─ CHERISH 05 : PILLOW TALK.
Terhitung 2 hari Kahiyang melewati hari kesendirian kala Jabar pergi berangkat bekerja. Untuk sementara Iyang akan menjadi seorang ibu rumah tangga seraya mencari pekerjaan baru.
Sebelum menikah Iyang sama seperti Jabar. Bekerja dalam bidang pendidikan, tidak lain guru. Bedanya Kahiyang mengajar di kalangan sekolah dasar. Sementara Jabar sendiri mengajar anak remaja menengah atas.
Itu dulu. Kini ia memutuskan berhenti. Walau memang terasa berat, tidak mungkin pula diantara dirinya dan Jabar suaminya lah yang memilih mengalah. Bundanya bilang, dimana-mana istri mengikuti suami. Lebih-lebih lagi perbedaan daerah harus mewajibkan Iyang ikut bersama Jabar.
"Waalaikumsalam, kenapa bunda?"
"Ya kangen lah ndok."
Tawa kecil keluar, "jadi Ay disuruh pulang nih?"
"Loh jangan. Bunda aja yang mau kesana."
"Mau kesini kapan, bunda?"
"Insyaallah lusa ya. Ndak mau janji. Nanti bunda kabari lagi."
"Ay boleh gak titip barang kalau bunda kesini?"
"Ya boleh dong. Mau titip apa?"
Omong-omong sebutan Ay kerap digunakan oleh orang terdekat Kahiyang. Seperti ruang lingkup keluarga dan teman-teman sekitar rumah Iyang.
"Cuma mau titip baju Ay. Soalnya Ay bawa sedikit baju."
"Nggak sekalian oleh-oleh dari sini?"
Kahiyang membawa pakaian yang ia telah ia susun dan lipat rapi menuju kamar, ponselnya terapit antara kepala dan bahu kanan.
"Boleh. Lumayan buat cemilan." Ia menjawab seraya mendorong gagang pintu.
"Bunda gak mau di masakin apa gitu, kalo sudah sampai enak, tinggal makan."
Disana bundanya berdecak melarang, "nggak usah, nanti masak bareng bunda aja. Suami mu suka semur gak?"
Perempuan muda yang tengah menata baju ke dalam lemari itu sontak mengembangkan senyum, "mana ada dia bakal nolak bun. Semur tahu atau daging sapi?"
"Daging sapi—" selesai menutup lemari terdengar suara deru mobil di depan rumah. Iyang mengerut alis bingung. Setelahnya menyusul suara sepeda motor yang Kahiyang hafal akhir-akhir ini.
"Assalamualikum." Jabar masuk bersama senyuman cerah terpatri.
Segera ia melangkah keluar, "waalaikumsalam." Balas Iyang sembari mengambil tangan Jabar untuk dicium. Yang diberi balasan kecupan pada kening.
Allahuakbar, jantung ku.
Gadis itu dengan spontan memegang dada. Rutinitas ini baru berjalan 2 hari. Kali pertama Jabar meluncurkan aksi baru— yaitu mencium dahi, seperti biasa, cara kerja jantung Kahiyang bekerja dua kali lebih cepat.
"Bikinin kopi ya. Ada temen ku." Jabar berjalan keluar rumah. Iyang mengikuti, disana brio merah terparkir apik.
"Mlebu sek Ming!"
Menuruti apa kata sang suami, Kahiyang berjalan ke arah dapur. Ia menempelkan handphone nya pada telinga kembali, mengingat telefon sang bunda masih tersambung.
"Bun aku matikan dulu ya. Mas Jabar udah pulang. Nanti aku telfon lagi. Assalamualaikum."
"Bunda nelfon?"
"Iya. Katanya lusa mau kesini."
Suami Kahiyang mengambil gelas lantas segera mengisi dengan air dari dispenser. "Sama siapa?" Ia menarik bangku di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH
Fiksi PenggemarBagi Triawan Jabar Randika yang akan segera memasuki usia berkepala tiga, satu-satunya lembaran putih kosong tak tergores tinta kehidupan hanyalah titik halaman romansa hidup Jabar. Pertemuan tak terencana dengan sosok Kahiyang beberapa kali menumbu...