SEMBILAN

233 37 1
                                    

"Udah, sana, buruan." Clara mendorong Selena ke arah Morgan, yang sedang berfoto sendiri di depan tulisan Welcome to Kanawa.

" Clara mendorong Selena ke arah Morgan, yang sedang berfoto sendiri di depan tulisan Welcome to Kanawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, gimana kalau lo aja..."

"Enak aja, kan lo yang mabuk laut dan dapat obat dari dia, ya lo dong yang bilang makasih dan balikin sisa obatnya."

Selena cengengesan. Mabuknya tampak sudah seratus persen hilang, thanks to Morgan.

"Iya sih, tapi kok gue jadi takut ya sama dia? Galak banget gitu kayaknya."

"Don't worry, dia galaknya cuma sama gue kok." Clara mendorong Selena lagi. "Sama orang lain mah dia lemah lembut, baik hati dan tidak sombong."

"Yang membuat gue bertanya-tanya.." Selena memicingkan mata, "sebenernya lo ada dosa apa sih ke dia? Yah, selain nyanyi lagu SMASH dan ngeledekin namanya, karena itu juga lumayan kebangetan..."

"Gue nggak sengaja jatuhin tas ransel gue di kepala dia pas di pesawat," tukas Clara. "Tapi sumpah, gue juga wondering orang bisa semarah apa sih karena gitu doang? As if I dropped my backpack on him on purpose, as if my backpack is a nuclear bomb and he is Hiroshima or Nagasaki..."

"Hmm. Lo minta maaf aja gih, sama dia."

"Buat kejadian di pesawat? Udah. Mau minta maaf buat apa lagi? Dia juga ada banyak ngomong yang nyolot ke gue, jadi harusnya impas kan?"

"Ya nggak gitu sih, cuma untuk nunjukin kedewasaan aja. Nggak enak berantem terus di depan orang-orang sekapal. Nanti dikiranya lo yang childish."

Clara terdiam, teringat pertanyaan Bang Daud sesaat setelah Morgan memberi Clara obat anti mabuk. Memang rasanya risih dan malu, tapi...

Clara mengamati Morgan yang kini sibuk membantu memotret Didi dan Devina dari kejauhan, mengembuskan napas dan merasa Selena ada benarnya. Clara ikut trip ini kan untuk menjauhi stres yang disebabkan Mami, masa sepanjang trip ini ia malah mengalami stres baru yang disebabkan oleh orang lain?

***

"Gue mau minta maaf."

Morgan mendongak dari layar DSLR-nya yang menampilkan foto-foto biru bening air laut Pulau Kanawa, menatap Clara selama sedetik, lalu membuang muka.

"Hellooo?" panggil Clara, kali ini melambai-lambaikan tangannya di antara layar DSLR dan wajah Morgan. "I said I'm sorry."

"Untuk?"

"Whatever made you mad at me," Clara berusaha menurunkan intonasi suaranya, meski rasanya ia ingin menjerit kesal. Yang benar saja, ia sudah membanting harga dirinya begini rupa, kenapa sih laki-laki ini tidak bisa menurunkan egonya sedikiiiit saja?

"Listen," kata Clara, sembari duduk di sebelah Morgan, di sebatang kayu tua yang entah oleh siapa di pulau itu telah dibuat menjadi bangku. Ia tidak mau membuang-buang waktu. "Gue nggak tau gue salah apa sama lo. Well, selain yang di pesawat, which was totally an accident, and I already apologised for... dan karena ngetawain nama lo. But really, I didn't mean it."

Morgan diam saja, yang membuat Clara makin panas. Terik matahari yang tepat berada di atas kepala mereka juga sama sekali tidak membantu.

"Don't be like a sensitive teenage girl, marah-marah nggak jelas gitu terus," gerutu Clara, akhirnya habis kesabaran karena dikacangin. Ia ingin melontarkan sesuatu, apa saja, untuk mengusik ego Morgan, dan hanya kalimat itu yang terlintas di kepalanya.

Taktik Clara berhasil. Kali ini Morgan mengangkat wajah dari layar DSLR-nya dan menatap Clara tajam.

"Maybe you've never done it before, but that's not how one should apologise."

Clara mendengus. "Maybe you've never done it before, but that's neither how one should respond to a sincere apology."

Dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, Clara melangkah pergi meninggalkan Morgan. Mungkin seharusnya ia tidak perlu meminta maaf pada laki-laki dengan ego seluas lautan itu. Buang-buang waktu saja. 

Somewhere to GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang