Ingin rasanya Clara menyurukkan buket Baby's-breath di hadapannya ke wajah Selena. Ia kesal luar biasa.
"Hahahahahahahahhaha ini serius, Ra? Nyokap lo mau jodohin lo? Hahhahaahhahaa!"
Tawa Selena semakin menggelegar, sampai beberapa pengunjung kafe di sekitar mereka menoleh dengan penasaran. Clara cuma bisa nyengir sungkan pada mereka. Clara sungguh ingin berlagak tidak mengenal Selena!
"Diem deh!" desis Clara. "Gue sumpelin bunga, tau rasa!"
Selena membekap mulutnya, entah untuk meredam tawa atau karena takut dipaksa makan bunga. Memangnya ia dedemit, gitu, disuruh makan bunga? Namun, Clara bisa melihat bahwa sahabatnya itu jelas-jelas masih tertawa. Butuh waktu semenit penuh sebelum Selena akhirnya berhasil menghentikan tawa, tentu saja setelah dihujani pelototan Clara.
"Orang lagi apes, bukannya dihibur, dikasih jalan keluar, malah diketawain. Sahabat macam apa lo ini?" gerutu Clara.
"Sahabat lo yang masih manusia, Nenek!" Selena tergelak lagi. "Gue denger hal kocak, ya sebagai manusia gue pasti ketawa."
"Jadi maksud lo, nasib gue kocak, gitu?" Clara bertopang dagu di meja, mengembuskan napas kesal sambil menerawang. "But my life is indeed a joke, sih..."
Melihat Clara tampak benar-benar down, Selena berhenti tertawa. Ia mengusap-usap punggung Clara.
"Your life is not a joke, kok. Kan lo sukses, punya penghasilan bagus, terkenal..."
"Selama gue masih belum punya pacar yang nantinya menjadi suami, semua itu nggak ada artinya di mata Nyokap gue, Len."
"Mungkin maksud Nyokap lo baik. Coba lo temuin dulu kali anaknya Om siapa itu yang mau dikenalin ke lo? Om Romi? Siapa tau anaknya oke..."
"Nggak deh. Gue udah ilfil duluan karena dia mau aja dijodoh-jodohin sama ortunya ke gue. Jangan-jangan dia tipe cowok pengangguran nggak laku dan nggak punya pendirian, hiy!"
"Mungkin dia tipe kayak lo, yang sibuk kerja dan nggak sempat mikirin cinta-cintaan?" tanya Selena, alisnya terangkat di atas kacamata ala Harry Potter-nya.
Clara tidak menggubris argumen itu, ia malah mengoceh, "Atau... gimana kalau dia tipe cowok dengan ego selangit yang nggak bisa menerima cewek yang lebih sukses dari dia, kayak Bayu, gitu?"
Selena memutar bola matanya. "Deuh, yang belum bisa move on..."
"Siaul lo, gue udah lama move on, keleus."
"Kalau udah move on tuh berarti nggak ngebahas-ngebahas lagi."
"Salah! Kalau udah move on tuh justru yang berani ngebahas tanpa pakai perasaan lagi."
"Like I'm gonna buy it," Selena meleletkan lidah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere to Go
ChickLitClara Sudirgo benci selalu dianggap belum "sempurna" hanya karena ia belum menikah di usia yang hampir menginjak kepala tiga. Keberhasilannya menjadi seorang entrepreneur sukses seolah tidak ada artinya di mata banyak orang, terutama ibunya. Di mata...