10 | Sean Sakit Apa?

4 2 0
                                    

Pusing sedari tadi melanda Sean. Namun ia mencoba menahannya demi menyelesaikan beberapa soal olimpiade di hadapannya. Sean mencoba fokus tapi pusingnya semakin menjadi-jadi. Sebenarnya Sean sudah tau jawabannya namun waktu masih banyak tersisa. Tapi karna pusing yang semakin menjadi-jadi menjadikan Sean untuk cepat mneyelesaikannya. Sean pun mengangkat tangannya untuk memberi kode kepada pengawas bahwa ia sudah selesai. Sementara sembilan orang lainnya termasuk Kavi ternganga melihat Sean yang sudah selsai.

"Gilaa! Baru 15 menit mulai udah selesai aja tu anak"gumamnya speeckless.

"Ya! Sean ada apa?"tanya pengawas sembari menghampiri Sean.

"Saya sudah Pak"jawabnya. Pak Gadi selaku pengawas hanya mangut-mangut. "Saya permisi Pak"pamit Sean.

"Sean! Apa kamu baik-baik saja?"Sean yang mengerti maksud Pak Gadi mengangguk lalu pergi.

"Pak saya juga udah selesai. Saya permisi Pak"ucap Kavi dan langsung menyusul Sean yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Apa sudah dijawab dengan benar Kavi?"tanya Pak Gadi setengah berteriak. "UDAH PAK!"teriak Kavi sambil berlari mengejar Sean.

___________________

Selepas dari ruangan Olimpiade Sean langsung berjalan cepat ke luar sekolah. Ia tak mempedulikan seruan Kavi sedari tadi. Hingga Kavi berhasil menghadangnya.

"Se!"pekik Kavi, "lo-lo mimisan Se!"batanya. Sean tak menjawab ia hanya mengelap hidungnya.

"Gue harus pergi"ucap Sean lalu hendak pergi namun lengannya ditahan oleh Kavi.

"Gue anter. Lo enggak mungkin pulang sendiri"ucap Kavi. "Enggak usah. Gue bisa"tolak Sean.

"Se... please.... gue temen lo.."ucap Kavi melas. "Tunggu!"ucapnya lalu berlari mengambil mobilnya lalu mengantar Sean pulang.

Kavi pun menggotong tubuh Sean yang sudah sangat lemas. Wajah putihnya berubah pucat. Kavi pun memencet bel rumah dan tak lama Irene datang.

"Sean.."ucapnya khawatir. "Tolong bawa masuk nak"ucap Irene pada Kavi. Kavi pun membawa Sean ke dalam kamar Sean.

Terlihat Sean sudah kehilangan kesadarannya.

"Makasih nak udah bantu Sean pulang"ucap Irene pada Kavi.

"Sama-sama tante. Sean tadi juga mimisan tan jadi saya khawatir dan maksa buat antar dia"

"Terima kasih nak, terima kasih"ucap Irene terisak pelan. Irene pun mengeluarkan hpnya lalu menelpon dokter yang sudah menjadi dokter yang selama ini menangani Sean.

"Tolong jaga Sean sebentar nak, tante mau telpon dokter sama Papinya Sean dulu"Kavi pun mengangguk.

Irene pun keluar dari kamar Sean untuk menelpon meninggalkan Kavi dan Sean berdua.

"Lia... ayo pulang sama gue... gue kangen lo Ya... gue jahat Ya... gue jahat..."racau Sean dalam ketidaksadarannya. Sementara Kavi menyerngit bingung. 'Siapa Lia?'pikirnya.

"Lia.... ayo pulang.... Lia..."

"Se... sadar Se..."ucap Kavi sambil mengguncang pelan tubuh Sean. Sean tak merespon ia malah semakin meracau dan meneteskan air matanya membuat Kavi semakin dilanda kebingungan.

Tak lama pintu kamar terbuka memperlihatkan Irene dan seorang dokter datang lalu memeriksa Sean. Kavi pun mundur lalu berdiri di samping Irene dan mengelus punggung Irene untuk memberikan ketenangan.

Dokter pun dengan hikmat memeriksa keadaan Sean hingga selesai.

"Rin, gue kan udah bilang. Jangan buat Sean capek"melasnya. Irene tak menjawab ia hanya menangis. Sementara Kavi masih bingung.

Sagara AlseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang