanya nyaris hilang— atau memang sudah raib tertelan senyuman manis. Eye smile Jerome tak pernah gagal menggaet hati para gadis dari semasa mahasiswa lampau, barangkali hingga kini.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam! Hampir basah-basahan kamu mas, tak semprot nganggo iki!"
Jerome tergelak puas, "baru nih Bar?"
"Baru kemarin lah masuk kandang." Suami Kahiyang berjalan mematikan kran air. Jerome beralih menepi kemudian ia menuruni sepeda. Berbincang sebentar bersama Jabar toh bukan suatu kesalahan.
"Beli lewat siapa?"
Jabar yang tengah memerah kanebo menoleh, "biasalah si Aming. Selagi ada temen yang jadi dealer mobil ngapain cari yang susah mas."
"Betah aja Aming jadi dealer. Rambutnya nggak rontok di tuntut ngejar target tiap bulan?"
Tawa renyah Jabar berderai, lesungnya timbul samar-samar. "Sudah jadi resiko, kerja sama orang. Toh Aming suka kerjaan yang sekarang. Daripada luntang-lantung nggak jelas." Anggukan Jerome menandakan ia sependapat dengan Jabar.
Bekerja di bawah tekanan, target penjualan terus mengejar, semakin apes kalau-kalau bos tidak ramah bintang satu. Jerome membayangkan saja sudah bergidik ngeri.
"Dek Iyang!"
Kahiyang baru saja keluar membawa satu buah bak tumpukan baju basah. Baru selesai mencuci. Ia melemparkan senyum menyapa, "Mbak Gitanya nggak dibawa mas?"
"Kapan-kapan aja deh. Lagi masak di rumah."
"Aku tak jemur baju sek Mas Jer."
Jer mengacungkan kedua jempol. "Nemu dimana yang kayak gini Bar?" Tanyanya tanpa menatap Jabar. Jerome masih melirik kegiatan Iyang.
"Nyantol di Kepanjen."
Jerome menoleh kaget, "disini? Kamu pernah bilang rumah Iyang beda daerah sama kamu kalau gak salah."
"Iyo. Koncone Mbak Tika nggowo Iyang ke kostan ku, mbiyen."
"Ngapain?"
"Mau liburan di Malang."
"Waktu itu kamu wis tahu nama Kahiyang?"
"Yo gak lah! Aku tahu muka aja pertama kali waktu Mbak Windi bawa Iyang ke kosan aku."
Suami dari Gita itu menggaruk-garuk kepala pening. Wajahnya bingung, perjalanan asmara Jabar kok ya sulit banget di tebak!
"Kamu kok berani minta anak orang kenal gak lebih sakwulan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH
FanfictionBagi Triawan Jabar Randika yang akan segera memasuki usia berkepala tiga, satu-satunya lembaran putih kosong tak tergores tinta kehidupan hanyalah titik halaman romansa hidup Jabar. Pertemuan tak terencana dengan sosok Kahiyang beberapa kali menumbu...