Tengah Malam

1.2K 143 6
                                    

YAHUH.... jumpa dengan author, di cerita ini sudah banyak chapternya. Jadi, author rasa mau cepat menamatkannya. tapi, nanti ceritanya berantakan, deh. Niat ini author kurung aja.

Kita tinggalkan topik itu. Sekarang kita Kita Berada di tahun yang baru bukan bulan baru 😆SELAMAT TAHUN BARU 🎆🎇🎉🎉

Untuk Readers yang senantiasa menanti disini ARIGATOU GOZAIMASU, THANKYOU, DAN TERIMAKASIH. Karena sudah menunggu cerita ini.

Author harap kalian semua dalam keadaan sehat baik fisik dan mental. Mengingat virus baru masuk di indonesia apalagi sekolah sudah offline. Semangat untuk kalian pencari ilmu.

Baiklah, tanpa banyak cerita... Kita langsung aja

SELAMAT MEMBACA READERS 😘

.

.

.

.

.

.

.











Kini para Country dan Organisasi berada di kamar, suasana kamar mereka berada dalam keheningan. di karenakan, kejadian makan malam tadi.

Mereka masih syok akan perkataan para provinsi dan city. Mereka tidak menyangka perkataan kebencian keluar dari mulut anak - anaknya indo.

Country dan organisasi menghela napas kasar. Perasaan bersalah membuat mereka hanya bisa meratapinya saja.

" sepertinya kita terlalu egois kepada anak-anaknya indo " ujar neth merebahkan badannya di sofa.

" ya, seharusnya kita tidak melarangnya " timpal italia

" apa yang harus kita lakukan ? "tanya Malay

Tidak ada jawaban baik Country maupun Organisasi. Mereka bingung harus bagaimana ?.

" Lebih baik kita biarkan saja dulu " Kata UNICEF santai.

Para Country dan organisasi langsung menatapnya dengan raut wajah kesal dan bingung. Mereka menyampaikan protes ke UNICEF yang bicara santai seolah hal ini sudah biasa. Mereka tau diantara yang lainnya hanya UNICEF yang paling berpengalaman di bidang anak - anak.

Mendengar protes Para Country dan organisasi. UNICEF pun memberitahukan bahwa, emosi anak - anak pada dasarnya tidak terkendali ketika mereka berumur seperti anak - anaknya indo. dan lagi, mereka diurus oleh orang tua tunggal yang selalu sibuk dan memiliki masa lalu yang buruk. jadi, anak - anak seperti anaknya indo punya rasa takut kehilangan seseorang, lebih besar dari anak pada umumnya dan mereka juga ingin selalu diperhatikan oleh orang tua mereka.

UNICEF juga mengusulkan bahwa lebih baik membiarkan anak - anaknya indo tenang dulu agar emosinya keluar setelah itu kita sebagai orang dewasa coba dekati mereka secara perlahan.

Para Country dan organisasi pun menyetujuinya, mereka berharap kemarahan anak - anaknya indo tidak terlalu dalam.

Di lantai 2, indo sedang mencoba membuat para anak - anaknya untuk mengerti. Dia memberitahukan semuanya kepada mereka, kalau para Country dan organisasi bukanlah orang yang egois.

Dia juga menyakinkan mereka untuk mempercayai para Country dan organisasi. Anak - anaknya indo masih ragu dengan ucapan daddy atau mama mereka. Tapi, melihat mama atau daddy mereka yang kelihatan lelah membuat mereka akhirnya menerima ucapan indo.

Mereka tidak tega melihat orang tua kesayangan mereka lelah apalagi kalau sampai jatuh sakit. Membuat mereka sebagai anak merasa tidak berguna.

Indo yang melihat anak - anak menerimanya, dia menghela nafas lega, dia menambahkan kalau dia akan pulang cepat dan membawakan makanan.

Para anak-anak dan Babynya Indo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang