19 | Sean...

1 0 0
                                    

Setelah kepulangan Kavi dan Akna. Kini tinggal Sean, Lia dan kedua orangtuanya.

"Se enggak papa? Apa Se pusing?"tanya Irene.

"Se baik-baik aja Mi"

"Beneran? Kamu pucat banget nak"khawatirnya. Sean tersenyum lalu menggeleng, "Se baik Mi"

"Kalo pusing atau ada yang sakit kasih tau Mami, Papi atau Lia ya?"Sean mengangguk menjawab.

"Mi, Pi?"panggil Sean. Baik Irene maupun Juna kini menatap Sean serius begitu juga Lia.

"Apa boleh Sean tidur sama Lia malam ini?"pertanyaan Sean tentu saja membuat ketiga orang tersebut kaget dengan sangat. Sean paham akhirnya menyambung, "kali ini aja Mi, Pi?"pinta Sean. Juna dan Irene saling pandang dan kembali menatap Sean.

"Itu terserah Lia"ucap Juna. Lia yang disebut tersedat. Kini arah pandang mereka ke Lia. Lia terlihat sedikit kikuk namun mengangguk pelan.

"Jangan macam-macam kamu Se"tambah Juna. Sean mengangguk. "Makasih Mi, Pi, Ya"ucapnya sambil melihat kearah mereka satu-satu dan tersenyum manis.

"Ayo!"ajak Sean. Lia pun mengikut.

"Tumben senyum lebar gitu"cibir Irene pada Sean.

"Lagi kangen Lia mungkin Mi"sahut Juna.

_______________________________

"Sean! Lia ganti baju dulu"izin Lia. Sean mengangguk tapi menahan tangan Lia dulu sebelum pergi. "Nama panjang lo siapa?"tanya Sean.

Lia menyerngit, "Axa Aliandara"jawabnya. Sean tersenyum, "sana gih"ucapnya pada Lia. Lia pun pergi ke kamarnya untuk berganti sementara Sean langsung masuk ke kamarnya dan duduk seperti biasa di meja belajarnya. Sean kemudian mengambil buku diarinya dan mulai mencoret-ceret disana. Hingga 10 menit kemudian pintu terbuka menampilkan Lia yang sedah berganti menjadi celana training dengan baju kaos oblong hijau mint oversizenya.

"Sean!"panggilnya. Sean menoleh, "gue ganti dulu bentar"ucapnya lalu menyelesaikan sedikit kata di buku dan menutupnya. Sean pun bangkit dan mengambil kaos putih di dalam lemarinya namum Sean hampir jatuh.

"Sean!"pekik Lia yang menghampiri Sean yang berpegangan pada lemari sambil memijit kepalanya. "Sean kenapa?"tanya Lia khawatir.

"Gue enggak papa. Cuma pusing dikit"ucapnya lalu kembali berjalan ke kamar mandi.

Lia duduk di kasur sembari menunggu Sean berganti. Terhitung mungkin hampir lima menit Sean baru saja keluar dari sana. Dan ikut duduk di samping Lia. Ia kemudian menyender pada ranjang begitu juga Lia yang mengikut.

"Gue boleh peluk lo?"tanya Sean. Lia mengangguk lalu mendekat. Keduanya kemudian saling memeluk beberapa saat. Sean melepas dekapannya lalu memeluk Lia dari samping dengan Lia yang menyender di dada Sean.

"Ya! Nama lengkap lo apa?"tanya Sean. Lia mendongak. "Kan tadi udah"jawabnya.

"Jawab lagi"seru Sean.

"Axa Aliandara"ucap Lia.

"Gue Sagara Alsean"tutur Sean membuat Lia kembali menatapnya. "Kenapa jadi kayak kenalan?"kekehnya Sean juga ikut tersenyum.

"Axa, nama depan lo. Jangan biarin orang lain panggil nama lo pake nama depan. Itu milik gue"

"Emangnya kenapa?"Sean hanya menggeleng. "Kalo gitu, Sagara, nama depan kamu enggak boleh ada yang panggil gitu selain aku. Ok?"Sean hanya mengangguk mengiyakan.

Sean lagi-lagi memeluk Lia dan kini erat.

"Nanti... selepas gue enggak ada, baca diari gue Xa. Jangan semua. Dari november aja"

"Emangnya Sagara mau kemana?"tanya Lia yang mulai bergetar.

"Maaf... maaf karna gue mungkin enggak akan bisa selalu ada buat lo. Jaga diri lo baik-baik, Xa. Gue udah enggak kuat. Semuanya sakit. Jangan larut kalo gue pergi Xa. Jangan ngerasa sendiri. Dan satu permintaan gue, gue harap lo menyetujui ini. Gue mohon sama lo, gue mohon buat selalu ada untuk Mami, Papi. Tolong jaga mereka demi gue Xa. Jadi anak mereka Xa gantiin gue. Gue udah enggak sanggup buat semua ini. Ini sakit Xa... sakit..."Lia tak menjawab, ia malah menangis tersedu-sedu sambil mengeratkan pelukannya pada Sean.

"Maafin aku Xa... aku sayang kamu..."lirih Sean  menutup matanya diiringi dengan darah yang mengalir dari hidungnya.

"Sagara kok kayak gini? Saga mau kemana? Jangan tinggalin Axa. Kenapa Sagara ngomong kayak gitu seolah-olah mau ninggalin  Axa. Jangan pergi, Axa butuh Sagara. Axa juga sayang sama Sagara"ucap Lia yang masih belum menyadari bahwa Sean sudah tak sadar.  Lia juga merasa bahwa Sean kini bertumpu padanya.

"Sagara!"panggil Lia namun Sean tak menjawab.

"Sagara! Kenapa diam? Sagara mau kemana?"lagi-lagi pertanyaan Lia tak ada yang menjawab.

"Sagara!"panggilnya lagi namun Sean juga tak menjawab. Lia kemudian melerai pelukannya dan ya, tubuh Sean tumbang dan jatuh ke samping. Lia panik, takut dan terkejut menjadi satu.

"Sean! Sean! Sean kenapa?"

"Da-darah..."

Sagara AlseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang