Clara baru akan kembali ke kamar ketika Bang Daud memberi tahu bahwa mereka harus mengubah jadwal perjalanan dari yang tadinya menuju Pulau Kelor menjadi ke Pulau Kanawa, karena cuaca di sekitar Pulau Kelor sedang kurang baik. Seperti yang sudah diduga, angin di sekitar Pulau Kelor berhembus sangat kencang, bahkan sebelum sore tiba.
Clara iya-iya saja, karena sebenarnya ia nggak begitu menyimak jadwal perjalanan mereka. Asli deh, mungkin tanpa Selena, ia ragu ia bahkan bisa sampai di kapal ini.
Ngomong-ngomong soal Selena, ke mana anak itu? Dia nggak ada di kamar saat Clara keluar tadi, dan batang hidungnya pun tak tampak di ruang makan.
***
"Eh, di sini lo rupanya," kata Clara ketika ketika kembali ke kamar dan melihat Selena rebahan di ranjang. "Ke mana lo tadi?"
"Kamar mandi. Mabuk laut gue."
Clara sontak mengamati wajah Selena. Ya ampun, wajah Selena sepucat kertas dan bibirnya kering, beda banget dengan saat mereka pertama naik kapal tadi.
"Lo muntah-muntah?" Selena mengangguk. "Bawa obat nggak?" Selena menggeleng.
Duh, Clara membatin. Kalau Selena aja nggak bawa obat, apalagi dia?
"Kok nggak bawa sih, Len? Lo nggak tau kalau lo biasanya mabuk laut?"
Selena memberikan death stare padanya. Clara tau, kalau saja Selena nggak lagi berjuang menahan mual, Clara pasti sudah tewas terkena tembakan sinar laser dari mata sahabatnya itu.
"Oke, lo tunggu di sini ya, gue coba tanya Bang Daud, mungkin dia punya obat anti mabuk."
Clara bergegas menuju ke ruang makan lagi. Bang Daud masih di sana, tampak mengobrol asyik dengan si Mr. Boyband. Sampai tertawa-tawa, pula. Heran, ini orang ternyata bisa ramah dengan hampir semua orang lain, tapi kenapa pada Clara ia seperti punya dendam kesumat?
Orang bisa semarah apa sih cuma karena kepalanya tidak sengaja kejatuhan tas?
Obat, Clara mengingatkan dirinya sendiri. Gue ke sini untuk minta obat sama Bang Daud.
Clara beringsut mendekat, dan menyadari tawa Morgan langsung lenyap begitu melihatnya muncul.
"Bang Daud," panggil Clara, berusaha tak menghiraukan tampang nyolot Morgan, "Sori, Bang Daud punya obat anti mabuk, nggak?"
"Masa ada orang mau island hopping tapi nggak bawa obat anti mabuk," gerutu Morgan.
Clara memejamkan mata selama dua detik, berharap andai saja dia yang kini tengah mabuk laut dan bisa memuntahi Morgan.
"Oh? Mbak Clara mabuk?"
"Nggak, Bang. Teman saya, si Selena."
"Oh. Oke sebentar ya, saya cek dulu."
Bang Daud menghilang ke bagian dalam kapal, membuat Clara merasa sangat canggung karena kini hanya tinggal dia dan Morgan di geladak. Clara berusaha membelakangi Morgan agar tidak perlu melihat laki-laki itu di rentang pandangannya, atau lebih parahnya, mengobrol dengan dia. Biarkan saja dia dianggap tidak sopan, siapa coba yang nyolot duluan?
"Sori, Mbak Clara," Bang Daud muncul lagi beberapa saat kemudian, "stok obat anti mabuknya sudah habis nih. Nanti pas sampai di Kanawa saya coba minta sama kapal lain, ya?"
Clara menghembuskan napas, merasa kasihan membayangkan Selena harus merasa mual untuk entah berapa lama lagi sampai mereka tiba di Pulau Kanawa.
"Pakai ini." Tiba-tiba saja, ada tangan mengulurkan satu strip obat ke hadapannya. Clara tidak perlu mendongak untuk tahu siapa pemilik tangan itu.
"Ambil," katanya lagi, mengacungkan satu strip obat yang belum juga diambil Clara. Clara menatap strip obat itu dengan pesimis, karena siapa yang tahu apakah itu obat anti mabuk beneran atau racun tikus, ya kan? Tidak ada yang tahu apa yang bisa dilakukan orang semenyebalkan Morgan.
Tapi strip obat itu sudah setengah kosong, yang berarti sudah pernah diminum. Mereknya pun merek obat anti mabuk terkenal yang familiar di otak Clara. Seberapa keras pun Clara berusaha, strip obat itu sama sekali tidak berhasil terlihat mencurigakan di matanya.
"Pegel tangan gue." Clara tersentak ketika Morgan menarik telapak tangannya dan menyurukkan strip obat itu ke sana. "Untung temen lo yang sakit, jadi gue bagi. Kalau lo, jangan harap."
"Hah?"
"Jangan lupa balikin sisanya." Morgan berbalik, lalu berjalan meninggalkan geladak.
Clara terdiam beberapa detik saking syoknya, dan ketika ia sadar, tahu-tahu saja ia sudah berteriak, "Lo tuh nyebelin, tau nggak?!"
"You're welcome!" balas Morgan dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.
Clara menggenggam strip obat itu dengan geram. Kalau nggak ingat Selena membutuhkannya, ia pasti sudah meremasnya sampai hancur lebur.
"Maaf, Mbak Clara," Bang Daud tersenyum serba salah, menyela imajinasi Clara yang terbakar emosi, "Mbak Clara dan Mas Morgan musuhan, kah?"
Clara memaksakan senyum pada Bang Daud. Ia sendiri tidak tahu apakah "musuhan" istilah yang tepat untuk mendeskripsikan hubungannya dan Morgan saat ini, tapi yang jelas mereka sama sekali bukan teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere to Go
ChickLitClara Sudirgo benci selalu dianggap belum "sempurna" hanya karena ia belum menikah di usia yang hampir menginjak kepala tiga. Keberhasilannya menjadi seorang entrepreneur sukses seolah tidak ada artinya di mata banyak orang, terutama ibunya. Di mata...