14 | De Javu

3 2 0
                                    

"Hallo?"

"LO BAWA KEMANA PASIEN GUE HAH!"teriak Kava nyaring melalui telepon. Kavi menjauhkan sedikit hp nya dari telinganya.

"Kita dirumah sakit"

"Hah! Ngapain?"

"Temen gue tadi pingsan jadinya gue bawa kesini. Eh! Pasien lo ngerengek minta ikut"

"Si Sean? Kalo Lia ya enggak papa tapi Akna?"

"Dia maksa"

"Yaudah lo dirumah sakit mana? Gue mau jemput Akna"

"Enggak usah. Biar gue yang antar. Ini juga mau pulang"

"Beneran? Yaudah kalo gitu. Hati-hati awas si Akna lecet"

"Iya bawel"

Kavi memutuskan sambungannya sepihak tak mau lagi mendengar ocehan sang Kakak.

Kavi yang tadinya keluar karna mengangkat telepon kini masuk kembali ke ruangan Sean.

"Se gue balik dulu ya? Akna udah dicariin nih sama Kava"Sean hanya mengangguk.

"Kok Lia enggak ikut?"tanya Akna. Kavi dan Sean saling pandang. Entah apa yang ingin mereka jawab.

"Kan kata Bunda sama Kak Kava kalo Sean datang berarti Lia udah boleh pulang. Jadinya Lia mau tinggal sama Sean"ucap Lia. "Maafin Lia ya Na... Lia enggak bisa temenin Akna lagi"Akna menunduk mendengar kata Lia lalu mengangkat wajahnya kembali dan tersenyum. "Yaudah. Memang tempat Akna disana. Sean jaga Lia ya? Lia! Akna pulang. Sampai jumpa"ucap Akna lalu berbalik pergi sambil menahan tangisnya.

"Eh Akna! Tungguin gue! Sean, Lia gue pamit dulu"pamitnya lalu berlari mengejar Akna.

Setelah kepergian Akna dan Kavi, Mami dan Papinya Sean datang.

"Hai Se, Lia!"sapa Irene dengan menenteng satu plastik makanan.

"Se! Kata Om Bian Se boleh pulang tapi tunggu infusnya habis dulu. Tinggal dikit kan itu"ucap Irene. Sean mengangguk.

"Lia! Ayo makan dulu!"ajak Juna. Lia mengangguk lalu duduk di sofa di samping Irene.

"Mami kangen... banget sama Lia"ucap Irene seraya mengelus pencak rambut Lia. Lia hanya tersenyum tipis. "Lia juga"ucapnya.

"Lia!"panggil Juna. Lia menoleh menatap Juna yang memanggilnya.

"Maafin Papi ya! Papi enggak bermaksud buat ngusir kamu"

"Enggak papa. Papi emang benar kok. Tapi kali ini Lia enggak akan lari lagi. Lia takut ke rumah"Juna lalu memeluk Lia.

"Lia jangan khawatir. Mulai sekarang ini keluarga Lia. Lia enggak boleh kemana-mana"tegas Juna.

Lia mengangguk, "terima kasih Papi. Lia sayang kalian"

Sean tersenyum melihat kedekatan Lia dengan keluarganya. Ia harap setelah kepergiannya Lia serta Mami Papinya masih bisa tertawa seperti ini.

"Se juga sayang kalian"ucap Sean yang mengalihkan atensi mereka. Kemudian Irene bangkit lalu memeluk putranya itu dan diikuti oleh Juna dan Lia. Kini mereka saling memeluk menyangi.

_______________________

"Akna!"teriak Kavi di parkiran. Akna yang tadinya berlari kini beehenti lalu menoleh ke Kavi yang ngos-ngosan. Ia tersenyum memaksa.

"Iya?"tanyanya.

"Lo pulang baereng gue!"ucap Kavi sambil menarik tangan Akna namun Akna menahannya.

"Enggak usah. Akna bisa kok pulang sendiri"tolaknya halus sambil tersenyum yakin.

"Enggak. Lo datang bareng gue, pulangnya harus bareng gue juga"

"Tapi nan-"

"Enggak ada penolakan!"ucap Kavi yang langsung menarik Akna ke dalam mobilnya.

Dengan terpaksa Akna pun menurut dan duduk di kursi sebelah Kavi.

"Kita belum kenalan ya? Gue Kavi anak Bunda Hani adiknya Kava, nama lo siapa?"tanya Kavi memecah keheningan. Sifat aktif Akna menurun karna Lia sudah tak tinggal di tempatnya. Itu sebabnya ia sejak tadi hanya diam bahkan menangis tanpa suara.

"Akna"jawab Akna.

"Lo sedih banget ya Lia enggak disana lagi?"Akna mengangguk. "Akna enggak punya teman lagi"lirihnya.

"Kenapa lo enggak pulang? Gue rasa lo udah sembuh"

Akna tersenyum miris, "Akna enggak punya keluarga. Keluarga Akna enggak mau anggap Akna anaknya lagi. Kata Bunda juga gitu, Akna udah membaik. Tapi enggak tau nanti mau kemana. Hihi.."kekehnya. Kavi merasa tak enak dengan itu. "Apa lo enggak punya teman selain Lia?"

"Punya. Tapi itu dulu, waktu Akna berumur 10 tahun. Dia teman pertama Akna. Tapi dia pergi dan enggak balik lagi"

"Maaf kalo gue udah bikin lo sedih"ucap Kavi. Akna menoleh lalu menggeleng cepat.

"Enggak kok, Akna senang ketemu kamu"Kavi tersenyum tipis dengan tuturan Akna. "Apa.... Akna bisa jadi teman kamu?"tanya Akna hati-hati. Kavi menoleh ke arah Akna yang terlihat menggemaskan saat meminta.

"Dengan senang hati"jawab Kavi.

"YEAYHH!!!"sorak Akna riang. "Akna punya teman baru lagi! Hore!"raut bahagia Akna sangat kentara membuat Kabi sedikit berpikir.

"Kok rasanya de javu ya?"gumamnya seraya melihat wajah Akna yang tak berhenti tersenyum.

_________________________

Jangan lupa bintangnya guys!👌👌😊

Sagara AlseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang